Drama dan Dance Versi Dadakan

263 10 0
                                    

Ia mengetuk-ngetuk ujung sepatu di depan gerbang sekolah. Sudah sangat lama sekali ia menunggu, tapi tak kunjung datang. Apa perlu dia memakai jin lampu ajaib untuk membawa orang yang ia tunggu datang kemari sekarang? Hah, menyebalkan.

"Happy!" suara memanggil Happy. Yang dipanggil segera menoleh ke arah sumber suara.

Seorang siswi berseragam biru batik sekolah dan rok abu-abu, datang menghampiri Happy dengan tas hijau di punggung serta tas jinjing putih di tangan. Ialah Hanny, orang yang ditunggu sedari tadi oleh Happy.

"Lama banget," ucap Happy seraya berkacak pinggang. Hanny tertawa garing. "Maaf, macet. Kan tau sendiri Hanny naik ojek online."

Happy menghela napas. "Yaudah, mulai aja sekarang."

"Oke!" Hanny merapikan rok abu-abunya dan memperbaiki suara. "Selamat datang di SMA Bintang Kencana!!"

Happy bertepuk tangan dengan malas. "Hore, biasa aja."

Hanny mulai memasuki sekolah dengan gaya seperti pemandu wisatawan. "Nah, dari sini, kita bisa melihat area depan sekolah. Area ini biasanya dijadikan tempat parkir motor," Hanny berjalan ke arah pos kecil. "lalu di samping gerbang ini, ada pos kecil tempat penjaga sekolah kita berjaga. Nah, penjaga sekolah kita bernama Pak Udin!" Hanny kembali berjalan dengan tangan yang menunjuk-nunjuk tiap tempat. "Kemudian, di samping parkiran meski agak jauh, ada mushola kita, Nurul Fitri. Di mushola ini, biasanya ada perkumpulan kecil, seperti mading, rohis, dan lain-lain." Hanny kembali berjalan lurus memasuki koridor kelas 12 IPA. "Ini adalah koridor kelas 12 IPA 1 sampai 5."

Di koridor itu, ada banyak pepohonan kecil dengan sebuah mading yang hancur. Happy mendekati mading itu. Bisa dibilang, mading ini hanya berdiri saja, tak memiliki kaca atau menutup apa pun, dan tak ada satu lembar pun kertas yang menempel. Happy agak prihatin. Ia menyentuh mading dengan lembut. "Kenapa bisa begini?" tanya Happy dengan suara kecil, namun terdengar oleh Hanny. "Sekolah belum memfasilitasi kami," jawab Hanny disertai raut wajah sedih. Happy melepaskan sentuhan dari mading. "Ya sudah, ayo kita ke tempat lain!" seru Hanny.

Hanny kembali berjalan dengan ceria menuju koridor lain. Di sana ada banyak sekali siswa yang nongkrong di depan kelas. Sesekali ada yang berteriak tidak jelas, bernyanyi, bahkan berdrama Romeo dan Juliet tapi agak berlebihan. Hanny menghentikan langkah tepat di hadapan kelas yang sedang menggelar drama dadakan Romeo dan Juliet. "Nah, sepanjang koridor ini adalah kelas 12 IPS 1 sampai 5!" ujar Hanny.

"Oh, Romeo! Di manakah keberadaanmu?"

"Oh, Juliet tunggu aku. Aku akan mengarungi Kali Ciliwung dan melewati Sparta dalam Sungai Kodok lalu menjadikanmu Cinderella bersepatu boots!"

"Oh, Romeo, bagaimana jika Tsubasha datang dengan pintu kemana saja lalu menculikku dan melukisku menjadi Lukisan Curut Kena Lem Gajah?"

"Tak usah khawatir. Jika kau menjadi lukisan, aku akan memandangimu bersama Rapunzel sambil sesekali menari dengannya selama 7 hari bulan purnama. Kemudian, aku akan memanggil Patrik agar bisa memberimu tips dan trik hidup seperti Larry."

Bukan, itu bukan suara Hanny atau Happy. Itu adalah percakapan drama dadakan Romeo dan Juliet yang disaksikan oleh semut dan jangkrik yang ada, sedangkan orang-orang yang lewat hanya sekedar lewat, tak melirik bahkan tak menyaksikan drama dadakan ini. Happy yang masih baru di sekolah, tercengang dengan mulut yang terbuka lebar. Beberapa kali ia mengedipkan mata agar bisa sadar dari hipnotis drama dadakan itu. Hanny yang mengetahui hal ini, segera menyadarkannya. "Happy! Sadar."

"Eh? Oh, apa, 'ya?" Happy kebingungan. Hanny terkikik kecil. "Ini mah biasa. Nanti juga kamu terbiasa," ucap Hanny.

Happy mengganguk perlahan, tapi masih berdiri di tempat. Segera Hanny menarik tangan Happy agar bisa melanjutkan pengenalan sekolah ini. Hanny membawa Happy berhadapan dengan empat koridor kelas. Happy membuka mulut hingga hampir masuk lalat, beruntung Hanny bisa menyuruh lalat itu segera pergi dengan terlepati, walau tingkat keberhasilannya hanya 1 : 6996. Happy mengedipkan mata sekali. "Sekarang, kita mau kemana?" tanya Happy meski sebagian kesadarannya masih melayang.

Gendut!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang