1 Jam bersama Manusia pt. 2

38 3 0
                                    

Malam itu ia menunjukan beberapa benda dari dalam tas yang aku berikan sebulan sebelum hari perayaan ulang tahunnya yang tidak dirayakan, sesaat setelah menyingkirkan mangkuk bubur kacang hijau di depannya. Kertas tugas yang tak tuntas karena malas, buku catatan yang tak bertuliskan tulisan sedikit pun, dan buku kosong yang ia niatkan untuk menuliskan puisi-puisinya. Hanya menunjukannya padaku tanpa maksud apa-apa.

Selesai menyantap bubur kacang hijau yang menurutku sedikit kemanisan, kini aku yang mengambil kemudi. Ia ku bonceng menginstruksikan arah jalan yang akan kami lewati, sambil bertanya rencana hidupku selanjutnya. Kami menepi, membeli kopi. Duduk dipinggir jalan. Dibelakang kami terdapat banyak pohon lebat, seperti sedang simulasi berada dihutan.

Kali ini tidak ada banyak percakapan. Sebab ia banyak bercerita tentang kehidupannya ketika sedang berada di salah satu gunung yang ada di pulau Jawa. Aku? Hanya mendengarkan, berharap itu tidak terjadi saat aku disana, nanti, bersamanya, mungkin. Hehe.

Kasutku putus. Lalu ia membuangnya dan melepas kasutnya dan memberikannya padaku. Malam ini ia dengan telapak kaki tak beralas.

Dijalan. Pulang.

"Malam ini bulannya tidak sesempurna kemarin malam. Bintangnya masih sama, hanya satu. Cantik, kayak aku." Kataku, diikuti ia yang kembali ambil kemudi sambil sedikit menengadahkan kepalanya mencari letak si Bulan Bintang yang kusebutkan.

"Bulannya kayak tempelan ya? Deket banget. Kenapa ya bintangnya bisa cuma satu gitu? Eh Gapapa deh satu aja." Lanjutku.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Biar ga ribet."





To be continued...

LovableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang