Adik

30 2 2
                                    

"Ka, mau bareng ga?"

Spontan saja aku membelalakan mata, membuka sedikit mulutku sambil berkata, "hah!?" Ucapannya sesaat menghentikan langkahku secara mendadak.

Yup, dedek emesh ini menawarkan tumpangan ketika melihatku berjalan menuju sekolah yang jaraknya lumayan jauh deh dari rumahku jika ditempuh dengan berjalan kaki. Dengan senyumnya, manis, manis, manis. Sekali lagi, ia mengulang tawarannya.

"Mau bareng ga ka?"

"Eh gausah, gausah. Aku jalan aja." Kataku sambil menggerak-gerakan tanganku memberi isyarat bahwa aku menolaknya. Bodoh, bodoh, bodoh.

"Bener? Masih jauh loh ka. Dikit lagi masuk."

"Ah ngga ngga, gapapa gapapa, duluan aja aku jalan aja."

Dia hanya mengangguk sambil tersenyum. Ya, tersenyum. Manis, manis, manis.

Aku melihatnya semakin menjauh dengan laju kendaraan roda dua yang tidak pelan tidak juga melesat cepat. Lantas saja hati ini berkata, "pangeran.." Dan ya, ia berhasil membuat senyuman di bibir ini bertahan lama sampai nanti malam. Disepanjang jalan aku berusaha memanyun-manyunkan bibirku agar tidak terlihat sedang mesem-mesem sendiri. Ingin rasanya membiarkan senyum ini terus mengembangkan pipi sambil ku tempelkan sebuah kertas dikening bertuliskan 'saya bukan orang gila yaa..'

*sampai disekolah*

"Aku berhasil! Tidak telat!"

Aku terus melangkah cepat, agar tidak kalah cepat dengan guru untuk memasuki ruang kelas, melewati koridor sekolah dan mata ini menemukan dedek emesh itu sedang bersenda gurau dengan sekumpulan laki-laki temannya. Ah, pangeranku.

Eh, apasih? Kok deg degan gini. Apasih aneh deh. Gak. Gamungkin aku runtuh dengan senyumannya. Astaga! Dia mendapatiku sedang memperhatikannya. Bodoh. Dasar mata bodoh.

Segera aku membangun niat untuk memalingkan pandanganku sembari terus berjalan melewatinya. Tapi niat itu berhasil dibatalkan olehnya karna ia melekukan senyumannya padaku. Sial! Dia manis sekali. Lantas ku balas juga dengan senyum yang wajar agar tidak terlihat salah tingkah. Padahal jika boleh, aku akan berlari sambil lompat-lompat riang gembira, kemudian ku susurkan tubuh ini kelantai dan berguling menuju kelas.

"Manis banget siiiii..." pikirku.

Sampai dikelas, teman-teman menatap aneh diriku yang tengah tenggelam dalam senyuman dedek emesh. Tidak. Ini sangat tidak wajar. Aku benar-benar runtuh oleh senyumannya. Tuhan, ini tindakan bodoh. Layangkan saja aku dari dunia ini. Gakuku ganana euy..

LovableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang