How Can I ?

40 10 1
                                    


Di kesunyian malam pukul 01:30 dini hari, Kamis, 7 Desember 2017. Entah apa yang ada di pikiranku, sehingga aku melakukan sesuatu yang sebenarnya ga salah sih, hanya saja jarang terjadi bagi kalangan perempuan berusia 16 tahun sepertiku. Percakapan via whats app yang aku mulai sendiri dengan pria yang biasa aku panggil ka Rama.

"Malam ka, udah tidur belum?"

Sapaan yang ku mulai diwaktu yang tidak tepat. Lima menit berlalu tidak ada jawaban, ya mungkin dia sudah terlelap.

'Tiing!'

Bunyi notifikasi telepon genggamku. Hopefully sekali bahwa ka Rama lah yang menyebabkan notifikasi telepon genggamku berbunyi. Dan benar saja, ia berhasil menciptakan seringai di bibirku.

"Malam, belum kok, ada apa malam-malam begini chat? Kamu belum tidur?"

Asli seneng parah, loncat-loncat girang udah kayak setan lontong, mau teriak tapi udah malem, dia benar-benar mambalasku. Baik, Mawar calm down and start it. Harus sesuai skenario awal. Okay mulai.

"Ka Rama mau bantuin aku ga? Kalo gamau juga gapapa kok ka, aku tahu ini udah malam jadi gapapa, ya udah makasih ka"

Bodoh. Bodoh. Bodoh. Kenapa nervous gini sih.

"Ahahaha aku belum jawab loh, mau kok mau, bantu apa?" Balasnya sangat sopan.

"Aku cerita sedikit deh ya, jadi aku suka sama orang, lebih tua tiga tahun dari aku, aku ga tahan mau bilang, tapi aku kan perempuan, gengsi banget bilang duluan. Kira-kira respon dia apa ya ka?"

Yup, good Mawar, berjalan sesuai yang aku tulis di naskah drama.

"Hmm menurut aku sih, apa salahnya bilang duluan, lagi pula kartini tidak memperjuangkan emansipasi wanita untuk takut mengeluarkan pendapatnya. Jadi ga salah untuk bilang duluan. Daripada nyesel ayooo. By the way, bantu apa ya?" Gumamnya.

"Ka Rama bantuin aku, aku mau latihan bilang soal perasaan aku ke someone, mau kan ka?"

"Ya udah, kamu bilang aja, anggap aja aku ini dia"

"Ka, sebenernya udah lama aku pendem rasa ini. Cuma takut ngomongnya. Aku suka sama kaka, aku suka tanpa alasan. Aku bingung kenapa bisa begini. Ga ngerti kenapa. Padahal ketemu aja jarang pake banget, ngobrol apalagi, nge chat juga pernah doang ga sering, kaka ga pernah ngelakuin apa-apa ke aku yang bisa buat aku nge fly sambil mengepakan sayap ghaib ke udara. Kalo kata orang aku suka gara-gara harta, itu salah, sebelum aku tau kaka punya sesuatu aja aku udah suka. Paras, juga ngga, kaka ga ganteng. Jangan tanya aku kenapa suka sama kaka ya, mikirin jawabannya aja bisa ga tidur tujuh hari tujuh malam, apalagi jawabnya. Aku ga nembak kok ka, kaka juga ga perlu kasih tahu kaka suka sama aku juga atau ngga, karna aku udah tahu, dan jawabannya pasti ngga. Udh gitu aja. Maaf ganggu waktunya. Makasih ka."

Helaan nafas kuhirup sepanjang panjangnya, setelah paragraf yang kutulis selesai terkirim. Yang membuat bilik kanan, bilik kiri, serambi kanan, serambi kiri ini bekerja lebih kencang dari biasanya. Yang membuat jari jemari terasa seperti bukan hanya sepuluh jumlahnya, tapi seratus, seratus satu deh. Deg degan kaka.

"Panjang juga ya wkwk, kira kira dia masih bangun ga ya?" Tanyanya.

"Pasti masih ka, aku tahu dia masih bangun"

"Ya udah sana bilang, jujur banget itu kata-katanya, percaya diri aja and tell him, right now!"

Gleeekk, kata-katanya itu buat aku meneguk ludahku sendiri. Ac dikamar ku sudah menyala dengan suhu 16°c, tapi mengapa aku masih bekeringat?

"udah."

"udah? Cepet banget, terus dia bales apa?" Tanya Ka Rama

"Dia malah nyuruh aku buat bilang ke dia, padahal aku udah bilang." Jawabku membuat teka-teki.

"Maksudnya? Dia itu, aku?"

Deg. Dia peka guys, bagaimana ini? Jika ada seseorang di ruangan ini pasti aku sudah dibilang gila. Jedotin kepala ke dinding kamar, pukul-pukul kasur, usaha merobek kain sprai karna gemas. Untungnya hanya ada aku dan mungkin setan-setan yang ikut menyaksikan drama ini.

"Wkwkwkwkw" pesan yang masuk dari Ka Rama, tertawa? Maksudnya?

"Kok ketawa sih ka? Aku lagi serius tahu. Aku ga minta kaka suka balik kok ke aku. Aku cuma mau bilang gitu"

"Lucu aja. Mawar, kamu itu masih sekolah, masih remaja, masih ada yang harus kamu raih selain cinta, aku ga nyuruh kamu buat berhenti suka sama aku kok, itu hak kamu buat suka sama siapa aja. Cuma coba kamu berkaca, kamu masih sangat muda, kelak kalau kamu sukses, cantik, pintar, pasti banyak pria yang naksir sama kamu. Kalo sekarang belum waktunya sayang."

Mati kutu aku. Sayang? Ya ampun jadi salah fokus. Hehe.

"Terus kenapa ka Rama suruh aku bilang duluan, kalau akhirnya semua cowok akan bilang kayak gini?"

"Untung kamu bilangnya sama aku, jadi bisa aku lurusin. Udah lah gausah dipikirin, kalau jodoh gabakal kemana. Kalau nanti ditingkat universitas kamu dapat cowok yang lebih baik dari aku, mungkin kamu akan lupa sama aku."

"Ka Rama jangan diingat ya aku ngomong gini, anggap aja aku ga pernah ngomong apa-apa okay?"

"Wkwk iya iya, by the way aku ga ganteng nih?" Eh dia malah nanya gitu, aduh jadi salah tingkah ehey.

"Aahh ka Rama, kan aku bilang lupain"

"Ahahaha ya udah sana, udah malam, tidur sana"

Yups, okay, jodoh gabakal kemana. Kesimpulannya kaka nolak aku, huhu. I will not move on from you until I find a man who I love more than you. I love you, ka Rama.

~The End~


To be continue w/ another story...

LovableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang