1. Divergent

90 13 45
                                    

[siapkan sabuk pengaman, kita mulai berangkat.]























***

Haris

Gue selalu mendoktrin pikiran gue dengan kata-kata "Tidak semua yang berbeda itu yang lo cari." Karena sebagian orang di dunia ini berbeda dari pandangan gue ya cuma atas embel-embel mencari perhatian gue. Mereka terlihat berbeda semata-mata cuma ingin gue perhatiin.

Haris Erlang Alif Janata.

Siapa sih anak SMA Cendekia yang nggak kenal gue? Rumor yang tak berdasar dan tersebar, gue itu orangnya anti cewek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa sih anak SMA Cendekia yang nggak kenal gue? Rumor yang tak berdasar dan tersebar, gue itu orangnya anti cewek. Dan emang bener, gue pernah mukul tangan cewek karena nggak sengaja nyentuh tangan gue. Bukan sok baik atau emang sok cool. Tapi semua ini terjadi diluar kendali otak gue.

Namun, saat gue dengan bangganya bersikap sok misterius dan dingin. Disaat banyak orang yang justru berbondong-bondong terlihat berbeda cuma untuk mengalihkan atensi gue. Disaat mereka semua memandang gue bagai oasis di tengah-tengah gurun Sahara.

Ada yang memandang gue beda.

Diawali dengan pertengahan bulan Juli dimana tahun pelajaran baru dimulai, gue menemukan sosok itu. Sosok dengan ke-bodoh amatan-nya yang terlihat ogah-ogahan saat banyak yang lainnya memuja gue. Sosok dengan pemikiran ilmiahnya yang diam-diam gue speechless sama dia.

Jadi untuk pertama kalinya, hari itu gue dengan khidmat mendengarkan Pak Bambang yang sedang membaca kan nama siswa-siswi kelas. Dan ya, tepat pada saat namanya disebut sosok itu mengangkat tangannya penuh semangat.

Alta Lembayung Dananta.

Gue nggak tahu apa arti namanya. Ataukah nama itu mengandung makna etimologis di dalamnya. Gue nggak tahu. Yang jelas nama itu bagus, kayak pemiliknya yang masih dengan hikmat mandang gue dengan tatapan malas.

Oh, guys look her now. His face like a dope, so addicted.

They way she look at me now.

The way she talking.

Semuanya mencandu bagi gue.

Tapi kembali ke awal. Gue terlanjur mendoktrin pikiran gue. So then, i think she just want my attention. Sialnya, dia kayak rumput liar yang invansi di tengah-tengah tumbuhan indah. Dan betapa malangnya gue, invansi nya ditengah kenormalan. Dia malah terlihat mekar sempurna. Dan perlahan membuat perhatian gue teralihkan.

Dia nggak kenal gue. Gue juga nggak kenal dia. Anggap saja kita cuma dua orang manusia asing yang bakal tetep bersama satu tahun kedepan. Tapi gue nggak bisa anggep kayak gitu, dia terlanjur ngebuat gue penasaran dengan segala tingkahnya.

Pagi itu, setelah seminggu kita sekelas bareng. Gue yang memang datengnya paling siang sama Si Agus, langsung dikagetkan dengan kabar bahwa ada PR untuk jam pertama hari ini. Gue auto serangan jantung. Berbekal buku tulis buluk dan bolpoin hasil nyolong kelas 10 dulu, gue kalang kabut nyari contekan.

PredestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang