[duh, akutuh seru ngelihat mereka.]
***
Budi
Dari kecil gue selalu diajari sama Bunda untuk nggak ikut campur urusan orang. Nggak sok tahu ataupun mencoba menengahi. Gue diajari untuk selalu tidak peduli sama sekitar. Tapi gue ya gue. Dengan kadar rasa peduli masih tinggi. Dan itulah yang membuat Bunda dipanggil BK lima bulan lalu saat gue mencoba menengahi dua kakak kelas yang berdebat, dan gue malah ditampar.
Hari itu, gue dimarahin sama bunda. Nggak boleh lagi ngurus masalah orang lain yang nggak ada sangkut pautnya sama gue. Karena gue juga termasuk tipikal anak bersumbu pendek.
Dan hari ini, sehabis tadi nganterin Bunda ke pasar untuk menggelar dagangan disana. Gue langsung berangkat menuju sekolah. Agak terburu, dan untung nggak telat. Sebenarnya gue sih ingin mengundurkan diri dari jabatan ketua kelas. Yah abisnya seminggu aja gue udah dituduh nggak becus. Dituduh nggak bisa bertanggung jawab.
Padahal gue udah melakukan semua yang gue bisa. Mungkin apa yang gue lakuin terlalu jauh sama standard mereka.
Gue masuk kelas. Melihat keributan sana-sini. Pasti gegara PR, untungnya tadi pagi gue sempet dikasih tahu Bu Wulan soal PR nya. Jadi buru-buru gue kerjain. Gue hendak melangkah ke bangku sebelum satu kejadian menyita seluruh perhatian gue.
Sesosok cewek yang memaki-maki cowok. Hingga yang gue tahu si cowok cuma merotasikan matanya kesal. Dan berniat tidur. Tapi si cewek tetep ngoceh. Dan bego nya si cewek yang maki-maki orang tidur di depannya.
"Bego!"
Gue merutuk dalam hati. Berniat menghampiri tapi masih inget nasihat bunda agar jangan ikut campur urusan orang. Jadinya gue berlalu pergi ke bangku gue. Selepas gue meletakkan tas. Masih sama, cewek itu masih mengoceh sambil sesekali menimpuk-nimpuk kepala cowok itu.
Sebenarnya gue pingin teriak dengan lantang.
"He bego! Dia nggak bakal bangun kalo cuma lo timpukin."
Tapi sekali lagi, kalimat bunda melayang di pikiran gue.
Menit-menit berlalu, dan masih sama dengan ke-bego-an tingkat tingginya. Itu cewek masih suka ngomel nggak jelas di depan si cowok. Lama-kelamaan gue yang merhatiin juga bosen kali. Akhirnya, gue melangkah maju. Ketika tuh cewek mau pukul kepala si cowok yang gue ketahui namanya Haris, gue hadang lah pakek tangan gue lebih dulu.
"Jangan dipukul."
Dia mematung. Tak berkutik di hadapan gue. "Emangnya kenapa sih lo kok sampai dendam banget ke cowok ini. Si Haris maksud gue."
Dia memandang gue sekilas. Lalu mengalihkan wajahnya ke Haris. "Dia nyontek buku gue. Dan dengan nggak tahu terima kasihnya dia lempar buku ini ke kepala gue," cerocosnya sambil memperagakan kejadian yang menimpa kepalanya yang naas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Predestin
Fiksi RemajaSpin of Kelas Archimedes Kelas Archimedes Romance Ver. SMA Cendekia's universe Ketika sebuah rasa terhalang oleh rasa persahabatan. Ketika yang menghangat mulai mencairkan suasana. Ketika yang terbiasa mulai diam-diam memanggut rasa. Akankah, hakika...