8. Laboratory Seat

32 6 0
                                    

[halo, gak kerasa ini udah hati keberapa Quaratine ya? Stay safe semuanya. Udah hampir lebaran juga. Wkwk.

Di part ini haris sama budi sengit pertengkarannya.

Oke, selamat menikmati.]










































***

Haris

Selain ngerjain Alta, hal yang paling sangat-sangat gue favoritkan adalah duduk di samping cewek dengan bau bedak bayi menguar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain ngerjain Alta, hal yang paling sangat-sangat gue favoritkan adalah duduk di samping cewek dengan bau bedak bayi menguar itu. Kesannya sih dia kayak bayi, padahal tingkahnya kayak kingkong wakanda.

Karena itu gue selalu membujuk Yunn dan Fero untuk duduk barengan, biar gue bisa duduk samping Alta. Tapi ya gitu, namanya juga Haris. Udah duduk di samping Alta, bukannya niat berdamai gue malah ngilerin bukunya. Emang dasar gue manusia gak tahu diri.

Tapi hari ini ada pelajaran rekayasa genetika.

Biasanya kita ke laboratorium di depan, samping lapangan basket. Dan gue adalah pembenci pertama paling fanatik dari pindah kelas ke laboratorium. Selain karena kalori-kalori yang udah gue kumpulin saat istirahat makan somay hilang berceceran di jalan. Gue juga benci karena di laboratorium bangkunya ada tiga.

Lo pada tahu kenapa?

Karena gue gabisa duduk berduaan bareng Alta.

Apalagi saat cewek itu ditarik ama si TOA kembar dan disuruh duduk sama mereka. Miris lah nasib gue yang hanya bisa memandang punggung Alta saja. Namun gue gak cukup bodoh buat nggak gangguin mereka. Dengan segera gue melempar tas gue di meja panjang laboratorium depan mereka, lantas menarik tangan Ifa dan membuat gadis itu bersungut.

Untung saja meja ketiga cewek itu berada di barisan depan, jadi gue gak perlu pusing mikirin alasan apa yang harus gue pake demi nyumpel bacot nya si kembar.

"Heh! Haris! Lo kok narik seenaknya si anying! Itu tempat duduk gue." Ifa teriak di samping kuping gue, bisa-bisa besok telinga gue congekan.

"Mata gue belek an, gak bisa ngelihat papan kalo di belakang. Gue disini aja!" Lo tahu sedetik kemudian jambakan yang amat fenomenal sakitnya mendarat di jambul khatulistiwa ulala milik gue. Mau tak mau gue memekik kesakitan. Terdengar suara tawa dari Alta dan Afi yang menyaksikan pertengkaran kita berdua tanpa berniat memisahkan.

Gue emang suka ketawa nya Alta.

Tapi ya kudu gitu gue rela rambut gue di jebol TOA.

"Apa susahnya sih lo tinggal duduk di belakang?"

"Heh! Gue sama kembaran gue itu gaboleh pisah ya! Kita itu satu hati, jari harus satu bangku juga." Ifa kembali bersuara dengan nada tinggi. Kalo lama lama begini, gue jamin emang bakal rusak gendang telinga gue.

PredestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang