6. Usaha Diam-Diam

44 7 17
                                    

[]


































***

Budi

"Kalian berdua tuh tengkar mulu. Jodoh baru tau rasa."

Mulut gue!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mulut gue!

Gue dengan muka slengekan lewat. Berasa jadi ganggu orang pacaran. Untung Budi tuh orangnya nggak tahu malu, makanya ada orang tengkar tetep di trabas. Mana mulut gue nggak bisa di rem. Terus sial yang keduanya ini mbak doi yang lagi tengkar sama Haris —si ngeselin yang dulu pernah nyoba nyobek bukunya.

"Gue? Jodohan sama Haris. Ogah!"

Wou! Mbak doi yang kalem bisa nge-gas juga. "Widih! Mbak Alta jangan nge-gas. Kalem mbak. Tadi gue cuma bercanda kok."

"Nggak bercanda juga nggak papa. Biar dia kena karma sekalian."

"Mulut lo!"

Suka heran sama mereka berdua. Kayak kucing sama tikus mulu. Gemes, pengen dijodohkan saja. Tapi sayang, hati Budi nanti buat siapa?

"Lo tuh aneh ya Ris. Udahlah, gue sama Budi aja." Perempuan itu langsung menyeret tangan gue pelan. Meninggalkan si Haris yang masih cengo sambil masang muka pengen ke tangan gue dan Alta yang gandengan.

Tunggu!

Tunggu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ta... Harus lo gandeng segini-nya ya tangan gue?" Reflek gadis pendek di depan gue ini langsung kaget dan melihat tangan kita. Dengan cepat-cepat dia melepaskan tangannya dari tangan gue. Duh, padahal lagi nyaman dipegang sama dia.

"Maaf Bud, nggak sengaja. Gegara si Haris sih!" Dia berdecak kesal, sambil menatap sinis Haris yang masih ada di daun pintu.

"Nggak papa, tadi sebenernya nggak usah dilepas, udah nyaman soalnya."

Bangsat!

Mulut gue kenapa nggak ada rem-nya!!

"Hah?"

PredestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang