[10] Rey brengsek

10.6K 408 14
                                    

Rey menghela nafas untuk kesekian kalinya. Kenapa Mamahnya, Ami, datang disaat situasi seperti tadi? Itu bahkan momen yang jarang ia dapatkan. Rey sudah melihat Fara yang memejamkan mata tadi!

Tapi mengapa? Mengapa... Ah, sudahlah!

Rey melirik Ami dengan tatapan tak sukanya. Sementara Ami sangat santai mengobrol dengan Fara.

"Apa sih, Rey? Kamu gak suka Mamah dateng?!" Delik Ami.

Bener banget!!

"Bingung aja. Kenapa dateng pas jam segini sih?" Jawab Rey malas.

"Emang kenapa? Toh Mamah gak dateng malem malem pas kalian lagi sibuk." Ami menahan senyumnya.

"Lain kali gak usah repot repot bawain makanan, Mah. Kemarin aku udah beli bahan kok." Ucap Fara.

"Mamah takut aja, Far. Mamah takut, si Rey gak kasih kamu uang belanja. Nanti malah uangnya dia beliin sepatu. Kan bikin naik darah!"
Desis Ami

Fara terkekeh. "Nggak kok. Kemarin kita belanja pake uang Rey."

"Bener tuh! Jangan suudzon dulu, Mah!"

~~~

Sialnya, kenapa Ami baru pulang jam sembilan malam? Setelah masak bareng Fara, ngobrol berdua dengan Fara, minum kopi berdua bareng Fara. Sedangkan Rey? Dia hanya menjadi nyamuk.

Setelah Ami pulang, Fara langsung masuk kamar dan tidur. Tidak ada kesempatan lagi bagi Rey untuk melanjutkan yang tadi.

Mereka baru berpapasan pagi hari ini. Fara sudah selesai memasak ketika Rey sudah siap ke kampus.

"Rey, saya cuma hangatin makanan yang Mamah bawa kemarin, gapapa kan?"

"Gapapa kok."

Rey makan tanpa bicara. Fara makan sambil memperhatikan iPadnya. Istrinya memang pekerja keras.

Rey menarik iPad dari tangan Fara. "Makan dulu ya? Kerja kan harusnya nanti, di kampus."

Sedikit perhatian yang Rey berikan, membuat Fara tersenyum dalam hati.

"Gue yang nyetir deh, nanti lanjut di--Eh iya, kita gak bisa berangkat bareng dulu ya?"

Ah, iya juga...

"Sorry ya, Rey."

"Gapapa kok."

17.47

Rey menunggu kedatangan Ghina yang meminta untuk bertemu di jalan dekat kafe. Ini sudah mau malam, mengapa Ghina belum juga datang?

Mata Rey memicing melihat seseorang yang tidak terasa asing. Itu Fara! Yaampun, kenapa mereka berduaan lagi?

Fara terlihat sedang berdua bersama Gilang di parkiran dekat Rey menunggu Ghina. Baru saja ia ingin menghampiri mereka, namun matanya membelalak ketika Fara memeluk Gilang. Ingat, Fara yang duluan memeluk Gilang.

Bahkan Rey saja tidak pernah diperlakukan semanis itu.

Mereka tersenyum bahagia. Terlihat Fara beberapa kali mengelus punggung Gilang.

Amarah Rey memuncak. Mengapa Fara lebih dekat bersama Gilang, pelukan itu sudah termasuk intim kan? Apalagi Fara sudah bersuami. Apa selama ini Fara memang ada main di belakangnya?

"Rey! Maaf ya gue telat." Ucap Ghina yang baru datang dengan terengah engah.

"To the point aja, Ghin."

Jujur saja Rey tidak mood bicara dengan siapapun. Rasanya melangkah ke apartemen saja sudah berat.

"Okay." Ghina menarik nafasnya panjang.

"Gue suka sama lo." Ucap Ghina spontan. "Gue tau ini salah, kita temenan tapi—hmpph."

Rey tau ini salah, namun Rey hanya ingin Fara melihat Rey berciuman dengan seorang wanita di depan dia. Agar Fara juga menyadari apa yang Rey rasakan.

Rey mencium Ghina hingga mereka berdua kehabisan nafas. Ghina tersenyum lebar setelah Rey melepaskan bibirnya. Itu artinya mereka pacaran, kan?

"Thankyou Rey." Ucap Ghina malu malu.

Rey tersenyum. Ia tidak mengatakan apa apa. Tidak berkata mereka pacaran, atau membalas kata suka dari Ghina. Ia hanya melakukan itu sengaja agar Fara juga melihatnya.

17.40 , kafe dekat kampus.

"Huffh, maaf ya aku telat."

Fara datang sambil mengatur nafasnya yang terengah engah. Gilang meminta bertemu mendadak di parkiran kafe dekat kampus.

"Gapapa. Aku juga baru dateng kok. Tadinya sengaja biar aku yang telat. Tapi ternyata kamu lagi yang telat." Ucap Gilang sambil tertawa.

"Jadi, kenapa minta ketemu mendadak gini?"

"Aku mau kasih hadiah." Gilang menyerahkan kotak berukuran sedang kepada Fara.

Fara mengernyit bingung. "Dalam rangka apa?"

"Aku bakal jadi calon Ayah!"

Fara menutup mulutnya tak menyangka. "SERIUS?!"

Gilang mengangguk semangat.

"Selamat!" Fara memeluk Gilang sambil mengelus punggung sahabatnya itu. Tak menyangka, setelah penantian tiga tahun, akhirnya Gilang akan memiliki seorang anak.

Gilang turut memeluk Fara dengan senyum bahagia.

Mereka melepas pelukan.

"Makasih ya selama ini kamu udah bantu Fatma. Aku berutang budi sama kamu." Ucap Gilang.

"Bukan apa apa, Lang. Sebagai sahabat kamu, kita harus saling membantu kan?"

Mereka sama sama tersenyum. Namun saat Fara membalikkan badan, senyumnya hilang seketika melihat Rey sedang berciuman disana.

Walaupun wajahnya tertutupi muka wanita, Fara bisa melihat jelas pakaian yang dipakai Rey tadi pagi.

"Astaga! Itu--" Gilang langsung membalikkan badan Fara agar cewek itu tidak terlarut melihat hal yang sangat menyakitkan.

"Biar aku samperin dia!" Gilang ingin menghampiri Rey dan melayangkan satu bogeman, namun Fara menahan lengannya.

"Jangan, Lang. Biarin aja."

"Kamu apa apaan sih?! Aku tau dia belum cinta kamu, tapi dia gak harus selingkuh pas umur pernikahannya baru menuju dua bulan kan?!"

"Mungkin ini salah aku.."

APA INI MAKSUDNYAA?!
JADI, GILANG ....

Bakal sedih sedih A lot di part part selanjutnya.

Jangan lupa vote yaa! Lanjut? Komen👇

Mungkin aku bakal up di jam jam malam ya. So.. Stay tune aja ;)

Pasutri Retjeh#2 - Nikahin dosen galakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang