Siang ini merupakan siang yg terasa saaangat panjang bagi Jennie. Badannya pegal semua. Yg paling terburuk kini adalah ponselnya lowbat. Sial. Kenapa harus lowbat.
"Huh! Capek banget hari ini..." gumam Jennie sembari mengusap pelipisnya pelan.
Bruk!
"Nih, jangan lupa nanti di salin. Terus habis di salin di fotocopy. Habis itu 3 hari lagi di serahin ke pak Wonho. Gue pamit dulu, gue juga harus ngerjain tugas gak manusiawi ini" tiba-tiba saja muncul buku tebal berbahasa Jepang di hadapannya.
Sang penyerah buku, Kim Jisoo langsung pergi begitu saja. Jennie mendengus, mood-nya yg sudah hancur tambah hancur lagi.
Dosen ganteng! Eh, enggak-enggak. Dosen sialan!
Pak Wonho, dosen paling killer dari semua dosen yg killer dimata Jennie. Saat ulangan bahasa, noleh dikit sudah di tegur. Sialan pt.2.
Jennie memegang buku-buku tebal itu. Wajahnya tampak murung dan lusuh. Mana sih si mood booster nya itu. Miliknya itu. Seharian tidak memberi kabar, terus menyiksa batin Jennie saja.
"Aiiih!! Pak Wonho... Aku akan balas dendam..." lirih Jennie dengan nadanya yg sengaja ia tekankan.
"Uagh! Berat banget buset, ada 4 buku?! Pfft, iblis!" dengus Jennie yg tengah mengangkat bukunya itu untuk ia bawa pulang.
Mumpung dosen pelajaran selanjutnya sedang rapat, ia bisa pulang kapanpun ia mau. Setidaknya ia butuh berbaring barang sejenak.
"Kak Jennie? Mau Jae bantu?" tiba-tiba ada suara seorang lelaki dari belakang Jennie.
"Eh! Lho, Jaemin kok di sini!? Lo dah pulang?" Jennie terkejut saat tiba-tiba ada anak SMA nyasar ke sini.
"Lagi jemput papa. Papa minta jemput, mobilnya rusak. Suruh naik kendaraan umum, kayak ojek, bus, taksi dia gak mau. Tau papa kan? Profesor Na Goongmin? Jelas laah, yg punya kampus!" ujar Jaemin sembari mengambil 2 buku dari tangan Jennie.
"Lho, lo anaknya profesor Na Goongmin yg pendiem kek batu itu? Uwaah, hebat!" kagum Jennie pada Jaemin. Jaemin hanya tersenyum tipis.
"Mana mobil kak Jennie? Gue ater sampe mobil aja ya?" tanya Jaemin pada Jennie. Jennie mengangguk lalu menunjukkan di mana mobilnya berada.
"Nah... Makasih ya Jaem, kalo gak ada lo mungkin gue dah jadi nenek bungkuk duluan di tengah jalan. Sekali lagi makasih, gue duluan..." pamit Jennie pada Jaemin, yg dipamiti hanya tersenyum biasa.
Mobil Jennie mulai meninggalkan daerah kampus, Jaemin tersenyum lega. Ia tidak lelah apa ya tersenyum terus?? Yg penting happy.
"Lo ngapain tadi? Cari perhatian?" tiba-tiba terdengar suara yg begitu dingin dan datar. Jaemin menoleh dan terkejut saat menoleh ke belakang.
"K-kak Baejin?! Kakak sekolah sini!?" heboh Jaemin ketika melihat Bae Jinyoung ini.
Jinyoung merotasikan matanya malas. Ia sudah terlalu malas dengan sepupunya ini. Iya, Jaemin adalah sepupunya. Tak banyak yg tahu memang.
"Iya, ngapain lo tadi sok sok bantuin Jennie? Caper?" sindir Jinyoung sembari mendekat ke arah Jaemin. Sementara Jaemin masih tenang dan tersenyum kecil.
"Masih sama ya. Dingin dan egois. Dan... Maafin gue waktu itu, bukan gue yg rebut perhatian orang tua lo. Tapi mereka yg cari perhatian" ucap Jaemin dengan sorot mata tajamnya dan nada tajamnya.
"Oke oke. Kak Irene bilang dia mau ke sini besok malem. Lo ama bapak bangsat lo itu di undang ke apart gue. Jangan dateng kalo bisa" jawab Jinyoung dengan acuh dan bukannya berbicara sambil menoleh pada lawan bicaranya, Jinyoung justru memalingkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold And Attentive Junior [Bae Jinyoung×Jennie Kim]
FanfictionGak sengaja ketemu saat lari² di koridor kampus karena kesiangan, alhasil jadi deket. Tapi orangnya nyebelin, karena apa? Karena cuek 😒. •Bahasa non baku •typo bertebaran, maka monmaap