Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Keping 1: Moonflower

124K 7.6K 188
                                    

"She was a ray of sunshine, a warm summer rain, a bright fire on a cold winter's day, and now she could be dead because she had tried to save the man she loved."
― Grace Willows

Sejumlah gobo yang terpencar di langit-langit menembakkan sorot cahaya dengan motif dan warna yang berbeda-beda di atas lantai panggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejumlah gobo yang terpencar di langit-langit menembakkan sorot cahaya dengan motif dan warna yang berbeda-beda di atas lantai panggung. Bergerak berkejaran ke sana kemari melintasi kaki seorang penyanyi solo wanita terpopuler saat ini beserta para penari latarnya. Kemudian redup. Moonflower mulai bermunculan satu persatu. Warnanya kuning, hijau, merah, biru, ungu. Mereka menyatu, lalu menyebar, lalu berlarian membentuk gerakan ombak. Gobo-gobo dihidupkan lagi, lampu sorot, lampu panel hingga centerpiece dihidupkan diiringi ritme musik yang kian cepat, kian menguatkan degup jantung. Para musisi berkumpul di atas panggung, bersahut-sahutan dalam nyanyian yang merdu, semarak. Puncaknya, ketika nada tinggi terakhir dilengkingkan, drum ditabuh semakin cepat, dan permainan efek cahaya seakan meledak, semuanya kemudian padam. Tiba-tiba saja. Kembang api elektrik menyembur dari bagian depan panggung, membuat para penonton riuh gelak dalam gemerlap suasana itu.

Euforia itu masih belum berakhir bahkan ketika pertunjukan telah resmi dibubarkan. Panggung sudah tidak lagi diberi sentuhan permainan cahaya, musik megah, dan penyanyi kelas atas. Penonton pun sudah mulai pulang satu persatu, tetapi suasana masih begitu hidup. Kenalan, rekan bisnis, para penanggung jawab acara. Semua orang berpesta malam ini.

Denting-denting gelas. Sendok dan garpu beradu dengan piring porcelain. Lalu suara obrolan dan tawa. Dan lebih banyak lagi tawa. Jagad ikut larut dalam kemeriahan malam itu. Dengan segelas wine di tangan, ia tertawa, mengobrol singkat pada siapa pun yang mendekat padanya dan mengucapkan selamat.

"Selamat atas kesuksesan acaranya!" ujar mereka, rata-rata pria-pria setengah baya dengan setelan jas Dormeuil atau Kiton, seraya menepuk punggung pria 30 tahun itu sekali atau dua.

"Selamat, Jagad! Selamat! Selamat! Hebat kamu."

"Masih muda sudah sesukses ini, ya. Hebat sekali!"

Jagad tersenyum simpul lagi, berusaha agar hidungnya tidak mengembang atas pujian-pujian yang dialamatkan padanya. Ia bangga, hal itu jelas terpancar. Dan rasa-rasanya ia tidak bisa membusungkan dada lebih lagi malam ini.

Acaranya berjalan lancar. Sebuah acara grand award yang diadakan oleh stasiun TV miliknya untuk kali kedua. Beberapa bintang besar, dalam negeri maupun internasional tengah berkolaborasi sekarang di atas panggung yang megah sebagai penutup acara malam itu. Confetti bertaburan seperti hujan menambah sukacita yang dirasakan semua orang. Jagad senang kerja kerasnya terbayar sudah. Usahanya merintis bisnis, jatuh bangun di bidang yang sudah ia geluti sejak lima tahun ini telah menunjukkan bunganya.

"Terimakasih, Mr. Hendra, Mr. Collins," ia memberikan anggukan pada pria yang menghampirinya barusan dan pria lain di sampingnya, yang juga Jagad kenal melalui beberapa kerja sama, seorang CEO dari sebuah perusahaan elektronik dunia, Mr. Collins.

Paper Hearts (Wattys2019 Winner) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang