"A rose started off a bud, a bird started off an egg, and a forest started off a seed."
― Matshona DhliwayoMakan malam berlangsung seperti malam-malam biasanya ketika Jagad pulang tepat waktu tanpa memutuskan harus lembur. Sepi. Yang sedikit berbeda adalah, Jagad akan duduk di sofa di samping wanita itu, dan ikut menonton. Kali ini wanita itu sedang memindah-mindah saluran TV ketika Jagad mendudukkan diri di sampingnya.
Kamu mau menonton sesuatu? Wanita itu bertanya, mendadak tercekat menyadari jarak minimal di antara mereka sekarang.
Jagad mengedikkan bahu. "Saluran berita, kalau ada."
Namun, mereka berakhir menonton siaran langsung balap MotoGP yang biasanya akan membangkitkan suasana hati Jagad. Ia menyukai siaran olahraga. Hanya saja, kali ini tidak begitu berhasil. Tidak ada komunikasi, lagi. Mereka hanya diam menonton, seolah-olah memperhatikan pantat Marc Marquez dan Pedrosa di antara dengung mesin kendaraan adalah hal paling menarik sedunia. Ayla menarik kakinya naik untuk ia peluk dan menggigit bibir. Betapa pertanyaan ringan seperti 'bagaimana harimu?' tergantung di ujung lidahnya, atau dalam kasus Ayla, di ujung jemari tangannya. Betapa ia ingin berbagi dengan pria itu. Ingin menjadi pasangan yang normal.
Namun, menatap Jagad, napasnya menjadi tidak beraturan. Ia gugup setengah mati.
Jagad-lah yang pada akhirnya membuka percakapan.
"Besok malam, Bude Nani mengundang makan malam," ujarnya, setelah memastikan kali ini Ayla menatap ke arahnya dan dapat membaca gerak bibirnya. Kadang ia juga mencoba mempraktikkan bahasa tangan yang ia tahu, namun itu terlihat terlalu aneh dan kaku, dan Jagad nyaris mati karena merasa malu.
Ia menatap wanita itu, memperhatikan bagaimana bahunya menegang dan ia terlihat lebih kecil dari sebenarnya. Ia mengerti. Bude Nani tidak pernah menyukainya.
"Akan kuusahakan menghindar sebisanya," ujarnya, membatalkan pertanyaan untuk wanita itu apakah ia ingin ikut atau tidak.
Cepat-cepat, Ayla melambaikan tangan dan menggeleng. Kamu harus tetap ikut, ujarnya. Jagad, sebenarnya tidak mengerti dengan apa yang wanita itu lakukan dengan menekuk jari telunjuknya kemudian memasukkan dua jari ke lubang yang ia buat di tangan lain. Namun, segala ekspresi wajah dan penekanan yang wanita itu buat meyakinkan Jagad bahwa Ayla menentang rencananya.
Dan itulah kenapa pada hari berikutnya, Jagad telah meminta asistennya untuk mengosongkan jadwalnya malam itu.
Jagad sedang merapikan dasi yang terus dengan bandelnya tersangkut di salah satu sisi saat telepon berbunyi lagi. Pria itu mendesah jengkel. Tanpa memperhatikan lagi, ia mengangkat ponsel pribadinya dan menempelkannya ke telinga, ditopang oleh bahu sementara tangannya kembali sibuk melonggarkan dasi untuk membentuk simpul dari awal.
"Ada apa lagi, sih?" tanyanya, tidak repot-repot menyembunyikan kegusaran dari nada suaranya. July, kakak perempuannya itu sudah tiga kali ia bolak-balik menelpon dalam satu jam terakhir. Bolak balik mengingatkan Jagad untuk tidak melupakan jadwal makan malam, dan yang terakhir meminta dibelikan sesuatu. Apa lagi sekarang?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts (Wattys2019 Winner)
RomanceJagad tidak pernah mencintai Ayla, istrinya yang tunawicara dan tidak pernah melupakan cinta pertamanya, seorang penyanyi bersuara paling indah bernama Vianca. Kata cinta tidak pernah ditukar dalam 3 tahun pernikahan mereka. *** Ketika ayahnya memut...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir