-Hallo semua-
Terimakasih untuk semuanya dimanapun kalian berada, semoga sehat selalu.
>HAPPY READING<Hari ini adalah hari minggu, sebenarnya Alishba malas keluar. Hanya saja sekarang, mau tidak mau ia harus keluar menepati janji nya pada sang sahabat.
Tak seperti biasanya Alishba harus mengacak-ngacak isi lemari nya terlebih dahulu hanya sekedar untuk pergi keluar. Tapi kali ini justru Alishba sedang melakukan nya, beberapa baju kini sudah mulai berjejer di pinggiran kasurnya.
Alishba berulangkali mecocokkan pakaian nya dalam pantulan cermin, dan sesekali membeo ia kebingungan mau pakai yang mana.
"Apa banget deh gue!" Ujarnya yang kini terduduk di pinggiran kasurnya yang berhadapan langsung dengan pantulan kaca, memandang cerminan dari dirinya disana. "Biasanya juga asal pake!" kemudian Alishba mengambil baju dan segera bergegas mandi.
Setelah rapih Alishba menatap pantulan dirinya di balik kaca, kali ini ia memilih mengenakan perpaduan celana jeans panjang dan baju berwarna putih dengan corak coklat, ia juga membiarkan rambutnya terurai, tak lupa kali ini ia membubuhi bibir nya dengan olesan liptint.
Ketika sedang asik memandang pantulan dirinya di kaca, suara ketukan pintu itu terdengar dengan di barengi suara mbak Mimin.
"Permisi, neng Zanitha ada temen neng di bawah." Suara itu terdengar di balik pintu kamar Alishba. Tanpa membuka dahulu pintunya Alishba menyaut dari dalam.
"Iya mbak nanti Zanitha ke sana!." Setelah mbak Mimin mendengar sahutan di dalam, kemudian ia turun kembali dan berjalan menuju dapur, tak lupa ia juga memberi tahu tamu nya bahwa yang ia tunggu masih siap-siap di dalam. "Kata neng Nitha, sebentar lagi neng Nitha kesini.".
Nazriel yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumah Alishba pun mengarahkan pandangan nya pada wanita yang sedang berjalan menuju dapur, dan menyahut "Iya Mbak.".
Kali ini giliran Alishba yang tiba tiba detak jantung nya kembali perpacu di atas normal. Suhu tubuh nya seperti memanas padahal kelihatannya Alishba sudah seperti sedang keringat dingin.
Dia beberapa kali lagi memandang pantulan dirinya di cermin, memutar mutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri hanya untuk memastikan tidak ada yang aneh, setelah ia merasa siap ia berlari mengambil tas kecil nya yang tergantung di bagian pinggir lemari, memasukan dompet, ponsel, kaca dan juga parfum oles. Kemudian ia membeo "Biasa aja Lish! perasaan kamu sama dia pernah sama dan itu cuma waktu itu aja!, sekarang udah beda!." Alishba kemudian berlari membuka knop pintu dan mulai berjalan menuruni anak tangga.
"Maaf ya gue lama!." Suara Alishba membuat orang itu tersentak dari lamunannya. Laki-laki itu terdiam menatap Alishba seperti terkesima melihat penampilan Alishba hari itu. Menyadari tamu nya hanya diam menatapnya Alishba mulai mencoba mencairkan suara, padahal hati nya juga sama, sama-sama sedang menahan hati nya agar tidak loncat di pandang seperti itu. "Woi Riel jadi gak perginya ishh?!." Pekik Alishba seolah mengejutkan Nazriel.
"Hah!, eh!, apa-apa?, apa Tha?, Astaga!." Nazriel mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian memalingkan pandangan nya asal, dalam hati ia menggerutu, kenapa dia jadi kelihatan kaya orang bego gini.
"Jadi gak ini tuh?!." Ucap ulang Alishba untuk memperjelas, padahal tadi harusnya lebih jelas.
"Iya dong jadi, ya kali gak jadi, gue udah nungguin lama tau!." Sahutnya sembari menampilkan wajah dingin nya untuk mulai menormalkan suasana hatinya.
"Yaudah ayo!." Alishba mengambil langkah lebih dulu keluar rumahnya, sembari berucap "Mbak Zanitha keluar dulu ya, gak lama-lama ko!." yang langsung mendapat sahutan "Iya neng hati-hati!.".
"Mau kemana?" Pertanyaan yang di lontarkan Nazriel kali ini membuat Alishba mengernyitkan dahi, padahal hari itu dia yang mengajak Alishba pergi dan tidak memberi tahu kemana dia akan mengajaknya.
"Loh ko nanya gue?!, kan lo yang ngajak!." Sontak mata Naziel membulat, ia ingin sekali segera menenggelamkan wajahnya ke dalam jok motornya, bodoh emang! Gini nih kalo apa-apa masih pake urusan hati, bertindak nya suka pake gak sadar diri.
"Hehe... Gak ko engga, becanda gue, selo dong Tha." Terlihat jelas di mata Alishba kalo Nazriel sedang menutupi rasa malu nya, dia salah tingkah dan Alishba hanya menahan tawa.
Nazriel sudah menaiki motor besarnya dan kemudian memakai helm full face nya, setelah itu ia menyodorkan satu buah helm juga pada Alishba "Nih pake! terus naik, buruan" Titahnya.
Alishba memakai helm nya dan kemudian berpegangan pada bahu Nazriel untuk menaiki motor besarnya itu.
"Tumben lo keliatan tinggi" Celetukan bibir Nazriel berhasil membuat Alishba memberikan hadiah Pukulan pada punggung nya. "Iya lah tinggi motor lo modelan begini, udah tinggi, tempat duduk gue cuma segede upil semut gini" Sahut Alishba dan menampilkan wajah cemberutnya. Nazriel cuma terkekeh mendengar cibiran dari Alishba.
"Pegangan" Ucapan Nazriel sontak membuat raut wajah Alishba yang tadinya cemberut menjadi melotot tak percaya.
"Ogah, buruan jalan!." Sahutnya, bahkan ia sendiri tidak berani untuk sekedar melirik Nazriel dari kaca spion. Nazriel terkekeh kemudian menyalakan mesin motor nya dan mulai melajukan motornya.
Hening sesaat, tak ada lagi ocehan yang terdengar, sebab sekarang hanya suara kendaraan-kendaraan yang lain yang lebih mendominan di telinga mereka.
Menyadari keadaan sudah kembali menjadi canggung untuk sekedar berkomunikasi, kali ini Nazriel berusaha menghidupkan keheningan, dengan melewati jalanan yang terdapat beberapa polisi tidur yang membuat tubuh Alishba terapung apung, Alishba hanya memanyunkan bibirnya ketika mendengar kekehan kecil dari Nazriel.
Masih tidak ada obrolan ringan yang mengisi perjalanan mereka di atas motor yang sedang membelah jalanan itu, dan lagi lagi Nazriel berusaha untuk bisa menciptakan kehangatan suasana dengan mencibir asal.
"Tha lo tau gak? Biasanya orang-orang kalo naik motor kayak gini pegangan nya bukan ke tas gitu?!." Alishba yang mendengar itu sontak melebarkan matanya, mencerna ucapan Nazriel dan memandang tangan nya lama, ya memang sedari tadi Alishba hanya berpedangan pada tas yang ia simpan di depan nya untuk membuat jarak antara ia dengan si pengemudi. Ketika mengerti suatu hal Alishba kembali cemberut dan berujar.
"Bodo amat gue gak tau!, dan emang gak mau tau!." Sahutnya kesal, padahal ia tau apa yang di maksud Nazriel, karena ia juga suka melihat orang-orang yang lewat melintas menggunakan motor besar seperti itu, dan maksud yang di tuju Nazriel itu bukan pegangan pada bahu atau apa, namun pegangan dengan memeluk cowok itu.
Tawa renyah Nazriel kembali terdengar lebih keras, membuat Alishba semakin memajukan bibirnya dan menggerutu dalam hati.
"Jangan sering-sering cemberut di deket gue Tha!." Kata-kata itu membuat Alishba langsung menatap Naziel dari pantulan kaca spion dan menyahut.
"Lah emang kenapa?!, jelek ya?!, udah dari sana nya gue gini!." Lagi-lagi hanya kekehan yang ia dapat.
"Bukan itu Tha, justru gue makin gemes liat nya, jadi pengen karungin terus bawa pulang..." Kalimat itu menggantung tapi tetap berhasil membuat hati Alishba menghangat "Abis tuh gue kasih tikus deh biar bisa sekalian di angkat jadi ratu tikus sama mereka!." Lanjutnya menyelesaikan kalimat tadi, sontak lanjutan kalimat itu membuat hati hangat Alishba jadi kesal, kali ini Alishba tak tanggung-tanggung untuk mencubit kecil pinggang Nazriel yang langsung mengaduh.
💭
N/A : Makasih 🙏 btw jangan lupa vote dan komen ya😘 see you😇
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT FEELING (On Going)
Fiksi RemajaKetika rasa nyaman hadir karena sebuah perhatian. "Kenapa lo kayak gini ke gue?" - Alishba "Gue rasa lo tau apa sebabnya." - Nazriel "Riel... " - Alishba "....." -? Gak terlalu sulit, hanya saja perasaan mereka yang membuatnya rumit. . . . # 1...