1

447 54 3
                                    









"Tunggu. Kamu itu siapa?"

"Kamu lupa sama aku? Aku ini suami kamu."

"HAH??"

Sejeong menampar keras pipinya sendiri. Ia yakin, ini efek dari dirinya yang belum sepenuhnya sadar dari bangun tidur.

"Akh!" Sejeong memekik, merasakan sakit di pipinya.

"Sejeong, kamu kenapa sih?!" Daniel sedikit kesal dengan tingkah aneh Sejeong. "Kamu pikir, kamu lagi mimpi jadi istri aku, hm?"

Dengan wajah melongonya, Sejeong menggeleng pelan. Memang benar, Sejeong tidak sedang mengira dirinya bermimpi, tapi ia merasakan halusinasi yang berlebihan. Mimpi dan halusinasi itu berbeda 'kan?

"Kamu pasti lagi stres ya, yang? Ada apa, hm? Writer block lagi?"

Sejeong masih melongo menatap Daniel. Bahkan perempuan itu tidak sadar saat Daniel menarik pelan tubuhnya, wajahnya menubruk pelan pada dada bidang milik lelaki ini.

"Apa yang harus ku lakukan, hm?"

Tubuh Sejeong meremang saat tangan besar lelaki itu mengelus lembut surainya. Suara berat Daniel terdengar jelas tepat di telinga Sejeong.

Tanpa pikir panjang, Sejeong pun mendorong tubuh Daniel. Bagaimana pun juga, Daniel tetaplah orang asing bagi Sejeong. Lelaki itu tidak bisa seenaknya memeluk dirinya.

"Pertama kalinya kamu aneh begini. Biasanya kamu cerita apapun, mengajak minum cokelat panas bersama tengah malam. Tapi sebelum aku pulang tadi, kamu justru tidak bisa dihubungi. Aku semakin khawatir."

Sejeong melirik pada ponselnya yang tergeletak di meja. Ia ingat, dengan sengaja dirinya menon-aktifkan ponselnya. Dan bahkan lelaki di hadapannya itu mengetahuinya.

"Kamu lagi mau sendiri?" Daniel menaikkan alisnya, menunggu jawaban. Namun Sejeong masih belum berhenti memperlihatkan kebingungannya.

"Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkanmu sendiri. Apalagi sekarang kamu seperti ini, sampai tidak mengenaliku, bisa-bisa aku tidak tenang."

Daniel menghela napasnya sebelum melanjutkan ucapannya, "Tapi, kalau kamu mau sendiri, baiklah. Aku turuti maumu untuk sekali ini saja."

Sejeong masih belum merespon. Bola matanya mengikuti arah langkah Daniel yang perlahan meninggalkan dirinya.

Perempuan itu kemudian tersadarkan saat lelaki berbahu lebar itu mendekati kamarnya, dan hampir meraih gagang pintu.

"Tunggu, tunggu, tunggu!!" Sejeong berlari, kemudian berdiri di hadapan Daniel, menghalangi lelaki itu untuk memasuki ruang pribadinya.

"Mau apa?"

Daniel mengernyit. "Ambil barangku."

"Barangmu? Kamu pikir barangmu ada di kamarku? Bagaimana caranya? Hey, ini kamarku. Ruang pribadiku. Tidak, semua ruangan di rumah ini adalah ruang pribadiku. Semua barang-barangnya hanya milikku. Tidak ada satu pun milik orang asing sepertimu!"

Sedari tadi Sejeong sudah menahan kekesalannya pada lelaki itu. Hanya saja, tadi pikiran Sejeong masih terus berkelut dengan keanehan yang dialaminya.

"Sejeong, ku mohon jangan seperti ini."

"Harusnya aku yang memohon padamu untuk tidak sembarangan mengatakan kamu itu suamiku!! Aku belum menikah!!"

"Iya, baik!!" Daniel pun akhirnya turut kesal. "Aku tidak bisa mengabulkan permohonanmu dengan mengatakan aku bukan suamimu. Karena aku punya buktinya!"

AUTHOR ; ksj-kdnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang