2. D H U A

259 134 73
                                    

"Yang datang belum tentu ia yang bertahan"
~Bulan Kaysa~
🦄🦄🦄🦄

Matahari masih terlalu malu pagi ini, saat aku bangun, aku masih belum menemukan cahayanya. Hanya ada embun sisa dingin tadi malam. Aku sudah rapi dengan pakaian ku, dengan kuncir rambut ku.

Lihat lah, pantulan diriku di kaca besar itu, sudah rapi, tak ada noda di baju ku yang berwarna putih ini.

Menuruni tangga tanpa suara sedikitpun sudah seperti maling di rumah sendiri. Aku takut ayah akan merasa terganggu dengan suara ku atau suara sepatuku di pagi hari.

Sarapan dengan segelas air putih ditambah roti tawar dengan selai strobery itu sudah cukup untuk mengganjal perut sampai sore.

Sebelum berangkat sekolah, aku memastikan bawaan ku, dari buku sekolah dan baju kerja. Ya, aku kerja paruh waktu setelah pulang sekolah di tempat fotocopy dekat sekolah.

Berjalan ke halte sendirian pada waktu yang sepagi ini, jalanan masih cukup sepi. Jadi aku tidak perlu takut, entah sejak kapan aku mulai takut keramaian, aku juga takut pagi karena saat pagi awal dari setiap hal yang mengerikan.

Aku tau bumi menolak mengadopsi ku, dan juga matahari menolak menghangatkan setiap langkahku.

Setelah beberapa menit diperjalanan menuju sekolah menggunakan bus, aku sampai didepan gerbang sekolah. Aku banyak melihat hal didalamnya, membuat memori di otaku berjalan, terlalu banyak memori pait yang kulalui disini.

Gedung dengan 3 lantai itu, sudah tau bagaimana aku ditolak lagi oleh bumi dan matahari, aku sudah seperti orang asing saja disini.

Pak satpam yang sudah hadir, menyapaku dengan senyum yang lumayan manis, cukup membuat kumis tebalnya terangkat. Selama 2 tahun aku sama sekali tak pernah membalas senyum dari pak satpam, aku bukannya sombong, tapi aku lupa bagaimana caranya senyum.

Dentuman sepatuku antara lantai cukup keras, membuat seluruh koridor berisik. Berjalanan sendirian, sambil menunduk, aku sudah terbiasa.

Sudah pukul 07.00 kelas 11 IPS 4 terlihat rame, mungkin seluruh muridnya sudah sampai dikelas.

BRUK!!!

Gebrakan meja dari kedua tangan milik seseorang.
"Hei lihat si cupu ini! Hari ini dia pake baju bersih banget dah! " teriak salah satu teman sekelas ku, dia bernama Putri.

"Adududu" suara putri melemah "KERJAIN TUGAS REMEDIAN GUE SEKARANG! " bentak putri sambil menarik rambutku kebelakang. Aku tau, ini akan terjadi setiap hari.

Saat putri sedang mengawasi ku untuk mengerjakan tugas remediannya sambil duduk dimeja tiba tiba ada guru datang dan langsung menegur Putri.

"Putri! "bentak bu Sarah

"Kenapa bu? " Putri yang duduk diatas meja langsung turun dan menatap Bu Sarah guru ekonomi yang terkenal killer.

"Sedang apa kamu! "

"saya sedang tanya ke Kaysa tentang kerja kelompok minggu depan, ya kan kay" putri melotot pada ku sebagai kode untuk berkata iya atau mengangguk. Dan aku hanya mengangguk, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Pelajaran ekonomi memang sangat mengantukan, hampir 2 jam pelajaran aku hanya mendengarkan suara Bu Sarah yang terdengar samar samar di telinga.

"cupu sini lo! " teriak Putri dari depan kelas.
Aku mendekati putri setengah berlari, namun aku tersandung kaki ku sendiri. Hal ini membuatku langsung mencari tempat untuk berpegangan tapi celakanya aku berpegangan kepada badan putri, dan kami terjatuh, badan putri tertimpa badanku.

Dengan kasar putri mendorongku.

"BEGO BANGET SI JADI ORANG! " Putri membentaku, karna kesalahan ku.

Sudah pasti banyak orang yang menonton kami, memang jam nya yang sudah istirahat tentu banyak orang.

"Misi woy, bagi jalan buat pangeran" suara dari asal kerumunan itu mendekati aku dan Putri.

"Eh nenek sihir lagi ngapain nek? " Dima langsung mendekati ku dan mengatai Putri.

"ga usah ikut campur dasar dekil"

"gapapa dekil yang penting ganteng" Dima emang selalu punya jawaban.

"yuk kay pergi dari sini" Dima menarik tangan ku menjauhi tempat tadi.

Tapi tangan putri menarik tanganku juga.

"lepasin cupu! Gue belum selese marahin dia! Biar si cupu ini tu tau batasan antara Putri dan pembantu! " bentak Putri pada Dima sambil meliriku.

"apansi Nenek sihir? Namanya Bulan Kayla bukan cupu! " tangan Dima menangkis tangan Putri yang menggenggam tanganku.

"heh cupu! Sini lo! Kalo lo pergi abis lo! " ancam putri yang kini melipat kedua tangannya didepan dada.

"Lo budeg banget si! Namanya Bulan Kayla bukan CUPU!" Dima menarik tangan ku keluar dari kerumunan itu, tapi aku menahannya.

"Lepasin" lagi lagi aku hanya bisa tertenduk sambil bisacara, aku tak bisa menatap mata Dima, pasti dia kecewa sekali.

Awalnya Dima terdiam lalu dia melepaskan tanganku "hooh? Oh.. Oke... Gue tau maksud lo" dima meninggalkan kerumunan dan sekarang menghilang diantara siswa lainnya.
Setelah kepergian Dima, aku di marahi habis habisan oleh putri. Dari dihina hina, dijambak, di tendang. Tak ada murid lain yang mau membantuku, mereka tak mau berurusan dengan Putri, anak orang paling kaya di sma ku.

Aku menangis sesegukan di depan pintu kelas. Kerumunan tadi sudah bubar sejak kepergian Putri.

"ngeyel si lo! Kan udah gue ajak pergi" Dima menonyor kepala ku.

"dah yuk, rapiin rambut sama baju lo sana! Brantakan banget si! " dima menarik ku untuk berdiri lalu mendorongku menuju ke toilet.
Tentu saja Dima tak ikut masuk toilet wanita, dia hanya menunggu dari depan.

Aku menatap diriku dikaca besar yang disedikan di toilet. Menyedihkan, aku tak berani melawan putri, bagaimana nanti setelah 10 tahun? Apa aku masih hidup?
Tak terasa aku meneteskan air mata, dengan cepat aku menghapusnya. Dan mencuci wajahku supaya terlihat fresh kembali.

"sa ae dong jalannya" Dima memperingatkan ku yang berjalan dengan tergesa gesa

"kay nanti pulang bareng gue ya, gue mau ngomong penting" Dima menarik tanganku.
Kami berhadap hadapan saat itu, sangat dekat, sampai sampai aku bisa merasakan nafas Dima. Aku langsung mundur 2 langkah menjauhi Dima.

"eh maaf, mundur dikit ya" dima menggaruk kepalanya, mungkin merasa tidak enak.

"kerja" jawabku singkat untuk menolak ajakan dima pulang bareng.

"pulang kerja gue jemput" kemudin dima pergi meninggalkan ku .

Baru 10 langkah menjauhi ku dima berhenti dan menghadap ku "inget, Dima Adef tidak suka penolakan, kalau ditolak dukun bertindak! Gue santet lo! " Dima tertawa keras, dan suara tawanya hilang saat ia berbelok di koridor menuju kelas.

"sinting" kata batinku.

🦄🦄🦄🦄

Hai gais!!!

Ada pemeran baru ternyata hehe:v

Gimana menurut kalian pemeran barunya?

Udah kebayang belum?

Makasih gais

xoxo
Linda

Bulan&Bumi (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang