V O T E & K O M E N T
happy reading
***
Aku pikir saat aku mengatakan aku akan pindah, Dima akan terkejut dan sedih, tapi Dima terlihat diam, tapi tersenyum. Apa ini ini yang dinamakan senyum yang dipaksakan?
"Sebenarnya aku sudah menduga lo juga pergi" Dima berdiri, menatap taman kosong dan tangannya mengepal. Aku tak tau apa artinya.Aku hanya menunduduk, aku benar tidak tau akan merespon apa. Sepertinya Dima cukup kecewa dengan berita yang kubawakan.
"Kay, balik kelas yuk" Dima mengulurkan tangannya.
"Duit lo jatuh? " aku mendongak menatap Dima dengan tanda tanya. Bisa-bisanya ia bertanya seperti itu, sungguh aku tak mengerti dengan jalan pemikirannya.
"Hehe gue kira duit lo jatuh makanya nunduk terus" Ia menatapku, memberikan kode untuk mengulurkan tangan ku.
Aku mengangguk mengulurkan tanganku.Tidak apa kan kalau aku bergandengan dengan Dima. Apa aku terlihat seperti orang yang menggantungkan harapan pada langit tanpa sinar matahari. "Ayolah kay, apa kau ini tak punya keberanian bertanya dengan Dima? " aku bertanya pada diriku sendiri.
"Btw, lo kerja nanti? " tanya Dima ketika kami sudah sampai di kelas dan duduk di bangku.
Aku menggeleng
"lo manusia apa burung ? " pertanyaan macam apa ini, sangat diluat nalar manusia normal.
"Hah? "
"Abisan lo cuma bisa angguk angguk doang si! " Dima sudah mulai geram berbicara denganku.
"Maaf"Percakapanku dengan Dima berhenti sampai pembahasan manusia atau burung karena guru mapel sosiologi sudah memasuki kelas.
Bel pulang berbunyi setelah 3 jam menahan kantuk. Sekolah mulai sepi, hanya ada beberapa murid yang sedang belajar kelompok, main game sambil teriak terik dan beberapa murid sedang memanfaatkan Wi-Fi.
Hari ini aku pulang dengan Dima, setelah berdiskusi dan kalah berdebat 15 menit di kelas.
Dima berjalan menuju parkiran sambil bersiul, tangan kanannya digunakan untuk mengenggam tali tas, dan yang kiri dimasukan saku celana.
Dima memberikan helm dan memakaikannya kepada kepalaku. Rambut poniku menutupi mataku, sehingga aku sulit melihat saat Dima memakaikan helm. Karena mataku tidak terlihat, Dima meniup mataku dan menyingkirkan poni yang menghalangi penglihatanku.
Tak banyak yang kami bicarakan saat di motor. Mungkin hanya beberapa pertanyaan melalui hati yang tak mungkin pernah sampai pada Dima.
"Kay, mampir taman bentar ya" tanya Dima yang sudah membelokan motornya pada parkiran taman.
Dima menggandeng tangaku menuju kursi taman. Aku tidak menolak saat Dima menggandeng tanganku, bagaimana bisa aku menolak sesuatu yang membuat ku nyaman.
Dima mengeluarkan buku dan bolpoin dari tasnya. Menulis beberapa kata dibuku tersebut.
"Lo boleh nulis semua yang lo mau disini" Dima menyodorkan bukunya kepadaku.
"Bebas, semau lo. Semua hal yang belum pernah lo rasain tulis aja"
"Kenapa harus ditulis? " aku bertanya pada Dima sambil menerima buku tersebut dengan ragu.
Karena aku terlihat ragu, Dima menarik tanganku dan menyuruhku untuk menggenggam nya.
"kenapa? " tanya ku yang kedua kalinya.
Dima diam, hanya memperhatikan ku yang sedang berfikir kenapa ia memberikan buku tersebut."karena itu perintah" jawab santai Dima sambil memainkan bolpoin ditangannya.
"Jadi? "
"Lo harus nurut karena itu perintah"
"Kenapa? "
"Karena Dima tidak suka ditolak""Hah? Kenapa List Bulan Kaysa judulnya? " aku bertanya pada diriku sendiri.
"Karena gue nyuruh lo yang nulis list keinginan lo disitu. Kalau gue yang nulis list keinginan gue disitu beda lagi judulnya" kali ini Dima benar benar mengetahui isi hatiku yang ke-dua kalinya.
"Oiya kemarin gue udah bilang kan, kalau gue ga butuh indra ke 6,7,8,9,dan 10 buat ngertiin lo"Aku tidak tau maksud Dima berperilaku seperti ini. Anggap aku gadis bodoh dengan ketidak tauanku tentang perasaan orang lain. Aku sudah lama tidak beri teraksi dengan orang, mungkin ini alasannya aku menjadi gadis bodoh.
Aku menulis keinginanku di buku. Aku hanya menulis satu kalimat.
"Aku ingin waktu ku kembali" gumam Dima saat membaca list ku di buku.
Saat aku mendengar Dima bergumam, aku langsung menutup buku."Kenapa? " tanyaku pada Dima yang salah tingkah saat ketahuan membaca diam dima list ku sebelum aku memberikan bukunya.
Aku memberikan buku pada Dima dan membiarkan Dima membaca isi list yang kutulis.
"Cuma satu? " tanya Dima
Aku mengangguk
"Kenapa? " tanya Dima
"Kok kenapa" jawabku yang tidak mengerti maksud Dima
"Kenapa lo nulis ini? " Dima terlihat sangat serius kali ini
"Karena itu yang aku inginkan" jawabku
"Kenapa? " pertanyaan kenapa dilontarkan Dima lagu, aku benar benar tidak paham jalan pemikiran Dima.
Aku hanya menatap Dima"Kenapa lo nulis sesuatu yang ga bisa gue kasih ke lo? " tanya Dima serius
Aku tersentak dengan pertanyaan Dima.
"Maaf, biar aku perbaiki list nya. Sini bukunya" saat tanganku akan menarik buku ditangan Dima, tiba tiba Dima mencengkeram tangaku. Menatapku sendu "Tak perlu diperbaiki, emang gue ga bisa balikin waktu lo, tapi gue bisa kasih waktu gue buat lo sebagai gantinya"***
Maafkan neng bang Dima! Neng terlanjur baper!
Saat kamu kehilangan waktumu
Biarkan aku mengganti nya dengan waktu ku
Karena waktu ku waktu mu juga
#saatnyabucinMakasih ya yang udah stay di bulan & Bumi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan&Bumi (HIATUS)
RomanceKatanya, aku tidak boleh sendirian. Tapi ia meninggalkan ku tanpa jejak. Dan kini aku terjebak diperasaan untuk tetap mencintainya atau berhenti. "Bulan, kan sudah saya katakan sejak dulu. Kamu itu tidak cocok sendirian. Bulan tidak kan lengkap tan...