4. Kelewat Pinter.

57.5K 3K 109
                                    

Tangan Puput masih menari-nari di atas papan ketik komputer. Tugasnya begitu banyak saat ini hingga waktu makan siang saja ia harus masih tetap terjaga di depan layar komputer.

Sekejap, sebelum deringan telepon kantor mengalihkan fokusnya.

"Hallo?"

"Pup, tolong bawakan pesanan saya yang di depan pintu masuk ke ruangan saya. Kurirnya sudah datang."

"Baik, Pak. Tolong tunggu sebentar."

"Dan, ya. Hati-hati bawanya."

"Memangnya kenapa ya, Pak?"

"Itu obat tidur soalnya, nanti kalau kamu gak hati-hati obatnya jadi kebangun. Kasian kan?"

"Hem, terserah bapak deh." Puput memutar bola matanya malas.

Puput membatasi dokumen yang sedang di ketik sebelumnya. Setelah selesai, ia beranjak pergi menuju pintu masuk kantor.

"Permisi, paket untuk bapak Laksana ya?" tanya Puput kepada lelaki yang berdiri dengan jaket orange khas kantor mereka. Lelaki itu membalikkan badan lalu menatap ke arah paket yang sedang dipegangnya.

"Tolong isi nama dan tanda tangannya, mba," ucap lelaki itu lalu menyerahkan selembar kertas kepada Puput.

"Pake ginian ya?" tanya Puput. Maklum ia tak pernah menerima paket sebelumnya.

"Iya, mba."

Jika ditanya nama, Puput jadi ingat kejadian masa lalunya dulu.

"Kamu anak baru itu kan?" tanya Sana. Puput tersenyum canggung lalu mengangguk.

"Iya, Pak."

"Baiklah karena posisi sekretaris saya di kantor ini kosong, mulai sekarang kamu jadi sekretaris saya."

"Ba-baik, Pak."

"Ngomong-ngomong nama kamu siapa, ya? Saya lupa."

Bukan lupa, tapi saya belum ngenalin diri Pak. Kan bapak motong ucapan saya kemarin. -batin Puput.

"Nama saya Puput Trianjani, biasa dipanggil Puput."

"Kamu anak ketiga ya?" tanya Sana.

Puput menggeleng. "Tidak, Pak. Saya anak pertama."

Sana mengerutkan dahinya. "Lho, harusnya nama kamu itu Puput Onejani bukan Puput Trianjani."

Puput menaikan sebelah alisnya. "Maks-" ia menghela napas sejenak lalu menyambung kalimatnya. " ... kan Tri Pak bukan Three."

"Yang bilang pohon siapa??" tanya Sana membuat Puput mengulum bibirnya.

Ingin sekali ia membentak bosnya itu tetapi niatnya diurungkan. Ia masih baru disini. Sangat disayangkan jika ia dipecat karena hari pertama membentak atasan.

"Itu tree, Pak."

"Aneh kamu," ucap Sana sambil berdecak.

"Iya aneh. Aneh karena gue ngeladenin bapak!" ucap Puput pelan.

Puput berjalan dengan membawa bungkusan paket milik Sana.

"Heran deh. Ternyata dari awal masuk dan ketemu sama Pak Sana orangnya udah gesrek."

"Hei Put, apaan tuh?" tanya Mawar. Nah ini nih si wanita yang membuat Puput awalnya merasa nyaman.

"Shhttt, jangan berisik mba." Mawar mengerutkan keningnya.

Boss Gue [BS1] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang