Kembali pada masa dimana semuanya—hati mereka- belum menyatu.
Pagi-pagi sekali Sana menelepon Puput dengan alasan yang kurang jelas di dengar nya. Ia hanya menjawab dengan deheman sesekali mengangguk-angguk tanpa mengetahui yang dikatakan oleh Sana. Matanya mengantuk, dini hari tadi ia masih terjaga karena tumpukan berkas, laporan rapat, laporan tahun lalu yang harus di cek nya sekarang juga. Selain itu ia baru ingat siang nanti ada rapat dengan salah satu kantor animator. Entahlah apa mau bosnya, Puput hanya mengikuti saja. Sana mengatakan bahwa jika ia bisa memikat bos gila sebelah tersebut, mungkin bisnis mereka akan lebih modern. Puput juga masih belum paham betul kemana maksud lelaki tersebut.
"Pagi Dik, mau kemana?" tanya Puput kepada adiknya yang kini berada di sampingnya. Mereka berdua terduduk di meja makan. Papa mereka sedang mengantar sang Mama ke pasar. Jadi, mereka berdua hanya ditemani roti dan selai saja.
"Ya sekolah lah, dodol!"
Puput menyipitkan matanya, menatap Dika lekat-lekat. Ia baru menyadari lelaki tersebut memakai seragam sekolah.
"Lo sakit?" tanya Dika yang awalnya rada tidak peduli menjadi raut serius.
"Maksud lo ga waras?"
Dika hanya menampilkan raut wajah datar, "Au ah bodo." Mereka kembali menyantap roti masing-masing.
Tak ada percakapan lebih lanjut lagi. Puput pun masih mengantuk hingga setiap kunyahannya begitu lama hingga satu menit. Dika sesekali memandang kakaknya, takut akan terjadi sesuatu pada perempuan tersebut. Bagaimana tidak, menuangkan susu saja Puput sampai lupa membuka tutupnya. Alhasil Puput hanya meminum udara dan menelannya.
Helaan napas lirih membuat Puput sedikit mendongak, menatap Dika yang kini berdiri sangat dekat dengannya. Membuka tutup susu kemasan lalu menuangkannya ke gelas kakaknya. Setelah melakukan hal tersebut, Dika menggendong sebelah dari tas ransel berwarna coklat miliknya dan hendak pergi ke sekolah mengendarai motor. Langkah kakinya yang berat dan besar serta suara sepatu yang berdecit menandakan Dika akan pergi ke sekolah.
"Dik," panggil Puput.
Langkah Dika terhenti, ia tidak langsung menjawab melainkan menoleh, menatap Puput yang juga kini menatapnya.
"Makasi." Satu kata berjuta arti. Dika tidak mengerti maksud ucapan Puput yang ia rasa sudah mulai tidak wajar.
Namun, sambungan kalimat yang terucap dari bibir Puput membuat Dika mengulas senyumnya.
"Makasi udah khawatir sama gue, i know that feeling."
Pada akhirnya Puput diantar ke kantor oleh Dika.
Sesampainya di kantor, Puput pergi ke pantry, ia ingin membuat kopi untuk dirinya sendiri. Mencoba terjaga satu hari penuh. Namun tak disangka, dalam satu ruang sempit tersebut ia bertemu dengan Sana. Lelaki tersebut juga sama sedang membuat kopi dengan gayanya sendiri. Aneh, tumben sekali lelaki tersebut datang sepagi ini serta membuat kopi tanpa menyuruhnya. Puput kembali ingat, hari ini rapat dan ia disuruh datang awal. Tentu Sana juga begitu, datang lebih awal.
Hari ini lelaki tersebut berpakaian santai, tanpa jas dan hanya memakai kemeja putih bersih dipadukan dengan celana hitam panjang. Layaknya orang yang ingin wawancara. Parfumnya sedikit lebih banyak hari ini. Rambutnya disisir rapi, ya setiap hari juga begitu.
"Saya keliatan tua nggak?" tanya Sana ketika mata mereka bertemu.
"Iya, Pak." Puput terlalu jujur.
"Padahal saya sudah ngikutin gaya dia," gumam Sana namun masih dapat terdengar di telinga Puput.
"Siapa Pak?"
"Pak Randy, dia udah tua tapi trendy. Wih bagus banget ya kata-kata saya." Sana membanggakan dirinya sendiri, memang pribadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Gue [BS1] ✔
HumorTetot, kamu terlambat! Pindah ke Dreame.. Bosstory1 (BS1) TAMAT√ #1 in comedy [26 Desember 2019] #1 in humor [30 Desember 2019] #1 in Boss [23 Januari 2020] #1 in Mantan [16 Februari 2020] #1 in humoris [26 April 2020] #2 in comedyromance [17 Juni 2...