●●●
Bella keluar kamar. Matanya sembab dan penampilannya acak-acakan. Melewati Pras, Larah, Siska dan Della yang duduk di sofa ruang tamu, yang tengah asik dengan khayalan masing-masing.
"Mau kemana?" Tanya Larah yang menghentikan langkah Bella tepat di anak tangga pertama. Sepertinya dia ingin menuju kamar PriSay.
"Menghampiri suamiku." Langkahnya lanjut. Menaiki anak tangga dengan perlahan. Untuk apa menghormati mertuanya yang tidak mendukungnya sama sekali. Hanya buang-buang waktu.
"Perlu diingatkan ngga? Prima lagi sama istri sahnya." Siska berteriak. Tapi tidak juga membuat langkah Bella terhenti apalagi berbalik. "Kepala batu," umpatnya kemudian.
"Biarkan. Kak Sayla punya cara bikin dia jera." Della berucap tapi matanya tidak beralih dari ponsel pintar miliknya.
Siska mengangguk. Membenarkan. Tidak lama, ponselnya bergetar. "Raka," suaranya tercekat. Mengeser warna hijau di layar ponselnya, dia menerima telpon masuk dari pria itu.
'Halo,'
'Sayla mana?'
Siska diam. Haruskah bilang Sayla sudah kembali rujuk dengan suaminya? Atau ....
'Sis, elo masih hidup?'
'Masih. Sialan!' Dari sebrang terkekeh.
'Suami Sayla masih di rawat di rumah sakit?'
'Kenapa emang?' Matanya menatap Pras, Larah dan Della yang menatapnya kepo. Hanya senyum tipis untuk membalas tatapan itu.
'Gue mau jenguk.'
'Apa?' Siska kaget dengan mata membulat. Bahkan tidak sadar suaranya menggema. 'Elo gila?' Dia berjalan menuju teras. Mengantisipasi serangan jantung dua mertua Sayla karna suaranya.
'Yap! Gue tergila-gila sama Sayla. Itu kebenarannya. Gue mau jenguk dan ngomong langsung ke suaminya, mau minta istrinya.'
'Dasar gila!'
'Yah! Gue gila karna Sayla. Ini cinta pertama gue Sis, gue mau perjuangin.'
'Tapi dia istri orang, bego!'
'Bodo amat. Usaha dulu ngga papalah. Oya, dia di mana sekarang?'
'Di rumahnya. Sudah rujuk sama suaminya. Elo ngga ada harapan. Mundur ganteng ajalah.'
Hening.
Tidak ada suara komunikasi lagi.'Rak, elo masih hidup?'
'Gue mati. Siska, kabar yang elo sampaikan bikin hati gue mati.'
'Tap--' Siska melihat layar ponselnya. Raka memutuskan komunikasi secara sepihak.
...
"Say--"
Tok-tok!
Ucapan Prima terhenti saat mendengar pintu diketok. Mengangkat kepalanya guna bertatapan dengan Sayla yang beranjak duduk sembari menyeka air matanya.
"Mas,"
Sayla mengigit bibir bawahnya. Hatinya baru saja tersakiti dengan cerita penghianatan suaminya, pelakornya sudah muncul. Jantungnya berdetak menggila. Menatap pokus ke arah pintu.
"Sayang," Prima mengenggam tangan Sayla erat. Mengecup punggung tangan itu. Dan setelahnya, Sayla menarik tangannya, berjalan menuju pintu.
Ceklek.
Melihat sosok Bella di hadapannya, senyumnya mengembang. "Mbak Bella. Ada apa?"
Bella tidak menjawab. Menyelonong masuk tapi Sayla mencekal tangannya. Mereka berdua bertatapan tajam. Saling menghujam pisau pada jantung dalam tatapan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI PENGGANTI (Tamat)
RomanceCerita percintaan antara Sayla, Prima dan Bella. Hiks, segitu aja ya😄