16

26.8K 1.1K 18
                                    

●●●

Tok-tok!

"Kak Sayla! Laper!" Della lelah. Sedari tadi mengetok pintu dan tidak ada reaksi. Perutnya sudah melilit. Lapar. "Kak," suaranya memelan, memelas dan menghilang. Dia memutuskan untuk turun ke bawa dan membawa kabar buruk pada kedua orang tuanya juga sahabat kakak iparnya.

"Gimana?" Tanya Larah setelah melihat Della datang dengan muka lesu.

Della memperagakan gorok leher. "Mati kelaparan." Menjatuhkan tubuhnya di sofa antara Papa dan Mamanya.

"Yah!" Larah ikut bersandar di punggung sofa. Terlihat lesu. Perut mereka berempat lapar. Setelah beberapa hari tingga bersama Sayla, dirinya begitu mencintai masakan menantunya yang lezat. Dan mereka berempat tadi memutuskan ingin merayakan rujuk PriSay dengan makan makanan masakan Sayla.

"Papa laper." Pras mengusap perutnya yang cekung.
"Delivery aja gimana?"

"No, Papa. Masakan kak Sayla itu lebih enak." Della menolak.

"Tapi--"

"Woe, Sayla! Lo bikin apa hah? sampai ngecuekin kita. Paling ngga, elo jawab panggilan Della. Elo bikin bayi? Awas kalau keluar ngga bawa bayi!" Siska berteriak. Setelahnya melirik pada Della, Larah dan Pras yang menatapnya horor. Hanya cengiran dan jari berbentuk 'V' yang mengudara. "Siska juga laper." Cicitnya.

...

"Mas," mata Sayla terbuka. "Kayak ada yang teriak."

Prima mengeleng. Sejak ketukan dan teriakan Della di depan pintu, Prima dengan sabar dan telaten mengusap punggung Sayla. Hal itu akan membuat tidur istrinya nyenyak. Merasa kasihan pada wanitanya yang baru saja terlelap setelah aksi pertempuran yang dasyat.
Dan sekarang, teriakan Siska membuat tidur nyenyak itu akhirnya terusik.

"Tapi kayak--"

"Tidur lagi aja. Atau mau satu ronde lagi?" Prima mengecup kening istrinya dan kembali mengusap punggungnya. Sayla menggeleng horor dan kembali terlelap.
"Mas sayang kamu." Sayla mengangguk dan tersenyum dengan ruh yang hampir melayang.

Prima beranjak. Menuju kamar mandi. Setelah berpakaian rapi, dia turun menemui orang-orang yang kelaparan di ruang tamu.

"Aku panggil kak Sayla loh, Mas. Bukan Mas." Della sewot. Setelah melirik ke tangga, Prima yang muncul, bukan Sayla.

"Dia lagi bobo cantik. Emang ada apa?" Prima duduk di sofa single di hadapan Siska.

"Lapar, Mas!"

"Lapar? Ya makan."

"Mau makan masakannya Sayla. Dia jago banget masak. Enak rasanya." Larah bersemangat.

"Mas ngga salah pilih. Mantaplah. Kak Sayla emang bisa diandalkan. Istri dan menantu yang baik. Top!" Della memberi dua jempol tangannya ke arah Prima dengan lesu.

"Aku juga bisa diandalkan. Hari ini biar aku yang masak." Bella langsung menuju dapur.

"Dia bisa masak, Prim?" Pras bertanya dan mendapat gelengan dari anaknya itu membuatnya mengelus dada. "Berdoa semoga kita masih tetap hidup setelah makan makanannya."

...

Sayla membuka mata setelah mendengar sesuatu jatuh dengan kerasnya. Seperti bunyi panci yang nyaring.
"Siapa yang bertempur di dapur?" Matanya berkeliling dan sosok yang dia cari tidak terlihat.

"Cari Mas, kah?" Prima muncul dari pintu kamar. Sayla langsung siaga satu, berlari ke arah kamar mandi dan menutup pintunya rapat. Prima tersenyum. Tingkah istrinya benar-benar konyol.

Sembari menunggu istrinya yang mandi, dia mengotak atik ponsel, bukan miliknya, tapi milik sang istri.

Tersenyum, saat walpaper yang nampak di layar adalah foto dirinya yang tersenyum manis. Fotonya setelah melakukan ritual malam pertama yang ternyata adalah malam keempat bulan buat mereka. Foto yang dia ambil sendiri menggunakan ponsel istrinya. Posenya, dia sedang melihat sang istri yang terlelap. Kelelahan.

ISTRI PENGGANTI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang