BENERAN TAMAT

43.9K 1.2K 55
                                    

...

4 bulan kemudian,

"Mas, bangun." Sayla menoel-noel pipi suaminya. "Mas!"

"Iya," perlahan, dengan malas mata Prima terbuka. Langsung mendapati wajah istrinya yang cantik rupawan, walaupun tanpa make up. "Kenapa, sayang?"

"Laper. Mau makan." Mengelus perutnya.

"Bukannya barusan sudah makan Mas. Lapar lagi?" Pipi Sayla memanas. Ucapan fulgar suaminya membuatnya malu. Kata 'makan' kini yang dia maksud adalah makanan berat seperti nasi dan sebagainya.

"Mas, ih!"

Prima tersenyum. Bahagia rasanya melihat senyuman manis dari istrinya, wanita tercinta. Sangat bersyukur sang istri mau menerimanya lagi setelah kebodohan yang dia lakukan. Dan sekarang, tugasnya adalah mencintai dan membahagiakan istrinya sebagai bentuk balas budi, tepatnya kewajiban.

"Mau makan apa?" Tanyanya. Setelahnya melirik jam dinding yang menunjukan jam dua belas malam.

"Bakso."

"Bakso?"

"Iya. Yang pentolannya berisi dua telor."

"Hah?" Prima shock. Nyidam apa lagi istrinya ini.

"Cariin."

"Biasanya 'kan telurnya hanya satu," Prima mencoba memberitahu pelan-pelan. Dia tahu, istrinya sedang sensitif.

Sayla duduk. Diikuti Prima.

"Sayang,"

"Kalau ngga mau carikan, tidur di luar."

Prima menghela napas beratnya. Kan ... istrinya sudah marah. Sangat amat sensitif.

"Bukan ngga mau cariin, tapi--"

"Keluar. Satu," Sayla mengitung.

"Sayang-"

"Keluar. Dua,"

Prima semakin deg-deg kan. Haruskah hanya karna masalah minta bakso, dia harus tidur di luar tanpa batal dan sarung? Oh! Prima benar-benar tidak tahu harus apa.

"Say--"

"Tiga." Sayla menolah, menatap Prima tajam. "Keluar!" Bentaknya.

Prima menghela napas berat. Percuma berdebat. Dia salah, menurut istrinya. Walaupun benar, tetap saja salah. Istrinya adalah yang maha benar, dan Prima menerima.

"Ok."

Kasur bergerak. Kaki Prima mulai bergeser, tubuhnya pun berbalik.

"Mau kemana?"

"Keluar. Kamu yang suruh, kan?" Prima menoleh. Kembali bertatap dengan istrinya yang wajahnya sedih. Cobaan apalagi yang akan terjadi pada Prima. Mood istrinya benar-benar naik turun.

"Jadi, lebih milih tidur di luar tanpa selimut dan bantal, kedinginan, badan sakit semua, daripada bujuk istri untuk memaafkan? Jahat kamu, Mas!" Teriakan bercampur tangisan membuat Prima bingung. "Mas jahat!" Tangisan Sayla makin menjadi. Walaupun hanya berdua di rumah sebesar ini, tapi telinganya tidak kuat menampung suara yang begitu berisik.

"Bukannya--"

"Huaaa. Mas bukannya meluk aku dan nenangin malah diam aja, malah mau berkilah pula. Mas ngga merasa salah? Mas kok--"

Ucapan Sayla berhenti setelah Prima menariknya dalam pelukan hangatnya. "Mas salah. Mas minta maaf." Mengusap rambut istrinya yang kini diberi julukan 'bumil mood berantakan.'

"Gitu dong." Sayla tersenyum. Suaranya dibuat manja dan membalas pelukan suaminya. Terkadang merasa kasian. Ada saja hal yang diinginkan dan melibatkan suami juga emosinya.

ISTRI PENGGANTI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang