●●●
Prima mondar mandi di depan kamar Sayla sambil sesekali melihat jam di pergelangan tangannya.
"Kamu di mana, Sayang?" Prima semakin frustasi. Sudah jam delapan malam, Sayla belum juga muncul dan ada informasi.Prima panik? Sangat adalah jawabannya.
Dia menghempaskan tubuhnya kasar di sofa yang sudah di siapkan. Sofa panjang dengan bantal dan selimut untuk tidurnya sebelum dibolehkan masuk ke kamar Sayla.
"Assalamualaikum," suara Sayla membuat Prima langsung bangkit dari duduknya. Jantungnya berdetak menggila dengan tersenyum manis. Dia, mahluk ciptaan tuhan yang dicintainya sudah datang.
"Waalaikumsalam. Darimana sayang, kok baru pulang?" tanya Larah.
Sayla menyalami tangan Pras dan Larah, kemudian mengulurkan tangannya untuk disalami Della.
"Iya. Kak Sayla darimana, sih?"
Sayla tersenyum. "Tadi ketemu teman, Pa, Ma, Dell."
"Temannya cewek apa cowok?"
"Cewek. Ya udah, Sayla le atas ya, capek." Tidak menunggu anggukan, Sayla langsung melenggang pergi. Menginjak tiap anak tangga dengan cepat.
Langkahnya berhenti, jantungnya berdetak kencang dan matanya membulat. Sosok yang di hindari kini bertatapan dan berhadapab dengannya.
"Say,"
Sayla melangkah lagi. Mengabaikan panggilan bahkan mencoba merasa bahwa tidak ada siapapun. Tangannya dengan cepat merogoh kunci kamar.
"Sayla, beri Mas waktu untuk bicara."
Sayla masih diam. Hatinya dongkol saat tangannya tidak juga mendapati kunci yang dicari.
"Sayla, please!" Pinta Prima tepat di belakang Sayla.
Sayla menghela napas beratnya. Tangannya sudah memegang kunci. Menatap ke depan. Terdiam sesaat memikirkan haruskah memberinya waktu? Takutnya yang akan dia dengar bisa membuatnya sakit lagi.
"Mas mohon."
"Lima detik."
"Say--"
"Satu,"
"Sayla, jangan begini."
"Dua,"
Prima frustasi. "Mas--"
"Tiga,"
"Biarkan Mas ngomong dulu,"
"Empat,"
"Sayla-"
"Li--"
Prima menarik napas. "Mas cinta sama kamu. Mas mau kamu. Mas--"
"Lima."
Sayla segera membuka pintu dan masuk. Meninggalkan Prima yang mematung tapi hatinya sedikit lega. Ucapan dari hati sudah terucap dan senang karna Sayla mau mendengarnya.
Prima berdiri di depan pintu. Menyandarkan keningnya dan memejamkan mata. "Kembali sama Mas, Sayang. Please! Maaf. Mas salah. Kamu keluar, pukul Mas, maki, marahin Mas atau bunuh Mas sekalipun, Mas rela asal kamu kembali sama Mas."
"Bodoh!" Sayla mencibir sembari menyeka air matanya. Ucapan Suaminya tadi benar-benar membuatnya dilema. Ingin rasanya membuka pintu, memeluk tubuh rapuh yang sangat di rindukannya itu, tapi bayangan penghianatan terus terbayang. Sayla belum bisa mengontrol hatinya.
Umpatan itu untuk ucapan Prima barusan. Dia menyiruh Sayla keluar untuk membunuhnya asal setelahnya mereka kembali bersama. Kalau Prima mati, Sayla akan bersama siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI PENGGANTI (Tamat)
RomansaCerita percintaan antara Sayla, Prima dan Bella. Hiks, segitu aja ya😄