TERBONGKAR(2613)

35.1K 1.6K 21
                                    

***

Sayla berlari sembari membekap mulut demi menahan isak tangisnya. Hatinya sakit, benar-benar sakit. Dunianya runtuh untuk kedua kalinya. Pertama saat tahu tentang pernikahan siri suaminya dan kedua saat mengetahui dimana tempat tinggal pasangan penghianat itu.

Banyak mata yang menatap saat berpapasan. Namun, Sayla hanya acuh. 'Kalau sakit, menangislah. Menahan, hanya akan menjadi penyakit.' Prinsip wanita bermata belo yang cepat-cepat keluar dari area apartemen madunya.

Sedangkan Prima mematung sesaat setelah kepergian Sayla. Tubuhnya mati rasa, otaknya blank! Hatinya hancur berkeping-keping.

"Mas," teguran Bella menyadarkan Prima. "Siapa tamunya?"

"Sayla." Pria itu tidak mengalihkan tatapan dari lorong tempat Sayla menghilang.

"Dia datang?" Bella tidak percaya dengan kenyataan yang terjadi. Bukannya merasa takut karena istri sah tahu posisinya, malah tersenyum manis sembari melipat tangan di dada.

"A--aku harus mengejarnya." Sadar seratus persen, Prima melangkah lebar untuk menenui istrinya. Namun, Bella mencekal tangannya, membuat pria itu berhenti.

"Untuk apa dikejar?" tanya Bella.

"Jangan bodoh! Aku harus menjelaskan semuanya sama dia," ucap Prima tegas sembari menepis tangan Bella dan berjalan cepat sambil mengancing kemejanya. Jantungnya semakin berdegub kencang dan pikiran-pikiran negatif mulai menyerang. Namun, dia menggeleng keras, mengharap kebaikan. Sayla harus mendengar kejelasannya.

Bella menghentakkan kakinya, kesal. Setelahnya menyusul Prima.

"Sayla, Sayla." Panggil Prima dengan mata yang terus mencari ke berbagai sudut tempat. Tidak mendapatkan apa yang dia cari, menjambak rambutnya adalah pelampiasan. "Sial!" umpatnya menggelegar.

"Mas."

"Aku harus pulang. Kemungkinan Sayla pulang ke rumah." Lagi-lagi, Prima meninggalkan Bella, membuat wanita seksi itu semakin kesal.

"Sayla aja terus. Dasar sialan gadis itu!" umpatnya kasar, setelahnya kembali berlari mengejar Prima ke arah parkiran. Langsung masuk mobil pria itu yang mesinnya sudah nyala.

"Kamu ngapain," tegur Prima.

"Ikut kamu. Aku istri kamu. Ngga lupa, kan?" Bella melipat tangan di dada. Bibirnya mengerucut. Tatapannya sinis.

"Bella Please! Jangan buat semua menjadi kacau. Aku harus bicara berdua dengan Sayla." Prima mulai emosi. Wanita di sisinya ini tidak tahu situasi. Dia harus bicara berdua dengan Sayla. Istrinya itu pasti sangat kecewa dan dengan adalanya Bella, masalah akan semakin kacau.

"Bicara berdua akan menghasilkan apa? Sayla mau ngga mau harus setuju dengan status kita yang sekarang." Bella tidak mau kalah.

"Bella ... ahkk!" Prima Frustasi. Memukul stir dan melajukan mobilnya. Bella tersenyum senang. Dia akan menjadi nyonya besar satu-satunya sekarang. Seperti kemauannya, semua berjalan sesuai rencana.

***

Prima langsung berlari masuk rumah. Saat membuka pintu utama, hanya kekosongan yang dia dapatkan. "Sayla, Sayang. Sayla," panggilnya dengan langkah cepat menuju kamar.

Saat membuka kamar, kembali kekosongan yang Prima dapat. Kamar bercat biru langit tempat beristirahat paling nyaman bersama sang istri, itu tampak rapi dan tidak ada ciri-ciri berpenghuni.

Prima melangkah masuk. Matanya mendapati kartu-kartu ATM, perhiasan, ponsel mahal, cincin nikah milik Sayla tergeletak acak di atas meja rias dan di situ ada bingkai foto 10R yang menampakan foto nikah sirinya dengan Bella juga beberapa lembaran foto 3R yang tergeletak rapi. Tangan gemetarnya pun mengambil satu foto.

ISTRI PENGGANTI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang