00:09

1.8K 396 45
                                    

+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+

Alana merebahkan tubuhnya di ranjang Jisung sambil menatap langit-langit kamarnya, mengevaluas aktivitasnya pada hari ini yang sangat padat, tapi di sisi lain ia senang bisa mengenali kota Sukabumi hanya dengan berada di dalam tubuh Jisung selama beberapa hari ini. Memang ini yang Alana harapkan dalam hidupnya; kebebasan dan menikmati harinya tanpa kekangan kedua orangtua.

Gadis itu mengukir senyum. Menyenangkan hidup menjadi seorang Han Jisung, pikirnya.

Kemudian ponselnya -ponsel Jisung-- berdering, Alana terhenyak dan tangannya meraba-raba permukaan kasurnya untuk mengambil benda pipih itu. Di lihatnya layar ponsel itu dan nama "Alana 😻" tertera di sana. Omong-omong, ia yang menamai nomornya sendiri di ponsel Jisung dengan emot kucing bermata cinta itu.

"Hai," sapa Alana sambil tersenyum.

"Lo keliatannya bahagia banget. Kenapa?" Tanya Jisung dengan suara perempuan di seberang sana.

"Nggak apa-apa. Seneng aja jadi kamu," ucap Alana, mengutarakan isi hatinya langsung.

Ada jeda beberapa detik yang membuat Alana mengerutkan dahinya.

"Kak? You there?"

Alana mendengar Jisung menghela napas. "You are happy being me? You sure?"

Nada Jisung terdengar lemah dan sendu kali ini. Berbeda dengan sebelumnya yang terdengar galak dan tegas.

"Kak . . aku salah ngomong?"

Jisung terkekeh. "Nggak. Aneh aja, cewek manja kayak lo seneng hidup susah HAHAH."

Mendengar suara tawa Jisung membuat Alana geram dan ia medengus kesal.

"Nggak tau ah! Sebel sama kakak!"

Jisung berhenti tertawa. "Girl, you need to stop calling me kakak. Panggil nama aja. Umur gue sama lo nggak beda jauh."

"Bodo amat. Ngeselin sekali lagi, aku tutup teleponnya!"

"Iya, iya. Udahan nih."

Keduanya diam.

"Mau ngapain sih nelpon malem-malem?" Alana memecah keheningan dengan suara galaknya.

"Oh, iya. Gue lupa . . . anu-"

Lagi-lagi Jisung menggantungkan pembicaraannya. Sepertinya, selain bertukar raga, mereka berdua juga bertukar sikap karna terlalu mendalami peran masing-masing.

"Apa ka- Sung."

"Gue udah memperbaiki hubungan lo sama Chan dan temen-temen lo itu," ucap Jisung.

Seulas senyum merekah di bibir Alana. "Serius?!"

"Ya. Dan lo gimana? Berhasil ngubah hubungan gue sama yang lain?"

Alana mengangguk ragu meski ia tahu, Jisung tidak bisa melihatnya. Ia menggigit bibir bawahnya. "Iya . . well, not really. Aku masih nggak bisa main drum."

"Soal itu, nanti gue pikirin cara supaya waktu kita tuker raga, lo nggak usah ikut latihan."

Mendengar pernyataan Jisung, gadis itu pun tersenyum senang. "Makasih, Sungie!"

"Sungie?"

"A cute name from me to you."

"Well . . okay then, Ala."

Ala, panggilan yang lucu bagi Alana. Mereka berdua terdiam sebelum Alana teringat sesuatu.

"Mm, Sung?"

Yang ditanya hanya berdehem sebagai jawaban.

"Aku mau ngomong soal seseorang," kata Alana, sambil menekan bibirnya menjadi satu garis lurus.

"Terus?"

"Natalie. I think she likes you, a lot."

Jisung terkekeh pelan. "Sikapnya agak annoying ke lo, ya? Maaf. Dia emang terlalu obsesi jadi gitu. Acuhin aja."

"Obses sama suka itu beda. Don't call a girl obsessed when she put interest on something or someone."

"Tapi apa yang dia rasain ke gue itu obses, Al. Lo bakal tau nanti. Buat sekarang gue nggak cerita dulu karna gue ngantuk," ucap Jisung sembari menguap lebar di ujung sana sementara Alana menghela nafas, tidak mendapatkan jawaban yang dia harapkan sama sekali.

"Iya, yaudah aku tutup ya. Besok kayaknya kita bakal pindah ke raga masing-masing," kata Alana mau tak mau.

"See you when I see you," ucap Jisung dan kemudian Alana tersenyum sambil mematikan ponselnya setelah memdengar hal itu.

Ia berdiri dari ranjang, mengoprek-oprek tas ransel milik Jisung dan mengeluarkan beberapa vitamin yang sudah ia beli di apotik sore tadi. Ia pun meletakkannya di atas meja belajar Jisung, mengambil bolpoin dan menulis beberapa kalimat di atas kertas putih;

Dear, Jisungie,

Aktivitas kamu sangat berat karna aku sendiri ngerasain capeknya gimana. Jadi, aku belikan vitamin supaya kamu nggak gampang terserang sakit. Oh, aku juga beli stok makanan berat dan ringan di kulkas, ya! Supaya kamu nggak kurus-kurus banget, tapi heran, pipi kamu kok chubby? Hihi.

Udah ah, segitu aja.

P.s: jangan boros-boros, makan secukupnya. Itu buat stok seminggu!

Tertanda,
Ala.

Setelah menulis pesan, ia meletakkan vitamin-nya di atas kertas tersebut yang berada di meja. Kemudian Alana kembali ke ranjang dan memejamkan matanya karena terlalu lelah untuk membuka mata lebih lama.

00:00 - Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang