Prolog

8.4K 109 4
                                    

31 Mei 2019...

Harap Maklum, Typo Bertebaran...

Demi ibuku, aku rela melelang keperawananku...

-The Price Of My Virginity-

     Hari ini adalah hari dimana aku mendapatkan gaji pertamaku, setelah sebulan aku bekerja sebagai karyawan di perusahaan periklanan di divisi creativ. Perusahaan tempat aku bekerja cukup besar dan sudah banyak menerima jasa membuatan iklan.

       Setelah menerima gaji pertamaku, aku memutuskan untuk langsung pulang kerumah untuk bertemu ibuku, tidak seperti teman sekantorku yang lain. Mereka memilih makan diluar karena bersamaan dengan weekend juga. Mereka mengajakku, tapi aku menolaknya.

      Aku menyampirkan tasku kebahu, sambil menatap layar ponselku yang sedang menampilkan aplikasi ojek Online. Beberapa saat kemudian, ojek online pesananku sampai. Pria tukang ojek itu memberiku helm untuk dipakai, setelah itu aku pun menaiki ojek tersebut.

      Di tengah jalan, Aku meminta ojek online itu menghentikan motornya sebentar, karena aku ingin membeli makanan sebagai perayaan gaji pertamaku bersama Ibu. Setelah membeli makanan, motor pun kembali melaju menuju rumahku. 15 menit kemudian, aku pun sampai di depan rumahku.

     Tepat didepan rumahku, aku melihat sebuah mobil hitam terparkir disana. Setelah membayar ongkos pada driver ojek online, akupun membuka pagar dan masuk ke rumah. Tapi langkahku langsung terhenti, saat aku mendengar percakapan dari dalam rumah. Menyadari apa yang terjadi di dalam Rumah, aku pun bergegas masuk ke dalam rumah. Apalagi aku mendengar suara barang-barang pecah dari dalam rumah.

        Tepat di depan pintu, aku melihat keadaan rumah yang begitu berantakan. Beberapa barang pecah berserakan di lantai dan Ibuku sedang menangis sambil memeluk kaki seorang pria berbadan besar seperti seorang debt collector. Bukan hanya satu pria saja yang berada di rumahku, tapi ada beberapa pria lainnya yang berwajah sangar dan menakutkan.

"Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan di rumahku?!" Tanyaku seraya berlari menghampiri Ibuku dan mengangkat wanita yang sangat aku sayangi itu dari lantai. Para pria besar berwajah sangar itu memandangku lalu mereka menggeram kesal.

"Apa kau Regina Hermawan, putri dari Aldo Hermawan?" tanya salah satu pria debt collector, yang aku taksir sebagai pemimpin para debt collector  itu padaku.

"Maaf tuan-tuan, sepertinya Anda semua salah alamat. Nama saya Regina Jayadi, bukan Regina Hermawan. Dan aku tidak kenal dengan Aldo Hermawan.

       Jika kalian berpikir aku tidak kenal pria itu, maka kalian salah. Aku mengenalnya. Sangat. Pria yang sialnya menjadi Ayah kandungku dan aku sangat membencinya. Syukurlah ia sudah mati. Dengan begitu aku bisa merasa tenang. Pria yang menjadi Ayah kandungku itu, menceraikan istrinya yaitu ibuku, lalu mengusir aku dan ibuku dari rumah, yang sebenarnya bukan haknya. Dia ia bahkan melarang aku dan ibuku masuk ke perusahaan yang sebenarnya milik kakek dari pihak ibuku.

"Regina Jayadi, atau Regina Hermawan sama saja. Yang penting, kau adalah Putri dari Aldo Hermawan dan pewaris dari perusahaan Jayadi Corp." ujar pria itu penuh tekanan.

"Aku tidak ada sangkut-pautnya dengan perusahaan Jayadi Corp. Jadi sebaiknya anda semua pergi dari sini atau aku akan memanggil polisi untuk mengusir kalian dari sini," ucapku penuh kemarahan.

"Kalau begitu panggil saja polisi dan kita akan lihat, apakah polisi akan menangkap kalian atau menangkap kami. Perusahaan Jayadi Corp memiliki hutang sebesar 4 miliar rupiah pada bos kami. Sekarang, perusahaan itu hampir bangkrut. Dan kau sebagai pewarisnya, setelah Ayahmu meninggal kaulah yang harus membayar semua hutang-hutang itu." jelas pria itu.

        Sungguh, aku kaget mendengar kalau perusahaan itu bangkrut dan aku sama sekali tidak peduli, perusahaan itu bangkrut atau tidak. Yang aku permasalahkan sekarang ini adalah, kenapa harus aku yang membayar semua hutang-hutang itu dan bukan istri dan anak-anaknya yang Jelas-jelas menikmati segala kemewahan itu.

"Aku sudah katakan pada kalian, aku tidak ada hubungan sama sekali dengan perusahaan Jayadi Corp dan juga Aldo Hermawan. Jika kalian ingin menagih hutang-hutangnya, tagihlah pada istrinya, Herawati Hermawan dan ketiga anaknya. Selama ini, merekalah yang menikmati semua kekayaan dari Jayadi Corp dan bukan aku ataupun ibuku," teriakku kesal.

"Hey Nona, aku tidak peduli siapa yang selama ini mendapat manfaat dari perusahaan Itu. Tapi yang aku pedulikan adalah, hutang-hutang yang harus dibayar oleh Jayadi Corp pada bos kami. Dan karena kau menjadi pewaris dari Jayadi Corp, kaulah yang harus membayar hutang-hutang itu. Jika kau tidak membayarnya, maka aku akan membawamu pada bos kami," ucap pria pemimpin debt collector itu sambil melihat ke arahku.

        Pria itu menatapku,dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan mesumnya. Aku sangat tau apa yang saat ini ada dalam pikiran pria sangar itu. Aku menatap jijik ke arah pria itu tanpa rasa takut sedikitpun. Pria itu heran mendapati kalau aku sedikitpun tidak takut padanya. Mereka tidak tahu kalau aku memegang dua sabuk hitam Tae Kwo Dou dan Kung Fu.

"Kau tidak bisa melakukan hal itu padaku. Apa kau mengerti?" tegasku.

"Kenapa tidak? Ayo bawa gadis itu!"  perintah pemimpin debt collector pada anak buahnya. Dua orang pria berbadan besar itu berjalan menghampiriku dan hendak menarik tanganku.

       Tapi sebelum mereka benar-benar menghampiriku, kaki kananku bergerak dengan cepat menendang salah satu pria itu tepat di rahangnya, dan membuat pria itu berteriak kesakitan dan terhunyu kebelakang. Setelah itu, aku memutar tubuhku dan mendaratkan satu tinjuku dengan keras ke rahang pria yang satunya lagi. Pria itu juga terhunyu kebelakang dan berteriak kesakitan.

       Aku kembali memasang kuda-kuda, bersiap melawan tiga pria lainnya. Dan benar saja. Melihat apa yang terjadi pada kedua teman mereka, ketiga orang tersebut maju bersama-sama untuk melawanku. Butuh waktu 15 menit hingga akhirnya aku benar-benar melumpuhkan kelima pria sangar itu.

      Setelah melumpuhkan kelima orang tersebut, aku memperingatkan mereka untuk tidak lagi menggangguku dan Ibuku. Tapi aku terlalu bodoh, hingga melonggarkan kewaspadaanku. Saat aku berbalik, aku melihat salah satu debt collector itu memegang pisau dan menodongnya tepat di leher ibuku.

"Jangan bergerak, atau aku akan merobek leher ibumu dengan pisau ini," ancam pria itu. Aku langsung diam ditempat.

"Jangan pernah macam-macam dengan Ibuku, atau kalian ak-"

"Jangan pernah mengancamku Nona, karena kata-kataku tadi bukanlah ancaman kosong belaka. Aku akan melakukannya jika kau sedikit saja bergerak," ujar pria itu. Ia kemudian menatap teman-temannya dan berkata, "Ayo kita pergi dari sini."

"Hei, apa yang kalian lakukan. Lepaskan ibuku." Aku berteriak marah pada kelima orang itu, tapi aku juga takut bergerak karena ancaman dari salah satu pria debt collector itu.

"Aku membawa ibumu untuk menjamin, kau akan membayar semua hutang-hutangmu itu," balas pria itu. Ia kemudian menyeret ibuku menuju mobil lalu menancap gas meninggalkan jalan depan rumahku.

          Aku menatap mobil hitam itu, sampai mobil itu menghilang di pertigaan dekat rumahku. Hujan deras mengguyur tubuhku dan tidak aku peduli. Aku menangis, aku merasa seolah-olah alam pun ikut menangis melihat kesedihanku.

1 Juni 2019...

Ini cerita pertamaku di akun ini,
Semoga kalian suka...

Salam kenal;

peri_hutan_tropis3

The Price Of My Virginity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang