AUTHOR POV
Seorang pria paruh baya nampak kebingungan, sembari mengucek mata Ia menerawang, pasalnya ia kecopetan dan seluruh barangnya raib, tak terkecuali ponsel dan sialnya Ia berada di tempat antah berantah, perutnya lapar tentu saja, rasa haus juga mendera kerongkongannya, kepalanya berdenyut hebat dan tatkala ia akan jatuh ia merasakan ada uluran tangan yang menopang tubuhnya serta menuntunnya untuk duduk di sebuah bangku dipinggir jalan.
"Bapak tak apa??" Ucapnya terengah-engah.
Si pria paruh baya tak kuat untuk berucap, tapi suara perutnya tiba-tiba berteriak liar membuat sang penolong tersenyum penuh arti dan langsung menyodorkan 2 buah roti berukuran sedang.
"Bapak pasti belum makan, aku memiliki 2 buah roti" ucapnya halus
"Saya akan membelikan air untuk anda pak, dan tentu obat sakit kepala karena kulihat anda tengah tidak enak badan", sambungnya.
Tanpa basa-basi sang pria paruh baya langsung melahap 2 buah roti seperti orang yang bertahun-tahun tidak makan, tepat ketika gigitan terakhir untuk rotinya, sang penolong datang membawa air mineral kemasan dan memberikannya dan juga sebutir Bodrex
"Maaf hanya ini yang bisa saya berikan untuk anda pak" ucapnya lagi.
Pria paruh baya menatapnya dengan seksama dan tiba-tiba menitikkan air mata yg berubah menjadi tangis tersedu.
"Terimakasih Nak, kamu menyelamatkan nyawaku, jika saja tak ada dirimu mungkin saja aku sudah tiada di negeri antah berantah ini". Ucapnya terisak.
"Tidak mengapa, Pak. Sudah kewajiban kita sebagai manusia untuk mengasihi sesama bukan?? ". Sembari tersenyum ia melanjutkan ucapannya.
"Bapak berasal darimana? Dan bagaimana bisa sampai disini? " sambungnya.
Pria paruh baya mengerjapkan matanya.
Sang gadis menanti jawaban."Aku berasal dari Brunnei Darussalam, Nak. Aku tau ini bukan negeriku, aku di jebak oleh rekan bisnisku, ia sakit hati karena aku tak menyetujui kontrak dengannya. Barang-barangku raib entah kemana dan aku dibuang disini sebagai wujud kebenciannya terhadapku, saat kurasa hidupku akan berakhir tak kusangkan Tuhan mengirimkan bantuannya melaluimu, jika tak ada dirimu entahlah nasibku, pasti saat ini keluargaku dirumah tengah kebingungan mencari diriku". Ucapnya menceritakan.
Gadis itu kasian dengan si pria paruh baya dan berniat membantu namun dia teringat bahwa roti yang ia jual baru laku 3 buah, dan uang hasilnya ia belikan air mineral dan obat sakit kepala, entah nanti bagaimana bentakan serta pukulan yang harus ia terima dari Ayah dan seluruh saudaranya.
"Namamu siapa nak?". Ucapan si pria paruh baya meyadarkannya dari lamunan.
"Aisha Maulida pak, dipanggil Ais saja. Nama bapak siapa?". Ucap gadis yang ternyata bernama Aisha
"Aku Zubair Adami Nak, dimana rumahmu?" Ucap pak Zubair.
"Oh bapak, ingin sekali saya membawa bapak kerumah saya tapi Ayah saya dirumah tentu akan tidak senang dan bapak akan menerima bentakan darinya, sungguh hari ini saja saya tak mendapatkan pendapatan untuknya dan saudara2ku tentu kemarahan beliau akan berlipat tatkala saya membawa bapak kerumah" ucap Ais tak enak hati.
"Ayolah nak, aku ingin mengucapakan ribuan terimakasih kepadamu, dan aku juga ingin meminta tolong meminjam ponsel milikmu untuk kugunakan menghubungi keluargaku di Brunei". Desa pak Zubair
Akhirnya dengan berat hati Aisha membawa pak Zubair turut serta pulang kerumah sempitnya, sambil menenteng sepeda berkarat dia berjalan beriringan dengan pak zubair.
Sesampainya dirumah tentu saja bisa ditebak ia terkena dampratan serta tamparan dari kakak laki-lakinya yang melihat dagangan aisha hanya berkurang 3 buah serta menunjuk-nunjuk pak Zubair dengan bentakan."AISHAAAAA!!!!!!!!!!! berkali-kali sudah kuucapkan, kau tuli atau bagaimana???? Jangan bawa gembel pulang kerumah!!!! Kita ini sudah susah, ditambah semakin susah dengan sikapmu yang sok dermawan itu". Bentak Saipul yg tiba-tiba datang dari dapur.
"Maafkan Ais ayah, Ais kasian melihat pak Zubair setengah pingsan tadi". Ucapnga mencicit takut.
"KASIAN???? TIDAK ADA YANG PERNAH MENGASIANI KITA DAN KAU ENTENG BILANG KASIAN???". Damprat Saipul.
"Hoho lihatlah ayah, dagangan Ais hanya laku 3 buah"
Ucap kakak tertua Aisha.Begitu murka Saipul ketika mengetahui dagangan anaknya hanya laku sedikit dan uangnya dipakai untuk menolong gembel, tanpa ampun dia menampar nya kiri kanan hingga bercak merah lima jari kentara di pipinya.
Pak Zubair begitu ngilu melihat betapa kejam perlakuan mereka untuk saudaranya sendiri, hingga terbersit keinginan dalam hatinya untuk memiliki Aisha, tanpa ba bi bu pak Zubair langsung berucap."Aku memiliki penawaran menarik untukmu, saifull".
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRIKU SAYANG, ISTRIKU MALANG
RomansaWARNING !!!!! CERITA INI BANYAK MENGGUNAKAN UNSUR KEKERASAN & 18+. BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN 😊. Tatapan sayu dan senyum yang menyiratkan luka, itulah Aisha.. gadis belia, berusia 16 tahun yg ditukar dengan uang 350 juta oleh Ayahnya sendiri. K...