"KAMU LAGI KAMU LAGI BOSEN SAYA LIATNYA" ucap Pria paruh bayah dengan rambut seperti seorang profesor dan kumis tebal terhias diatas bibir tebalnya. Tangannya bertolak pinggang ditubuh besarnya.
"Aduhh Bapak, saya juga bosen ngeliat Bapak lagi Bapak lagi" jawab Azka dengan wajah cemberut sambil menjaga keseimbangan tubuhnya yang hanya bertumpu dengan satu kaki.
Genta sekuat tenaga menahan tawanya melihat ekspresi Azka.
"Jawab terosss" kata Pak Bondan.
"Itu bukan jawaban Pak, tapi itu curahan saya" jawab Azka.
"DIAM!! Kamu ini sudah kelas berapasi?" Tanya Pak Bondan.
"12" jawab Azka malas.
"Kenapa tingkah kamu kaya anak kecil?" Tanya Pak Bondan.
"Enak Pak jadi anak kecil, gapernah ngerasain sakit hati" jawab Azka dengan lantang. Jawaban Azka mampu membuat Pak Bondan dan teman-temannya melongo.
"Ehhh gosah bucin lo"
"Bukan temen gue"
"Titisan mimi perinya keluar"
"Malu gue malu"
"DIAMM!!!" bentak Pak Bondan mendengar suara ricuh dari kelas Azka.
"Sekarang kamu hormat didepan tiang Bendera, jangan dihapus ini bedak" ucap Pak Bondan.
"Dihh--- okelah, woy ayo Pon, Na, Dep, Nis, Cong, Chik" ucap Azka lengkap memanggil kawannya.
"Dihh apan" ucap Devani.
"Gue kan udahan tadi" saut Nisa.
"Kan gue gakena coretan" samber Ahcong- Ahmad Bencong.
Sautan-sautan dari teman-teman laknat Azka membuat Azka ingin menjambak ginjal mereka satu persatu.
"Apa? Kamu mau ajak temen-temen kamu?" Tanya Pak Bondan yang melihat teman-teman Azka membeo.
"Saya? Ya manggil teman-teman sayalah Pak, orang maennya ber-7 masa saya doang yang dihukum" oceh Azka.
"Iyala harus, kan lu baik dan tidak sombong" saut Rana dengan senyum mengejeknya.
"Perwakilan Az" saut Chika.
"Laknat kalian semuaa" geram Azka.
"Heh yang rusuh tuh kamu doang, terus muka juga kamu doang yang cemong begini ga rapih, udah gausah bantah, cepetan ayo" oceh Pak Bondan.
Azka menatap Pak Bondan sejenak, menatapnya dengan intens, setelah itu pergi keluar kelas. Azka berjalan dengan menghentakkan kakinya. Kesal.
🌷🌷🌷🌷🌷
Didepan tiang bendera, Azka mengangkat tangannya. Hormat. Sesekali mengembungkan pipinya. Sebal.
Matahari terik menyilaukan pandangan Azka, padahal ini baru pukul delapan pagi.
"HAHAHAHA EMANG ENAK DIHUKUM WAHAHAHA" suara cempreng itu berasal dari lantai dua. Azka tahu betul dengan pemilik suara tersebut. Dengan kesal Azka menatapnya.
"RANA BACOD LU YA" kesal Azka masih dengan posisinya.
"MAKANNYA JANGAN BAWA BEDAK KALO SEKOLAH" saut Ivon.
"KITA SUDAH BICARAKAN INI SEMALAM DIGRUB" jawab Azka.
"GAYA LU PERA" samber Ahcong.
"GUE SANTET LO SATU PERSaaa....tuu" teriakan Azka teralih oleh benda dingin yang menempel dipipi kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Love
أدب المراهقين"AZKA GUE SUKA SAMA LO, LO MAU GA JADI PACAR GUE....." ***** Akibat hukuman yang diberi dari sahabatnya, Gilang. Genta harus menembak seseorang yang ia sukai sejak pertama kali ia menduduki bangku SMA. Genta harus menyatakan perasaannya kepada gad...