Perth sedang duduk di kantin bersama Mark, Gun, dan Plan yang merupakan sahabat baiknya sejak dulu. Mereka semua tampak fokus pada makan siangnya masing-masing, sambil sesekali berebut lauk, hal inilah yang membuat mereka semakin akrab.
Hingga suasana tiba-tiba hening ketika Saint datang memasuki Kantin. Lelaki itu tampak berdiri canggung karena semua mata di Kantin menatapnya, seolah menghakiminya.
Dan akhirnya dia memilih duduk di meja paling pojok, yang tidak pernah ditempati siapapun selama ini, duduk disana memakan makan siangnya sendirian.
Hal itu tak luput dari pengelihatan Perth, mata tajamnya terus mengamati Lelaki kurus itu sejak tadi.
Melihatnya selalu sendiri sejak awal masuk sekolah ini, sedikit membuat Perth iba, karena sebenarnya dia tidak sejahat itu, dia juga masih memiliki hati nurani.
Namun dendamnya pada Saint menutupi mata hatinya, menutup akal sehatnya, untuk memperlakukan Saint layaknya manusia pada umumnya.
Nyatanya dia tak sekuat itu, Perth berdiri dari duduknya, membawa mangkuk berisi Sup makan siangnya, berjalan menuju Saint tanpa memperdulikan tatapan kebingungan dari ketiga temannya, dan...
Byurr!!
Saint memejamkan matanya ketika merasakan kuah panas dari Sup itu menyiram kulitnya.
Sabar... sabar... jangan membalasnya... anggap ini sebagai ganti dari rasa sakit yang Perth rasakan karena ulah Ibunya.
"Kau pantas mendapatkannya" Ucap Perth puas setelah melihat rambut hingga seragam Saint basah kuyup karena kuah sup miliknya.
"Pulang nanti temui aku di lorong seperti biasa" Desisnya tajam, memerintah tanpa ampun. Kemudian pergi begitu saja, meninggalkan Saint yang kini sudah tidak nafsu makan.
Sudah sebulan Saint sekolah di SMA yang sama dengan Perth, dia mencoba bertahan untuk berdiri sendiri di Sekolah ini, karena dia tahu, Perth akan semakin membencinya jika dia berteman dengan siswa lain disini.
Tak hanya itu, Perth selalu mengikutinya kemanapun dia pergi di area Sekolah ini secara diam-diam. Saint menyadari itu, tapi dia memilih diam saja dan membiarkan Perth melakukan apapun semaunya pada dirinya hingga lelaki itu puas.
Tidak apa, dia rela.
Dan jika jam pulang tiba, Perth akan selalu menunggunya di lorong belakang Sekolah yang biasa Saint lewati untuk pulang, disana Perth akan memberi satu pukulan di tubuh Saint sebagai 'balas dendam' setiap harinya.
Seperti saat ini, lelaki bertubuh kekar itu sudah berdiri menunggunya, menunggu mangsanya untuk dia hajar.
"Terlambat dua menit" Decak Perth malas, sembari melirik jam tangannya.
Saint meremas celananya, tangannya gemetar, sudah seminggu dia mendapat berbagai pukulan dari Perth, dan dia menyadari bahwa setiap pukulan darinya bukanlah main-main.
Dan satu hal yang tidak Perth ketahui, bagian perut dan dada Saint sudah dipenuhi memar keunguan akibat dari pukulan tangannya selama sebulan ini.
"A-aku harus mengurus sesuatu tadi" Gumam Saint terbata.
Perth mengangkat bahunya tak peduli, melangkah lebih dekat kearah Saint.
Kali ini dia tidak memukul Saint dengan kepalan tangannya seperti biasanya, melainkan dengan lututnya yang kuat.
Menarik kedua pundak Saint agar lebih dekat padanya, kemudian menghantamkan lututnya pada bagian perut Saint.
"Akh!" Ringis Saint kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Hate [ END ]
FanfictionTentang hati yang sudah larut dalam dendam selama bertahun-tahun. Hingga terungkap jika semua itu hanyalah salah paham. Bisakah dia memperbaiki kesalahannya yang timbul karena dendam tak beralasan itu?