Pagi itu Saint masuk ke Sekolah dengan menggunakan seragam olahraganya. Hal ini terpaksa dia lakukan karena kemeja seragamnya robek parah di bagian depan, sangat tidak mungkin dia jahit kembali.
Dan juga, dia belum memiliki uang untuk membeli seragam yang baru.
“Kemana seragammu?” Tanya salah satu Guru ketika mengabsen satu-persatu murid yang hadir.
Perth menoleh ke bangku belakang dimana Saint duduk sendirian disana.
Lelaki itu terlihat gemetar, “Aku mencucinya, belum kering sampai sekarang” Ucapnya pelan.
Perth mengangkat alisnya bingung, Saint bisa saja mengadukannya pada Guru saat ini juga setelah apa yang dilakukannya dengan seragam milik Saint.
Dia sudah merobeknya!
Tapi lelaki itu malah memilih untuk berbohong, memilih untuk menyembunyikan kesalahan Perth, seakan-akan ini semua karena kecerobohannya.
“Baru beberapa bulan Sekolah disini, sudah berani membuat aturan sendiri! Sana lari keliling lapangan sepuluh kali!” Perintah Guru itu dengan tegas.
Saint mengangguk singkat, dan langsung berjalan keluar kelas.
Menjalani hukuman yang terjadi bukan karena kesalahannya.
Perth menunduk sedih, tiba-tiba debaran jantungnya terasa nyeri sekali. Hatinya sakit melihat Saint diam saja ketika diperlakukan tidak adil seperti ini!
Kepalanya menoleh kearah jendela yang mengarah langsung pada Lapangan sekolahnya yang sangat luas dan panas.
Disana, Saint sedang berlari keliling lapangan, menjalani hukumannya.
**
Saint duduk di pinggir lapangan dengan napas terengah-engah, tinggal dua putaran lagi, tapi dia sudah tidak sanggup.
Tadi pagi dia tidak sarapan karena hampir terlambat, dan jika dia membeli minuman sekarang, maka jatah makan malamnya akan berkurang, uangnya tidak cukup untuk membelinya.
Yang bisa dia lakukan hanyalah duduk meneduh di pinggir lapangan seorang diri.
Hampir saja dia tertidur, hingga sebuah benda dingin menempel di pipinya. Membuatnya terkejut.
“Minumlah”
Saint menatap bingung pada lelaki bertubuh tinggi yang kini ikut duduk di sebelahnya.
“U—untukku?” Tanyanya pelan.
Lelaki itu terkekeh, “Tentu saja, hanya kau dan aku disini”
Saint tersenyum canggung dan mulai meneguk minuman itu, rasanya lega sekali, membuatnya rela memejamkan matanya dan tersenyum manis sekali.
“Kau tahu? kau benar-benar manis untuk ukuran seorang lelaki”
Saint merengut, “Aku tampan” Gumamnya tak terima.
Lelaki itu terkekeh pelan, “Aku Zee, siapa namamu?”
“Saint” Jawabnya singkat.
“Kenapa berlari keliling lapangan seperti ini? Hari ini cuaca benar-benar sedang panas dan kau malah berlari di lapangan seluas ini?” Tanya Zee setengah tak percaya.
Saint tersenyum malu-malu, “Aku sedang dihukum, aku tidak memakai kemejaku”
“Sudah selesai?”
“Belum, tinggal dua putaran lagi” Keluh Saint pelan, sebenarnya bisa saja dia melanjutkannya sekarang, tapi dia benar-benar kelelahan.
“Biar aku saja yang menggantikanmu”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Hate [ END ]
FanfictionTentang hati yang sudah larut dalam dendam selama bertahun-tahun. Hingga terungkap jika semua itu hanyalah salah paham. Bisakah dia memperbaiki kesalahannya yang timbul karena dendam tak beralasan itu?