Perth bergegas mencari Saint di Restoran tempatnya bekerja sepulang sekolah.
Namun dia tidak ada disana, pemilik Restoran itu bahkan mengatakan jika Saint baru saja pergi dari sini beberapa menit yang lalu.
Itu artinya, Saint belum pergi terlalu jauh, kan?
"Aku tidak boleh menyerah!" Seru Perth melanjutkan aksinya mencari keberadaan Saint.
Karena kini dia sudah mengetahui kebenarannya, menyadari perasaannya, dan akan terus mempertahankan Saint disisinya bagaimanapun caranya.
Mungkin akan sulit, mengingat selama ini dia memperlakukan Saint begitu jahat.
Memukulnya, menghinanya, bahkan memperkosanya.
Tapi kini dia menyadarinya, dia mencintai Lelaki manis itu, dan dia ingin memperbaiki semuanya.
Sejenak, Perth melihat seseorang dengan postur tubuh yang sangat mirip dengan Saint berjalan sangat jauh didepannya.
Sendirian, sembari menenteng sebuah tas kecil.
Benarkah itu Saint?
"Saint!" Teriak Perth memastikan.
Namun Lelaki itu menoleh padanya, tersenyum tipis, kemudian menaiki Bus, dan pergi begitu saja.
Itu Saint!
Dia pergi begitu saja setelah melihatnya, dia bahkan masih sempat tersenyum padanya!
Perth berlari sekuat tenaga mengejar Bus sialan itu. Membiarkan seragam sekolahnya basah dan kotor karena peluhnya.
"Saint! Tunggu!" Teriaknya panik.
Tampak dari kaca belakang, Saint menoleh padanya.
Dia terlihat menahan tangisnya melihat Perth mengejarnya seperti ini.
"Pergilah, Perth.." Lirihnya pelan.
Perth mengerti apa yang dikatakan oleh Saint dari gerakan bibirnya
"Tidak! Jangan pergi! Beri aku satu kesempatan!.... Kumohon!"
Namun Bus itu terus melaju kencang, meninggalkan Perth yang pada akhirnya menyerah dan jatuh terduduk di aspal yang panas itu.
Napasnya terengah-engah hingga membuat paru-parunya sakit sekali.
Tapi hatinya jauh lebih sakit.
Dia terisak pelan, menangisi kepergian seseorang yang amat berarti baginya saat ini.
Tangisan keduanya setelah dia kehilangan Papanya hari itu.
**
"Aku tahu rasa penyesalanmu sangat besar padanya, Perth. Tapi jika kau mencarinya seperti orang gila seperti ini, aku benar-benar akan berhenti membantumu!" Seru Mark kesal.
Sudah berbulan-bulan mereka mencari keberadaan Saint.
Plan, Mark, dan Gun turut membantu sahabat mereka ini untuk mencari Lelaki manis yang pernah menghajar mereka dulu.
Namun hasilnya nihil, setiap mereka berhasil menemukan tempat tinggal baru Saint, Lelaki itu selalu saja menghilang ketika mereka menghampirinya.
Seolah dia tahu, jika Perth akan menghampirinya.
Lalu kenapa?
Kenapa dia menghindari Perth seperti ini?
Apakah dia takut dipukuli oleh Perth lagi?
Oh, itu pemikiran yang sangat bodoh karena Perth tidak mungkin memukulinya lagi mulai sekarang.
Perth mengacak rambutnya kesal. Semuanya berantakan! Sekolahnya, semua rencana hidupnya, semua berantakan!
Itu semua karena dia terlalu fokus mencari keberadaan Saint, hingga membuatnya kebingungan menyesuaikan jadwalnya.
"Tolong... bantu aku... kali ini saja. Setidaknya biarkan aku meminta maaf padanya jika dia benar-benar tidak ingin melihatku lagi" Lirih Perth penuh permohonan, dia benar-benar putus asa.
Plan tertegun, ini adalah pertama kalinya seorang Perth Tanapon yang angkuh memohon dalam hidupnya. Dan itu semua demi Saint.
"Kali ini kita harus tenang" Ucap Mark pada akhirnya, karena tidak tega melihat Perth yang begitu berantakan.
"Kita selidiki dulu mulai awal, keluarga Saint, teman-temannya, semuanya kita cari. Aku yakin, Saint sekarang berada tak jauh dari orang-orang di masa lalunya"
Gun menyela, "Kenapa kau begitu yakin?
"Untuk ukuran anak sekolah seperti kita, hidup berpindah-pindah tempat seorang diri sangat tidak mungkin! Aku yakin kali ini Saint berada disekitar mereka!" Lanjut Mark menjelaskan.
Well, itu cukup masuk akal.
Perth segera menghubungi Mamanya.
"Ma, Mama bilang waktu itu Ibu Saint adalah seorang janda. Apa itu karena Ayah Saint sudah meninggal?" Tanya Perth begitu Mama mengangkat telepon darinya. Pinter banget dia gak ngucapin salam dulu :)
"Setahu Mama, Saint masih memiliki Ayah. Karena Ibu dan Ayahnya bercerai saat Saint masih sangat kecil" Ucap Mama.
Perth menoleh kearah teman-temannya, dia mulai bisa menemukan titik terangnya.
"Jadi, Ayah Saint masih hidup?"
"Tentu saja!"
Perth tersenyum lebar, "Siapa namanya, Ma?"
"Mama tidak tahu pasti, yang jelas dia memiliki Marga Suppapong"
Ah, ini semakin mudah!
Perth langsung mematikan teleponnya begitu saja dan kembali menghadap teman-temannya yang menunggu intruksi selanjutnya darinya. Sopan banget emang dia tuh, sama emak sendiri gak salam.
"Apakah kita bisa mencari tahu alamat seseorang dengan hanya mengetahui nama belakangnya?" Tanya Perth pelan.
"Siapa namanya?"
"Suppapong, dia Ayah kandung Saint"
Gun langsung menoleh kearah Plan, "Pacarmu seorang Hacker kan? Aku yakin dia pasti bisa mencari informasi tentang seseorang dengan mudah!"
"Pacar Papamu!" Sungut Plan tak terima.
"Au? Bukankah P'Mean itu pacarmu, hm?" Goda Mark pada Plan yang semakin merengut.
"Bukan! Enak saja!"
Perth menarik tangan Plan dan menatapnya penuh permohonan, "Tolong, minta dia mencari alamat Saint..."
Dan Plan akan selalu kalah jika temannya memohon seperti ini.
**
Dibalik jendela besar itu, ada seorang anak Lelaki yang duduk disana sembari tersenyum sendu.
Hidup berbulan-bulan dengan berpindah-pindah rumah bukanlah hal yang menyenangkan.
Entah apalagi yang diinginkan Perth darinya, yang jelas, dia sudah lelah mencintai Lelaki kekar itu.
Lagipula, lelaki itu sudah mengambil kehormatannya, itu impas, kan?
Dia menganggap semua kesalahan dan dosa Ibunya sudah terbalaskan.
Maka kini dia memilih untuk pergi. Sejauh-jauhnya.
Namun jauh didalam tubuh dan hati yang sebenarnya amat rapuh itu, dia sangat kelelahan, apalagi kini dia sedang mengandung.
Fisik dan mentalnya sangat kelelahan.
BANGSUL KENAPA MALAH JADI MPREG GINI😂😂😂
MAAF KALO KEPENDEKAN DAN BANYAK TYPONYA KARENA AKU NGETIKNYA DI HP, MALES NYALAIN LAPTOP KARENA BARU PULANG DARI MUDIK HUHUHU...
INI UDAH DETIK-DETIK MENUJU END YAA.. SOALNYA AKU MAU NGELANJUTIN DADDY JUGA :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Hate [ END ]
FanfictionTentang hati yang sudah larut dalam dendam selama bertahun-tahun. Hingga terungkap jika semua itu hanyalah salah paham. Bisakah dia memperbaiki kesalahannya yang timbul karena dendam tak beralasan itu?