Part 6

5.1K 447 64
                                    

Perth bangun dari tidur nyenyaknya setelah 'hampir' semalaman dia melakukannya dengan Saint.

Perlahan, dia menoleh kearah Saint yang masih tertidur membelakangninya.

Punggung lemahnya terlihat bergerak lembut seirama dengan hembusan napasnya yang teratur, pertanda dia sangat kelelahan hingga langsung terlelap seperti ini.

Masih teringat di bayangannya, semalam, betapa Saint yang awalnya menolaknya, memukulnya lemah, tiba-tiba menangis.

Tidak, dia tidak menangis karena sedih.

Dia menangis karena bahagia, karena dia memiliki satu kesempatan untuk bersatu dengan Perth, cintanya.

Setidaknya untuk pertama dan terakhir dalam hidupnya.

Perth juga mengingat, ketika Saint tiba-tiba terdiam, memeluk lehernya, dan mulai menerima sentuhannya.

Menjeritkan namanya, mengerang nikmat atas setiap hentakan miliknya, menerimanya, memeluknya, mendesahkan namanya dipuncak kenikmatannya.

Apa artinya ini semua?

Apakah ini artinya, Saint menerimanya di hati kecilnya?

Perlahan senyum Perth timbul, tidak apa, dia akan memulainya dengan perlahan, memperbaiki semuanya perlahan-lahan.

Tangannya terangkat untuk menyentuh punggung telanjang Saint, mengelusnya lembut penuh perasaan.

"Aku pulang dulu, aku akan kembali nanti sore untuk menemuimu, menjelaskan semuanya" Bisik Perth lembut di telinga Saint.

Kemudian mengecup pipi bulat itu, "Tunggu aku,  na?"

Memakai kembal pakaiannya, memperbaiki letak selimut Saint, dan keluar dari kamar mungil itu.

Bergegas pergi meninggalkan rumah itu, untuk menemui Mamanya yang baru saja pulang dari luar kota di rumahnya.

Namun, ketika berada di Ruang tamu Saint. Perth melihat sebuah bingkai foto, yang berisikan foto seorang perempuan.

Perempuan cantik yang tidak akan pernah dia maafkan kesalahannya.

Matanya memerah dan berkaca-kaca melihatnya, mengingat bagaimana Perempuan itu menghancurkan keluarganya, menghancurkan Papanya, menghancurkan cintanya.

"Sialan!"

Saint tersenyum sendu dibalik tidur palsunya, membiarkan Perth pergi setelah menikmatinya. Mungkin dengan menyerahkan tubuhnya, Perth bisa memaafkan kesalahan Ibunya.

**

"Mama kenapa tidak bilang mau pulang sekarang?" Tanya Perth pada Mamanya yang sedang duduk bersendekap di Sofa, menatapnya tajam.

"Mama dengar, kamu menghajar temanmu di Sekolah?" Tanya Mama dingin, mengabaikan pertanyaan Perth sebelumnya.

Perth tersentak, "Mama tahu dari mana?"

"Plan mengatakan semuanya pada Mama"

Sialan mulut Plan ember sekali!

"Mama tidak pernah mengajarkanmu untuk memukul temanmu, Perth! Bagaimana jika dia melapor pada Polisi, hah?!"

Perth hanya diam, menundukkan kepalanya, membiarkan Mamanya berteriak padanya.

Melihat putranya yang hanya diam ketika dirinya marah, Mama menghela napas lelah, "Siapa yang kau pukuli?"

"Saint"

"HAH?!"

Perth terlonjak dari duduknya mendengar Mamanya berteriak padanya.

Love or Hate [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang