Part 4

4.6K 470 66
                                    

Perth melangkah mendekati Saint yang masih berdiri kebingungan didepan pintu kelas.

“Apa yang kau inginkan sebenarnya?” Desis Perth penuh tanya.

Saint bisa saja membalas setiap perlakuannya selama ini, tapi dia lebih memilih diam dan membiarkan dirinya ditindas oleh Perth, bukankah itu keterlaluan?

Saint tersenyum sendu, kemudian menunduk, “Seperti katamu… aku harus menebus semuanya… kau—kau benar… dosa ibuku mungkin tak termaafkan… tapi aku harap, dengan menyiksaku seperti ini… kau bisa memaafkan Ibuku”

Perth melengos kesal, kepalanya terasa pening seketika, dia merasa menjadi tokoh Antagonis sekarang.

“Kau bisa membalas pukulanku selama ini! Kenapa kau hanya diam saja?!”

Saint mendongak, menatap mata tajam itu dengan pandangan sendu, “Aku memang bisa melakukan bela diri untuk menjaga diriku sendiri dari bahaya. Tapi bagiku, kau bukanlah bahaya yang harus kulawan, kau juga lebih dari mampu untuk menghancurkanku saat ini juga karena aku yakin kekuatanmu lebih besar daripada aku” Ucap Saint pelan.

“Tapi memukulmu kembali, tidak akan membuatmu berhenti membenciku dan memaafkan kesalahan Ibuku…”

**

“Kau masih menggunakan seragam olahraga?!” Seru Guru yang sedang mengajar pelajaran hari ini, Guru yang sama yang memberikan hukuman pada Saint saat itu.

Saint menuduk memperhatikan seragamnya, memangnya ada yang salah? Toh seragam olah raga ini milik sekolah ini juga, kan?

“Sejak kemarin seragammu belum kering juga, huh?!” Ucap Guru itu bermaksud menyindir.

Namun dengan polos Saint mengangguk, “Iya, belum kering” Jawabnya singkat.

Sontak satu kelas tertawa mendengarnya, tak disangka murid baru yang sangat pendiam itu ternyata sangat polos dan lugu.

“Diam!” Pekik Guru itu membuat kelas kembali hening, “Dan kau! Lari keliling lapangan!”

Lagi?

Perth menatap Saint yang dengan langkah pelan berjalan meninggalkan kelas. Ada sedikit rasa kasihan melihat lelaki itu harus terus menjalani hukuman karena kesalahannya.

Saint terus berlari tanpa peduli dengan kemampuan tubuhnya, dia terus berlari tanpa henti.

Hingga sebuah langkah yang mengikutinya membuat Saint sedikit memelankan laju larinya.

“P’Zee?” Panggilnya riang.

Zee terkekeh, “Kau terlihat senang sekali bertemu denganku”

Saint merengut, segera menghapus senyum dari bibirnya, “Tidak kok!”

“Phi tidak ada pelajaran?” Tanya Saint sesekali terengah, dia belum juga berhenti berlari.

Zee terus mengiringi langkah kaki Saint di sebelahnya, “Ada, aku malas” Ucapnya santai.

“Kenapa kau hobi sekali dihukum, sih?” Tanya Zee jenaka.

“Aku tidak memakai seragamku lagi” Jawab Saint apa adanya.

“Kau tahu? kau tidak perlu melakukan ini semua, kau hanya perlu memanggilku jika butuh bantuan” Ucap Zee serius, kali ini keduanya berhenti dipinggir lapangan.

“Kenapa Phi begitu baik padaku? Kita baru saja kenal”

Zee terlihat salah tingkah, “Karena—emm.. kau sangat manis”

Eh?

**

Saint menghentikan langkahnya ketika melihat Perth berdiri menghadang jalannya untuk pulang di Lorong seperti biasa.

“A—ada apa?” Tanya Saint terbata, jantungnya berdegup kencang entah kenapa, karena melihat penampilan Perth yang luar biasa seksi saat ini.

Rambut yang basah karena keringat, seragam acak-acakan, namun tetap menawan tanpa kesan urakan. Sangat cocok untuk lelaki kekar seperti Perth.

“Ambil ini!” Perintah Perth sembari menyerahkan beberapa lembar uang kepada Saint.

Saint menunduk menatap uang itu, “Untuk apa?” Tanyanya bingung.

“Belilah seragam yang baru! Ini untuk mengganti seragam yang sudah ku rusak hari itu”

Satu hal yang Saint ketahui dari diri seorang Perth. Lelaki itu tidak terbiasa mengatakan ‘Maaf’ atau ’Terima kasih’, dia akan langsung bertidak untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Saint tersenyum masam, “Tidak perlu, lagi pula hari ini aku akan mendapatkan gaji bulananku”

Eh?

“Kau bekerja?”

Saint mengangguk pelan.

Sebenarnya seberapa miskin sih Saint ini?!

Perth maju selangkah, membuat Saint seketika menutup matanya. Bersiap jika Perth ingin memukulnya.

Namun, lelaki itu hanya diam menatap wajahnya dari jarak yang cukup dekat.

Mengamati betapa indahnya karya tuhan didepannya yang baru dia sadari, Saint benar-benar sempurna! Wajahnya seputih susu dan sangat mulus untuk ukuran seorang lelaki.

Saint membuka matanya dan terkejut setengah mati melihat wajah tampan Perth berada tepat didepannya, “P—Perth?”

Suara lembut itu membuat Perth tiba-tiba merasa pening dan tak bisa mengendalikan diri.
Ia langsung menarik Saint dan mendorongnya hingga bersandar pada dinding dan mengukungnya disana dengan kedua lengan kuatnya.

Keduanya terdiam dengan napas terengah dan saling bertatapan.

Entah siapa yang memulai, wajah keduanya semakin berdekatan, dan akhirnya kedua bibir itu bertemu.

Saint terkejut setengah mati saat Perth menempelkan bibir itu pada bibirnya.

Ini pasti mimpi!

Perth menciumnya?!

Dan Saint hampir saja pingsan karena Perth mulai menggerakkan bibirnya untuk melumat bibir miliknya, menghisapnya, memporak-porandakan bibirnya dengan amat lihai.

“Emmh…”

Erangan Saint justru semakin membuat Perth bersemangat untuk berbuat lebih.

Tangannya perlahan mulai meraba tubuh ramping Saint, pinggang, perut, bahkan dadanya tak luput dari sentuhannya.

Hingga akhirnya Perth membuka matanya dan langsung bertatapan dengan Saint yang masih memejamkan matanya, menikmati cumbuan darinya.

Wajah itu, wajah yang sama dengan perempuan perusak rumah tangga orangtuanya, perempuan yang sudah membuat Papanya bunuh diri!

Perth langsung mendorong tubuh lemah Saint hingga membuatnya yang masih belum sadar betul langsung tersungkur.

“Perth? Ada apa?” Tanyanya kebingungan.

Perth mengusap bibirnya dengan punggung tangannya dan tersenyum sinis, “Rupanya rasa bibir dari anak jalang sepertimu tidak buruk juga”

DEG!!!

Saint terpaku.

Wajahnya memucat dan matanya berkaca-kaca. Jadi tadi--?

“Kau pikir aku sudi menyentuhmu hah! Kau tidak lebih dari sampah yang bisa kubuang kapan saja!”

Cukup!

Saint langsung bangkit dan berlari dari sana.

Hari ini Perth memang tidak memukul fisiknya seperti biasa, tetapi dia memukul tepat pada hatinya.

Tubuh kurus itu terus berlari kencang sembari terisak pelan, meninggalkan Perth yang juga sedang meneteskan air matanya disana.




“Maafkan aku, Saint. Tapi bayangan perbuatan Ibumu masih belum bisa kumaafkan…”

Love or Hate [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang