EPILOG

7.3K 471 73
                                    

Perth menatap mata basah Saint yang terus menangis sejak tadi.

Lelaki manis itu terus menggandeng lengannya di mobil selama perjalanan menuju Sasana Taekwono milik Peak.

Berulang kali Saint berusaha membujuk Perth agar mengalah saja, namun Perth tetap kekeh untuk melakukannya.

Dia juga ingin berjuang.

"Ayolah.. aku tidak selemah itu" Gurau Perth agar Saint berhenti menangis.

"Tapi dia atlet Taekwondo, dia pasti punya trik untuk mengalahkanmu!" Seru Saint kesal, kenapa Perth sesantai ini, sih?

Perth tersenyum lembut, "Aku senang melihatmu mengkhawatirkanku seperti ini. Tapi jangan lupakan aku punya sabuk hitam Muaithai" Ucapnua sombong.

"Muaithai dan Taekwondo pada dasarnya sama saja, aku pasti bisa mengalahkannya, kau tenang saja" Lanjutnya.

Dan tibalah saatnya, Peak berdiri gagah di tempatnya, menatap Perth remeh.

Sasana ini adalah tempatnya mengajar seni bela diri Taekwondo, dan pertandingannya dengan Perth hari ini akan disaksikan oleh seluruh muridnya.

"Perth... kau yakin?" Mata bulat itu terus menatapnya cemas.

"Aku yakin, Sayang" Ucap Perth gemas.

Pipi Saint langsung bersemu merah, ini adalah pertama kalinya Perth memanggilnya semanis itu.

**

Perth menatap Peak yang berdiri gagah didepannya dengan tatapan datar. Dia sama sekali tidak merasa takut ataupun cemas, karena perjuangannya kali ini, dia lakukan untuk Saint, yang sedang duduk di pinggir bersama Ibu tirinya sambil terus menangis sesenggukan.

Peak beberapa kali melakukan serangan, targetnya adalah bagian wajah dan dada Perth. Sedangkan lelaki kekar itu hanya mengelak, dia masih menyimpan tenaganya untuk menyerang Peak balik nanti.

Saint meremas kaos yang dia gunakan erat-erat. Dia tidak ingin Perth kenapa-kenapa.

Oke, dia tahu Perth kuat sekali. Tapi melihatnya mendapat serangan bertubi-tubi seperti ini membuatnya sangat ketakutan, takut Perth terluka.

Memikirkan hal ini membuat Saint merasa kesakitan di bagian perutnya hingga membuatnya mual, perutnya kembali terasa keram seperti hari itu, namun kali ini terasa lebih kuat.

Wajah Perth sudah dipenuhi luka memar keunguan karena pukulan Peak, begitupun Peak yang mengalami kondisi yang sama.

"Sialan!" Umpat Perth ketika kembali mendapatkan pukulan di wajahnya.

Kepalanya sempat terasa pening beberapa saat, namun dia tidak boleh menyerah! Ini demi Saint.

Pertarungan ini semakin sengit karena keduanya sama-sama kuat.

Banyak murid Peak yang mulai menatap cemas kearah gurunya, pasalnya posisi Peak hampir terpojok.

Hingga...

"Perth!"

Keduanya berhenti, dan menoleh kearah Saint yang terlihat sedang menahan sakit di perutnya.

Perth membelalak panik, tidak!

Saint mengalami pendarahan hebat karena kondisinya yang luar biasa tegang.

Secepat mungkin Perth berlari menghampiri Saint, Peak menyusul dengan wajah tak kalah paniknya.

"Kenapa!... ada apa?!" Tanya Perth panik melihat Saint seperti ini.

"Sakit... Perth... hiks..." Isak Saint sesenggukan, wajahnya dipenuhi air mata.

Ibu segera menyahut, "Aku tidak tahu, dari tadi Saint hanya diam dan menangis"

Love or Hate [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang