Sepasang mata tajam itu selalu mengawasi setiap gerakan yang dilakukan oleh Lelaki bertubuh kurus yang duduk di meja paling belakang kelasnya.
Bukan! Bukan lagi tatapan kebencian.
Melainkan penyesalan.
Atas apa yang dia lakukan kemarin sepulang sekolah, dia tahu jika kelakuannya sudah melewati batas.
Apalagi Saint sama sekali tidak membalasnya, dia hanya diam terpaku, dan pergi begitu saja.
Bagaimana mungkin dirinya setega ini pada Lelaki manis itu?
Kakinya melangkah pelan menuju Meja Saint, mengabaikan tatapan panik dari Plan, Gun, dan Mark.
"Perth! Dia berbahaya!" Pekik Gun tertahan, masih teringat dengan rasa sakit tak terkira akibat pukulan dari Saint hari itu.
Namun Perth tidak peduli.
Dia hanya ingin... meminta maaf.
"Saint"
Lelaki manis itu mendongak, memutuskan fokusnya dari buku di hadapannya, pada Lelaki kekar didepannya.
Seketika jantungnya berdegup kencang, nyeri sekali hingga membuatnya harus menutup matanya.
Kenapa dia mendatanginya?
Apakah dia akan melukainya lagi?
Melecehkannya lalu membuangnya lagi?
Dan Perth mengamati perubahan Saint setelah menyadari ketika dirinya menghampiri Lelaki itu.
Dia terlihat takut, lelah, marah, dan... kecewa.
Tidak seperti biasanya yang akan selalu tersenyum meskipun dirinya memukul Saint berkali-kali.
"Aku..."
"Saint!"
Saint dan Perth menoleh bersamaan kearah pintu kelas.
Nampak Zee sedang berdiri menunggunya disana, menyadari Saint sedang menatapnya. Zee malah tersenyum lebar dan melambaikan tangannya ceria.
"Ayo! Aku akan membantumu mengerjakan tugasmu!" Ajaknya masih bersemangat.
Dia tidak tahu dibalik suasanya yang mendadak ceria sejak kedatangannya, ada Perth yang mati-matian sedang menahan emosinya.
Saint miliknya!
Saint tidak boleh pergi bersama lelaki manapun!
Saint--
"Permisi, aku pergi dulu" Gumam Saint pelan, kemudian membereskan buku-bukunya dan pergi begitu saja bersama Zee.
"Sialan!"
**
"Siapa dia?"
Saint menatap Zee bingung, "Siapa?"
"Lelaki tadi, yang berdiri didekatmu"
Oh.
Saint sedikit mengusap poninya yang menutupi mata karena tertiup angin, "Temanku"
"Hanya teman?"
Saint terdiam.
Bayangan dimana Perth menciumnya dengan panas hari itu berkeliaran di kepalanya.
Mana ada teman yang menciummu sepertu itu?!
"Iya. Hanya teman" Jawab Saint pada akhirnya.
Zee terlihat menghela napas lega, "Syukurlah! Kupikir dia akan menjadi sainganku" Kekehnya dengan suara berat khas miliknya.
"Kenapa pula dia harus menjadi sainganmu?" Tanya Saint polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Hate [ END ]
FanfictionTentang hati yang sudah larut dalam dendam selama bertahun-tahun. Hingga terungkap jika semua itu hanyalah salah paham. Bisakah dia memperbaiki kesalahannya yang timbul karena dendam tak beralasan itu?