3. Azmi

2.1K 145 4
                                    

Sebelum baca vote dulu ya biar aku semangat lanjutin ceritanya. Comment kalian sangat aku tunggu

Terserah kamu mau bilang saya bucin atau pria yang gampang baper. Tapi rasa senang saya karena telah menemukan Ranuna bisa saya lampiaskan lewat postingan di instagram saya terkait jodoh.

Seperti yang Ranum katakan di ceritamu, saya tidak pernah memposting konten seperti ini sebelumnya. Tapi hari ini saya tidak mau sok jaim lagi.

AnandaAzmi_

"Mas kok tiba-tiba posting kayak gitu sih?" Tanya Ranum menyelidik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas kok tiba-tiba posting kayak gitu sih?" Tanya Ranum menyelidik. Mimiknya tidak seperti biasanya, Ranum terdengar lebih emosianal sekarang?

"Pas aja waktunya," jawab saya seadanya.

"Maksud mas? Mas mau nikah? Sama siapa?" Tanya Ranum bertubi-tubi.

"Mas nggak bilang itu."

"Ya terus?" Ranum mengangkat sebelah alisnya.

"Mas masih mengumpulkan keberanian," jujur saya.

"Calonnya udah ada?"

"Insyaa Allah." Jawab saya seraya tersenyum.

"Mas, sama siapa?" Tanya Ranum pilu.

Tanpa sadar Ranum meloloskan air matanya. Saya tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Ranum saat itu. Tapi saya melihat Ranum sangat kecewa dengan keputusan saya untuk menikah. Bahkan sebelum saya beritahu kalau rencana calonnya bernama Ranuna, sahabatnya.

Ranum menyeka air matanya. Ia mengalihkan pembicaraan perihal pernikahan saya.

"Mas kalau ada perempuan yang mengagumi laki-laki selama 4 tahun lamanya lalu ia menyerah bagaimana pendapat mas?"

"Kamu mengagumi siapa hayo. Cerita sama mas!" Goda saya pada Ranum.

"Nggak penting! Jawab dulu ih!" Tandas Ranum. Nah kan benar Ranum sedang emosianal. Kena omel lagi kan saya.

Saya tidak tahu alasan dibalik sikap marahnya Ranum, tapi sebagai sepupu yang baik saya akan menjadi pendengar sekaligus pemberi solusi atas masalahnya jika Ranum berkenan. "Alasan dia berhenti?"

"Ya karena perempuan kan memang kodratnya menunggu dan jika laki-laki itu datang melamar ia baru punya pilihan untuk menerima atau menolak kan. Nah tapi si laki-lakinya ini tidak peka! Ujar Ranum geram seraya menekankan kata peka di akhir kalimatnya.

"Loh kok kamu jadi nyolotnya sama mas? Memang siapa sih laki-laki yang nggak peka itu? Masa iya nggak nyadar ada yang suka sampai 4 tahun?" Saya menjeda, "ada ya laki-laki nggak peka kayak gitu."

Ranum semakin menatap saya dengan intens, tatapan yang tidak dapat saya tafsirkan.

Saat itu saya terlalu fokus dengan rencana saya mentaarufi kamu Ranuna, sampai saya tidak sadar kalau yang sedang diceritakan Ranum tentang temannya yang mengagumi laki-laki selama 4 tahun adalah Ranuna yang mengagumi Azmi. Saya tidak berpikir sejauh itu.

Tapi setelah membaca ceritamu, dan sekarang saya menulis cerita ini, saya yakin yang sedang Ranum ceritakan itu kamu dan kalau boleh saya tebak pasti saat itu Ranum sangat kesal dan menggerutu dalam hati 'laki-laki itu kamu mas!' Tapi dengan polosnya saya malah mengatai diri saya sendiri dengan sebutan 'laki-laki tidak peka'.

"Ya kalau menurut mas pilihan dia benar kok. Perempuan itu hakikatnya memang menunggu, kehormatannya terlihat bagaimana ia menyikapi rasa cintanya. Meski menyatakan cinta pada lawan jenisnya lebih dulu juga tidak salah sih."

"Ah mas sama aja. Pantesan dia nyerah!" Kesalnya.

Saya kaget, kenapa respon Ranum semarah itu mendengar pendapat saya. Ranum tidak pernah seemosinal sekarang.

"Ya terus kamu maunya mas gimana? Kan bukan mas yang temanmu kagumi itu kan?"

"Tau ah." Ranum memalingkan wajahnya.

Mengingat percakapan kami membuat saya senyum-senyum sendiri. Pertanyaan tanpa dosa yang saya lontarkan pada Ranum mungkin membuat lidah Ranum gatal ingin membongkar semuanya. Tapi karena janjinya padamu, Ranum menutup rapat rahasiamu Ranuna.

Tertanda,

Azmi Ananda

KCI 1.1 [Pengagum-Mu] -SELESAI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang