10. Azmi

1.3K 91 1
                                    

Sebelum baca vote dulu dongs. Komen juga yaaa sebagai bentuk apreasiasi terhadap karya aku. Aku sangat menerima kritik dan saran. Asal jangan menghujat.😉

Setelah acara seleasai, saya ditugaskan Rafli untuk mengantarkan Ranum pulang menggunakan mobilnya. Sementara pria sibuk itu bilang akan pulang naik ojek online saja karena ada yang harus ia bicarakan dulu terkait peluang bisnis barunya bersama Abimana.

Mendengar nama Abimana disebut saya merasa emosi, apalagi mengingat bagaimana ia memperlakukan Ranuna di depan orang banyak seperti tadi, sangat tidak pantas menurut saya.

By the way soal perkataan Ranum tentang moment penting yang saya lewatkan, saya menanyakannya saat perjalanan pulang.

"Oh soal itu, kirain mas nggak peduli," jawab Ranum santai.

"Gimana mas nggak peduli kalau kamu bilang itu kabar baik untuk mas. Memangnya apa?" Tanya saya, lagi.

"Em," Ranum berdeham cukup lama. "Jangan baper ya?"

"Hem."

"Jangan ge-er janji?"

"Iya."

"Jangan nyesel!" Oceh Ranum terus-menerus.

"Iya Ranum. Emang apaan?" Gerutu saya sedikit kesal.

"Tadi pas mas Azmi ke toilet kan Ranuna ditanya-tanya dulu kan sama MC sebelum pembicaranya dipanggil ke panggung."

"Iya terus? Udah biasa kan kayak gitu," balas saya rasional.

"Jangan dipotong dulu kek belum selesai ini!" Tandas Ranum. Saya meminta maaf dan membiarkan Ranum kembali bercerita.

"Tadi MC nya nanya-nanya tentang gimana rasanya dinobatkan jadi MAPRES, gimana komunitas hijrah bisa berdiri dan yang paling menarik perhatian itu, apa Ranuna udah punya pacar."

"Terus Ranuna jawab apa?" Tanya saya antusias, menoleh sebentar lalu kembali fokus menyetir.

"Ya mas pasti tahulah jawabannya."

"Sudah?" Tebak saya ragu.

"ATAGFIRULLAH, YA NGGAK LAH! MASA GITU AJA HARUS DIKASIH TAHU. MANA MUNGKIN RANUNA PACARAN!" Omel Ranum tanpa jeda, ia lalu menghela berat, "bikin esmosi deh jomblo yang satu ini," sindirnya.

"Mas Single Lillah," bela saya.

Ranum tak merespon kata-kata saya, ia lebih tertarik melanjutkan ceritanya, "Mas selama ini salah menilai Ranuna. Tanpa mas tahu, bahkan Ranum saja nggak tahu perubahan Ranuna setelah sakit hatinya terhadap mas Azmi begitu drastis. Ia berhasil survive dari patah hatinya dan mencari kegiatan positif. Alhasil terbentuklah komunitas hijrah. Mas tahu alasan dibalik berdirinya komunitas itu?" Saya menggeleng.

"Dia bilang dihadapan semua orang, 'saya pernah mengagumi seseorang, tapi sungguh suatu penyesalan terbesar saya adalah berharap menggenggam hatinya manusia. Nggak ada yang saya dapatkan kecuali rasa kecewa yang teramat dalam. Dan saya telah menemukan cinta yang hakiki, yaitu cinta pada zat di atas segala alam, yaitu Allah' gitu!"

"Komunitas hijrah dibentuk sebagai wadah para muslimah untuk mendekatkan diri sama Allah, salah satu kegiatannya yaitu kajian dan kegiatan sosial," tambah Ranum.

Saya tertohok, tapi tak hentinya saya tersenyum setelah itu. Saya terenyuh mendengar kisahmu dalam berhijrah.

"Nggak usah senyum-senyum. Mas udah dapet intinya belum?"

"Mas seneng akhirnya Ranuna menemukan hakikat cinta yang sesungguhnya."

"Masih aja bohongin perasaan sendiri," sindir Ranum.

"Maksud kamu?" Saya menoleh sebentar, melihat sekilas ekapresi Ranum yang masih dalam batas kesabaran.

"Oke, Ranum jalaskan. Ranum tidak akan memaksa mas mengambil keputusan. Keputusan di sini adalah apakah mas masih tetap ingin menjomblo atau meneruskan proses ta'aruf dengan Ranuna. Mas tidak perlu nunggu 5 atau 10 tahun lagi kalau sebenarnya yang mas mau adalah Ranuna. Mas tidak punya alasan lagi buat takut Ranuna lebih mencintai makhluknya dibandingkan penciptanya. Melihat Ranuna sekarang, Ranum yakin dia telah benar-benar menghapus nama mas karena dia mengira mas adalah calon suami Ranum. Sekarang terserah mas, Ranum hanyalah perantara Tuhan untuk menyampaikan ini semua sebelum terlambat. Ranuna bilang ia masih sendiri menunggu jodoh yang telah Allah siapkan untuknya."

Saya termenung. Kebimbangan menyelimuti saya saat itu. Dari penuturan Ranum dan hati kecil saya yang masih berharap pada Ranuna, seharusnya saya memilih melanjutkan ta'aruf kami, tapi

"Mas Atha periapan ke Amerika 2 minggu lagi," ungkap saya ragu.

"Jika Allah berkehendak, satu hari mas bertukar proposal, satu hari kalian bertemu, satu hari khitbah dan besoknya menikah itu mudah bagi Allah mas. Jangankan 2 minggu, dalam hitungan hari jika kalian berjodoh maka kun fayakun."

Pikiran saya sedikit terbuka. Ranum mengarahkan saya pada pilihan tanpa menghakimi seperti sebelum-sebelumnya. Semua diserahkan pada saya.

"Mas istikhoroh dulu. Insyaa Allah besok mas beri keputusan," ujar saya mantap.

"Lakukanlah!" Serah Ranum seraya tersenyum.

***

Tertanda,

Azmi Ananda

KCI 1.1 [Pengagum-Mu] -SELESAI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang