farewell part 06

6 2 0
                                    


*tekan bintang sebelum membaca

   Lea tersenyum kala menatap El yang berdiri menyandar di tembok. Seperti biasa, memakai hodie, tapi kali ini bewarna biru tua. Lea berlari kecil menghampiri El yang belum menyadari kedatangan Lea.

   "Hei!" sapa Lea menepuk pundak El. Membuat El menoleh, lagi lagi wajah datar. Sepertinya El tipe orang yang sulit untuk terkejut.
 
   El tidak tersenyum atau membalas sapaan Lea, ia malah menyodorkan paper bag kecil berwarna hitam. Lea memasang wajah bertanya. Lalu mengambil paper bag yang sudah di sodorkan.

  "Apaan ini?" tanyanya, sambil membuka paper bag. "Susu?" El mengangguk. Aneh. Pikir Lea, hanya sekotak susu segala di pakai paper bag. "Makasih" ucap Lea, El mengangguk.

   "Kalo gitu aku pergi ya?" tanpa persetujuan Lea, El berjalan pergi. Membuat Lea kembali menatap kepergian El dengan penuh tanda tanya.

    "Hoi!" panggil Hana, yang lebih ke ngagetin, untung saja Lea tidak sampai berteriak atau latah yang aneh aneh. "Bengong aja" Lea mengerlingkan matanya. "Eh? Apaan tuh?" tanyanya sambil merebut paper bag di tangan Lea.

   "Susu? Bukannya lo alergi susu?" Lea mengangguk, ya, Lea memang alergi pada susu sapi, saat meminum susu Lea akan mual dan muntah muntah. Kecuali susu untuk campuran kue atau makanan lain.

   "Buat gue ya kalo gitu," seru Hana, membuat Lea langsung merebut papet bag yang ada di tangan Hana. "Enak aja, ini kan punya gue." entah kenapa Lea tak ingin memberikan susu ini kepada siapa pun, walaupun ia tak akan meminumnya.

   "Gitu lo sama temen sendiri. Yang kamu lakukan ke aku itu, jahad Lea" Lea tak memedulikan ocehan Hana, dan masuk ke dalam sekolah.
  
                            ***

   Lea selesai merapikan peralatan masak yang baru saja ia gunakan, semua murid kelas tataboga sudah pulang lebih dulu, tinggal Lea dan bu Nur.

   "Lea, ibu tinggal kamu ya? Karena ibu ada urusan mendadak." ujar bu Nur sambil menenteng tas nya. Lea mengiyakan, "kamu bisa kan bereskan ini sendiri." sambung bu Nur lagi. " iya bu, lagian tinggal dikit."

   Bu Nur pun pergi, tinggal Lea dengan setumpuk cucian piring. Dengan lihai, Lea menyelesaikan cucian piring dengan cepat.

Ting
Ting
Notif pesan masuk terus berdenting, bertepatan dengan Lea yang selesai mencuci piring. Lea membuka pesan, dari nomor tak di kenal. Tak ada tulisan di pesan tersebut, hanya gambar.

   Lea menutup mulutnya tak percaya, jantungnya berdegup sangat cepat, melihat foto foto tak senonoh itu. Aldo dan Meira yang tanpa berbusana. Itu kamar Aldo, Lea tahu betul.

   Setetes air mata jatuh tanpa bisa di bendung, di ikuti isak yang tak tertahan. Rasanya sakit sekali. Jujur ini sungguh menyesakkan. Lea terus mencoba berfikir positif, tangannya perlahan menghapus air mata.

  "Gak mungkin Aldo kayak gitu, ini bisa aja editan." Lea lalu berlari ke arah lapangan basket tertutup di sekolahnya. Ia mencari Aldo. Hari ini Aldo memang sudah masuk, tapi Lea belum menemui Aldo, karena Aldo sulit di temui. Ketemu.

   Aldo disana, duduk di atas tribun. Lea berjalan pelan, menghampiri. Lagi lagi langkahnya terhenti, dengan kedatangan Meira yang langsung duduk di pangkuan Aldo. Dan yang selanjutnya terjadi, kalian bisa bayangkan.

   Lea terus berjalan, walau setiap langkahnya di iringi tangisan yang tertahan. Dia sudah coba percaya, tapi kepercayaanya tak berarti apa apa untuk Aldo.

   Kemarin saat Aldo tidak masuk, Lea menemui Joshua yang satu tim basket dengan Aldo. Joshua bilang tidak ada tanding saat itu, tanding baru ada saat bulan depan. Dan bertepatan dengan Meira yang tidak masuk sekolah. Dan lagi lagi Lea tetap percaya Aldo.

   Lalu gosip kedekatan Aldo dengan Meira, Lea tak peduli. Ia tetap percaya Aldo. Tapi sekarang, Aldo, cowo yang dua tahun ini mengisi hatinya sedang berciuman dengan cewe lain di depan matanya. Apa dia masih harus percaya?

    "Do." panggil Lea dengan suara tertahan. Aldo menatap kaget ke arah Lea, tidak dengan Meira yang seperti tahu ini akan terjadi.

   "Lea, kamu?" Aldo berdiri seperti menjaga jarak dengan Meira. Lea menggeleng. "Kenapa gak bilang aja sih? Kalo kamu bosen, aku rela lepas kamu Do." Lea tak kuat menahan bobot tubuhnya, ia menangis sambil berjongkok.

   "Gak, Lea. Aku gak mau kita putus, aku salah tapi aku gak mau kita putus." Aldo memeluk Lea, membuat Lea mendorong Aldo kuat. "Gue nyesel percaya sama lo,"

   "Dan lo Meira! ternyata lo lebih busuk dari yang gue kira. Lo tau dia punya cewe" tunjuk Lea ke arah wajah Meira, dan Meira hanya memasang tampang sinis. "Dia bosen sama lo, gue harus apa?"

  Ucapan Meira membuat Lea tertawa miris. "Kalo gitu congratulation deh buat kalian berdua, langgeng ya?" Lea berbalik, hendak pergi. "Lea maafin aku," ujar Aldo memegang tangan Lea, dengan cepat Lea melepasnya lalu berlari pergi.

  Jika berlama lama disana, Lea tau ia akan semakin hancur.

                            ***

   Lea terus menangis di taman yang sudah tidak ada pengunjungnya. Karena malam, saat berlari entah kenapa ia memilih tempat ini.

   "Dasar brengsek! Hiks, hiks sakit banget rasanya. Gini ya yang namanya patah hati hiks, hiks" oceh Lea sambil mengusap air matanya yang tak henti hentinya mengalir.
"Hiks, lama juga gue nangis, jam berapa sih ini? Hiks" tanya Lea pada diri sendiri, lalu hendak berbalik.

   Saat menoleh matanya menatap sesuatu di bawah pohon, sontak Lea terjatuh ke belakang. "Aaaaa!!!" teriaknya tak berani membuka mata, film horor yang biasa ia tonton terus berputar di kepalanya. Teriaknya makin kencang saat sebuah tangan mengguncap pelan bahunya.

  "Ini aku." Mata Lea perlahan membuka, saat mendengar suara lembut itu. "El? Dari kapan lo disitu?" tanya Lea. "Lumayan." jawab El sekenanya.

   Lea melotot, jangan jangan dia liat gue nangis sambil guling guling di rumput.

   "Tenang, aku gak liat kamu guling guling di rumput sambil gigitin ilalang kok." ucapan El membuat Lea makin melotot. Bumi, telan aku kalo gini caranya.

    "Tau ah." ucap Lea, menatap ke arah sungai, rasanya ia ingin menangis lagi. Matanya sudah sangat sembab, bahkan air matanya seakan sudah kering akibat banyak menangis.

   El mengikuti Lea dan duduk di sebelahnya, ia lalu menepuk pundaknya. "Nangis aja, gak usah malu. Anggap gak ada orang." sesaat Lea menatap El yang menatap ke arah sungai. Lalu menangis kembali, kali ini di pundak El.



Xoxo~


°
°
°
Puas? Sama part kali ini?
Oke kalo gitu, see next my part guys!

   

                            

FAREWELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang