farewell part 09

13 4 0
                                    


*tekan bintang sebelum membaca

    Satu minggu, El tidak kelihatan dimana mana. Padahal Lea sudah menunggu El di depan gerbang dari pagi pagi sekali, hingga bel masuk berbunyi. Berharap El datang. Tapi nyatanya El gak ada.

   Saat sore hari juga Lea sempatkan ke taman. Dan ia juga pernah nekat ke panti asuhan yang pernah mereka datangi, untuk menanyakan keberadaan El. Tapi tidak ada yang tau El kemana.

    Dan entah kenapa hilangnya El juga mempengaruhi mood Lea seperti sekarang ini. "Ke kantin gak?" tanya Hana. "Gak deh." jawab Lea, malah meletakan kepalanya di atas meja.

   "Ayolah Le, jangan murung aja." kali ini Jessil angkat suara, ia kesal dengan Lea yang akhir akhir ini jarang ke kantin dan lebih suka bengong. "Siapa yang murung?" sanggah Lea.

   "Alah pura pura, segitu pengaruh El buat lo." sambung Jessil. Ya, dua temannya memang sudah tau perihal El. Karena Lea yang selalu berbicara tentang El setiap saat. "Bukan gitu, cuma aneh aja, dia hilang gitu aja kayak di telan bumi." sanggah Lea.

    Jessil mendelik, temannya yang satu ini memang pandai mengelak. "Yaudah, makannya lo makan. Biar bisa mikir kemana si El pergi." ujar Hana yang sudah melihat akan terjadinya adu mulut antara dua temannya.

   "Betul tuh." Jessil membetulkan. Lalu Hana langsung menarik lengan Lea untuk pergi ke kantin. "Tap_." ucapan Lea terpotong.

   "Udah ayuk."

                                  ***

   "Lain kali kesitu lagi yuk?" ujar Jessil. Mereka baru saja keluar dari kafe yang baru saja buka beberapa minggu yang lalu.

   "Gak ah, bisa bisa jatoh misqueen gue." tolak Hana, gak mau rugi.

   "Yaampun Raden Roro Hana khairunisa, yang kesekolah aja kadang pake helikopter. Ke kafe gak bakal bikin lo miskin, jadi tenang aja." kesal Jessil, pada Hana yang terlalu irit. Lea hanya tertawa melihat perdebatan keduanya.
 
   Saat menatap ke arah lain, mata Hana tak sengaja menatap seorang laki laki dengan setelan jas keluar dari mobil mewah. Matanya memicing memperhatikan, takut takut yang dia lihat salah.

   "Le, le, le." panggil Hana, Lea menatap Hana kesal, padahal mereka bersebelahan, jadi tak perlu berteriak. "Apaan sih? Le, le lo kira nama gue Lele?"

   "Itu El bukan sih?" tanya Hana, sambil tunjuk pada laki laki dengan jass. "El?" Mendengar nama El lea langsung menoleh, begitu pun dengan Jessil yang belum pernah melihat. "Mana El, gue mau liat."

  Lea menatap cowo berjass itu dengan pandangan bingung. Itu memang El, tapi entah kenapa ia asing dengan wajah El yang sedikit berbeda. Mungkin karena gaya rambutnya yang di bentuk seperti cowo maskulin kebanyakan, dan warna rambut yang di cat coklat.

   "Gila! Sama cewek." ujar Jessil, saat seorang cewek keluar dari mobil saat El membukakan pintu. Dan itu membuat gelenyar aneh di tubuh Lea.

  "Tunggu. Cewek yang sama dia bukannya Jesika? Model yang lagi naik daun." Hana menambahkan.

   "Eh, mereka kesini." seru Jessil, heboh sendiri. Lalu El melewati mereka bertiga sambil merangkul Jesika, tanpa menoleh sedikit pun ke arah mereka.

    Lea sempat kesal, tapi dia berfikir mungkin El tak melihatnya. "El!" teriak Lea nekat, membuat kedua temannya menatap Lea kaget. Gue rasa otak Lea udah jatoh ke tanah, gak liat si El lagi sama cewek apa?, ujar Hana dalam hati. Lea udah gak waras, semoga aja si El gak nengok, batin Jessil.

    Benar saja, El tidak menoleh. Lea menatap punggung El yang terus berjalan, lalu makin nekat berlari mengejar. Membuat Jessil dan Hana berteriak histeris, mereka berharap tidak sedang bersama Lea.

   "Gue harus nelfon helikopter gue, kalo gini caranya." ujar Hana. "Gue nebeng." Jessil ikut panik.

   Lea menarik lengan baju El, sontak El menoleh, sambil memandang dengan tatapan bertanya. "Dia siapa sayang?" tanya Jesika.

   "Lo kenapa? Marah karena gue maksa ke rumah hantu waktu itu? Kalo gitu gue minta maaf." Lea berkata sambil terus menatap El yang terdiam. "Jawab dong." Lea berdecak karena El terus diam. "Lo masih marah? Lo berlebihan tau gak?"

  "Kamu kenal dia?" tanya Jesika lagi. Lea mendelik. "Aduh si emba nanya mulu. Berasa kayak saya lagi ngaku ngaku tau gak?" ucap Lea kesal, bagaimana tidak. Lea sudah mencari El kemana mana, meluangkan waktunya untuk mencari El hanya untuk minta maaf. Tapi sekarang, El terlihat seperti orang yang tak mengenalnya, atau malah pura pura tak mengenalnya.

   "Gue cuma mau minta maaf, selamat ngedate deh kalo gitu. Sory ganggu." Lea lalu berjalan pergi meninggalkan El dan Jesika. Ia benar benar kesal. Dasar pengecut, bisiknya ketika akan berbalik.

                              ***

     Lea turun dari taxi saat ia sudah sampai di depan apartement tempat dia tinggal. Dia terus terbayang kejadian tadi. Dan perasaan kesal itu terus melekat, tapi dia bingung kesal dengan apa.

   "Lea!" panggil seseorang, Lea terdiam, suara ini, suara yang paling ia ingin dengar lagi setelah seminggu ini hilang entah kemana. Suara dengan nada ramah dan menyenangkan.

   Lea menoleh, benar saja. Disana, berdiri El, tidak dengan setelan jass membosankan itu lagi, atau warna rambut coklat yang benar benar bukan gaya El.

   Lea menatap El bingung, kalau ia mengecat ulang rambutnya. Kapan ia melakukannya, padahal kejadian tadi baru beberapa jam yang lalu.

   "El? Bukannya rambut lo_"

   "Dia kembaran aku, Saka." ujar El dengan nafas terengah engah dan wajah yang pucat.

  Lea terkejut dengan fakta baru itu, El punya kembaran yang bernama Saka. Pantas tadi dia merasa asing. "Kembar? Jadi tadi gue ngapain?!" Lea menggigit kukunya sendiri. Karena tersadar ia sudah marah marah pada orang yang salah. Good Lea.

   "Lo juga, kok bisa disini?" tanya Lea pada El yang masih menatapnya dengan tatapan sulit di artikan. "Aku takut kamu salah paham." aku El, membuat Lea terkekeh. "Gak kok."

   El tersenyum. "Bagus deh kalo gitu."

   "Lo sakit?" Lea menghampiri El, menatap wajah El lebih dekat. "Habis lari, gini jadinya."

    Lea melotot tak percaya "Lo kesini lari?" yang di balas anggukan oleh El.

   "Aku pulang ya kalo gitu." pamit El, lalu berbalik dan berlari pergi menjauh. Padahal Lea baru saja ingin bertanya banyak padanya.

    Tapi entah kenapa, perasaan bahwa yang tadi dia lihat ternyata bukan El, membuatnya lega.

Xoxo~

°
°
°
Hope you like this story.
And see soon!
 

FAREWELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang