farewell part 04

15 2 0
                                    


* tekan bintang sebelum membaca

  

    Lea memperlambat langkahnya, entah kenapa hari ini ia enggan bertemu cowo itu.

    Sejenak ia menarik nafas, lalu berjalan pelan menatap jalanan. Menghindari melihat ke arah gerbang sekolah. Tapi matanya tak bisa di ajak kompromi, untuk tidak melihat ke arah tembok dekat pagar sekolah.

   Disana, cowo itu menatap Lea datar, Lea yang menggerakan tubuh salting malah membuatnya tersenyum penuh arti, lalu pergi.

   Lea terus menatap cowo itu, kali ini yang menarik perhatiannya bukan senyum manis atau sapaan ramah dari cowo itu. Melainkan wajah pucat yang tetap tersenyum.

   Lea tersadar dari lamunannya setelah beberapa saat. Lalu berlari masuk kedalam sekolah karena bel yang baru saja berbunyi.

                              ***

    Lea berjalan menyusuri koridor untuk mencapai Lapangan basket terbuka. Di tangannya menggenggam sebotol akua dan tisue yang di belinya di kantin.

    Dia ingin menemui Aldo, meski tadi dia sudah bilang mungkin akan terlambat kesana karena bu Tuti menyuruh nya membuat laporan murid yang jarang masuk. Tapi ternyata tidak selama yang dia kira.

   Langkah Lea terhenti melihat Meira di tribun penonton memberikan minum kepada Aldo, yang di terima cowo itu dengan senang hati. Perlahan Lea menghampiri mereka seperti tak ada apa apa.

    "Aldo" sapanya terdengar biasa, dengan wajah datar. Aldo yang sedang minum melirik Lea lalu menyemburkan minumannya. "Lea? Kata kamu_" omongan Aldo terputus oleh Meira.

    "Hai Lea!" sapa Meira "Aldonya haus jadi gue kasih minum. Boleh kan?" Lea hanya diam menatap Aldo dan Meira bergantian. Dia mencoba mengatur nafasnya, agar tak terlihat seperti pacar yang cemburuan.

   Lea mengambil beberapa lembar tisu, lalu mengelap bagian wajah Aldo yang berkeringat. "Boleh, makasih ya. Udah perhatian sama Aldo" ucapnya pelan, menatap wajah Meira sekilas, lalu kembali menatap Aldo "Maaf ya do. Aku lama ya? Jadinya keburu haus." sambungnya.

    Aldo terlihat bingung harus jawab apa, "iya gapapa." hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya.

    Meira berdiri dari duduknya, lalu berdekhem. "Kalo gitu gue duluan ya? Dah Aldo"

   Lea menatap Meira yang menjauh. Kepalanya berisi ribuan pertanyaan, tentang ada hubungan apa Meira dan Aldo.

                             ***

   Danau buatan belakang sekolah memiliki arti yang besar bagi mereka berdua, Lea dan Aldo. Karena disini tempat mereka memulai hubungan, saat pertama kali Aldo yang dengan lantang menyatakan persaannya.

    "Kamu ngerasa gak sih, kita makin jauh Do?" Lea memulai obrolan, sejak sedari tadi mereka dengan pikiran masing masing.

   "Jauh gimana biy?" Aldo menatap wajah Lea yang terlihat khawatir. Lea tersenyum kecut, ia tahu ada yang tidak beres disini.

   "Kayak.. Punya dunianya masing masing. Kamu gak pernah ada waktu buat aku. Kamu sibuk sama permainan kamu, aku bahkan lupa kapan terakhir kita pergi bareng." Lea menatap sepatunya, ia tidak ingin Aldo melihat air mata yang mulai membendung.

   "Kalo soal permainan, kamu kan tau biy, aku harus ikut banyak pertandingan biar dapet beasiswa jalur prestasi ke sekolah yang aku mau." ucap Aldo, memberi pengertian. "Lagian menurut aku kita baik baik aja, aku sibuk. Kamu harus ngerti itu biy."

FAREWELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang