Pagi ini Rania berangkat ke sekolah, ada yang tidak biasa. Raut wajah Rania yang menggambarkan kebahagiaan.
Langkah Rania yang penuh dengan percaya diri melangkah dari pagar rumah ke ujung jalan mencari kendaraan umum.Walaupun hatinya dan Randy telah berdamai, ia tak lagi memakai motornya. Atau bahkan sudah lupa kalau dia punya motor.
"Tiiinnnnn..." Suara klakson mobil dr arah belakang membuyarkan pikiranya.
"Ih, orang kaya baru Lo? Gua udah jalan di pinggir kali, norak klakson kayak gitu." Cerca Rania dengan kesalnya.Mobil itu berhenti tepat di sampingnya. Dan pintu belakang mobil terbuka.
"Bukan orang kaya baru, tapi emang udah dari dulu".
"Hah".
"Masuk..!!".
"Randi, kamu... Mmmhhmm sorry, aku kaget tadi".
"Jalan pak...!!!".
Tak sepatah katapun yang Rania dapat ucapkan, hanya diam. Randi yang semalam begitu romantis, kembali terlihat seperti iblis. Dengan pandangan matanya yang tajam."Kenapa liatin aku kayak gitu?" Tanya Randi, sambil memandang tajam Rania.
"Nggak papa kok Ran, kalau memang sakit, ya nggak usah jemput, aku bisa kok berangkat ke sekolah sendiri".
"Hmm" Randi tersenyum tipis. "PD banget, jemputan pagi ini supaya lo bisa tuntun gue ke kelas. Nih masih sakit." Sambil menunjuk ke arah kaki kiri nya."Mmmm jadi kacung lagi(dalam hati)".
"Lo nggak seneng ya?"tanya Randi.
"Nggak kok Ran aku seneng".
"Beneran? Muka Lo sepet banget.. harusnya Lo seneng, karena gua bakalan sering-sering rangkul Lo".
"Randi, Rani nggak suka Randi kasar-kasar, Rani bakal terus bantuin Randi kok".
"Masak????".
"Ia Randi"."Lo harus terbiasa ya, gua susah buat jadi cowok yang romantis, seperti yang Lo harapkan". Ucap Randi dengan senyum ringan.
Sampainya di sekolah, Rania sibuk membawakan tas Randi dan membukakan pintu nya, dan langsung memapah Randi yang berjalan dengan tongkat."Ada tongkat kok masih di papah sih Ran?". Tanya Rania bingung.
"Nggak asik pake tongkat, ya mendingan Lo lah yang bantu".
Rania kembali tersenyum.
Sampainya di kelas Randi, kelas masih sepi. Mungkin juga karena masih terlalu pagi.
"RAN, dah sampe nih, aku ke kelas dulu ya". Ucap Rania Setelah meletakkan tas, dan Randi duduk di kursi nya.Saat Rania akan berlalu, Randi langsung menarik tangan Rania. Hingga Rania duduk di pangkuannya.
Rania merasa gugup, berulang kali ia berusaha melepaskan diri.
Namun dekapan Randi makin kuat. Semakin Rania memberontak,Randi makin kuat memeluknya dari belakang.Randi mendekatkan pipinya, ke arah pipi Rania dan berbisik. "Kamu marah?".
"Ih,, lepasin... Randi..!!".
"Apa?". seru Randi.
"Lepasin dong..!! aku nggak marah kok..".
"Bohong".
"Apaan sih,". Rania tak bisa apa-apa, ia pun hanya menurut saja kali ini.
"Aku, nggak marah kok, lepasin dong aku takut".
"Takut apa sih? Emang gue setan?" Randi masih mendekap Rania.
"Kalau ada yang liat gimana?".Randi melonggarkan pelukannya. Dan kesempatan ini di ambil Rania untuk kabur.
Tapi sayang, saat Rania berdiri dan mulai melangkah, Randi menggenggam tangan Rania.
"Aduh... Lepasin Randi". Rania memohon sambil terus berusaha melepaskan tangannya, bahkan memukul tangan Randi.
"Apa? Coba lepas kalau bisa..!!" Randi masih terus menggenggam tangan Rania dengan pandangan yang tak pernah lepas dari Rania."Truss... Mau nya gimana?" Tanya Rania mulai melunak.
"Randi tersenyum, melihat kekasihnya yang mulai menyerah.
"Cium aku...!!".
"Apa...!!!???" Kaget Rania.
"Cepet... Katanya mau lepas...".
Rania benar-benar meradang, ia mencoba menarik nafas dalam-dalam.
"Kalau nggak mau? Aku aja yang cium kamu ya..!!". Tawar Randi, dengan senyuman licik nya.Rania mulai melihat kanan dan kiri. Benar, belum ada yang datang. Rania pun memandang Randi sebentar, berjinjit, dan dengan cepat mencium pipi pacarnya itu.
"Udah kan?, Lepasin."
Randi tersenyum lagi, melihat wajah Rania yang memerah.
"Ok.. makasih ya".
Rania tak menjawab, dan langsung berlari meninggalkan kelas Randi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Handsome Devil's Romantic Kiss
RomanceOrang yang awalnya paling ku benci, Sekarang menjadi orang yang selalu melindungi ku. Orang yang sifatnya kasar seperti iblis, sekarang menjadi kekasih ku.