Berbahagialah

10 7 0
                                    

Di sinilah Zein, di taman belakang sekolah. Ia benar benar resah melihat Alya seperti tersiksa dengan sikapnya. Tapi bagaimana lagi, ia tidak mau jika Bryan dan Alya harus berpisah lagi. Sudah cukup Alya menunggu selama empat tahun. Ia tahu bahwa mereka saling mencintai, jadi lebih baik iya mengalah.

Zein sengaja membolos satu jam pelajaran, karena tidak bisa fokus pada pelajaran. Ia kini hanya duduk bersandar sambil melamun. Satu jam sudah ia berada di taman ini, tak terasa bel tanda istirahat pun berbunyi. Zein mencoba menguatkan dirinya untuk berhadapan dengan Alya.

Oke, Zein. Lo harus mencoba kuat di depan Alya. Karena cuma dengan ini Alya bisa bahagia dengan Bryan. Batin Zein.

"Zein" Zein pun berdiri lalu berbalik mencari orang yang memanggilnya. Saat berbalik, Zein melihat Alya yang berjarak beberapa meter, pandangan mereka pun bertemu dalam beberapa detik, sampai akhirnya Zein menengok ke arah lain. Alya berjalan ke arah Zein, tapi Zein masih tidak menatapnya. Hal itu membuat Alya sesak.

Kenapa Zein gak mau natap gue? Apa salah gue? Batin Alya

"Kita duduk di kursi itu" Zein membuka bicara sambil menunjuk ke kursi yang berada di dekat pohon. Zein berjalan terlebih dahulu diikuti Alya di belakangnya.

Mereka pun duduk bersebelahan, namun Zein sedikit menjaga jarak. Ia tidak mau Bryan salah paham. Suasana pun hening, Zein masih belum angkat bicara. Alya yang merasa tidak nyaman lalu membuka bicara.

"Why?"

"..." Zein masih bungkam.

"Zein. What happen with You?!" Alya tidak bisa menahan emosinya. "Kenapa lo jadi gini Zein? Kenapa lo jadi cuek sama gue? Apa salah gue?"

Alya tak kuasa menahan air matanya, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Zein langsung menarik Alya ke pelukannya.

"Lo jahat Zein. Lo jahat" Alya terus menerus memukul dada Zein, tapi bukannya melepaskan pelukannya. Zein malah mengeratkan pelukannya. Tak lama kemudian, pergerakan tangan Alya berhenti begitu pun dengan isakannya.

Zein melepaskan pelukannya, lalu menatap Alya yang sedang menunduk. Zein meraih dagu Alya, membuat Alya mendongak.
"Udah ya, jangan nangis lagi. Lo jelek kalo lagi nangis. Senyum dong" Bukan mengikuti perintah Zein, Alya malah memeluk Zein.

"Jawab Zein, kenapa lo jadi gini?!"

"Shutt, lo pingin tahu kenapa gue gini?" Alya mengangguk.

"Karena ini yang terbaik untuk kita. Lo, gue dan Bryan." Alya tidak mengerti maksud Zein.

"Gue mau lo bahagia sama Bryan. Cuma dia yang bisa bikin lo bahagia"

"Zein.."

"Alya, gue cuma mau yang terbaik buat lo"

"Ini bukan yang terbaik Zein"

"Ini yang terbaik Al"

"Bryan jauh jauh dari Singapura buat ketemu lo. Itu tandanya dia serius sama lo.Gue yakin dia gak akan main main. Dia pasti bisa bikin lo bahagia. Dan gue gak mau ngusik kebahagiaan kalian. Berbahagialah Alyaku"

"Tapi Zein.."

"Demi gue Al"

"..."

"Alya, tersenyumlah selalu"

"Tapi lo gak boleh cuek lagi sama gue"

"Iya, gak akan" Alya tersenyum manis saat mendengarkan ucapan Zein.

"Thanks"

"Buat??" Tanya Zein

"Lo selalu bikin gue senyum"

"Thanks juga"

"Buat?" Kini Alya yang bertanya

"Semuanya"

"..." Alya hanya mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti.

"Thanks, karena lo ngasih gue kesempatan untuk menjadi bagian dalam hidup lo"

Bagian yang terpenting dalam hidup gue.  -Alya

Kesempatan yang begitu berarti bagi gue.  - Zein

Haii Guys,,,
Sorry baru up lagi,, dan sorry nih part ini dikit banget,, soalnya lagi mikirin alurnya,, hehehe,, agak ragu nih.

Lebaran tiba guyss🎉🎉🎉🎉,,,,
Minal Aidzin Walfaidzin,,
Mohon maaf lahir dan batin,,
Maaf nih kalo author banyak salah🙏, termasuk salah ketik:)

Oh ya guys, jangan cuma baca dong, kasih bintang napa, kalian kan baik :)

Tunggu kelanjutannya ;)

Love Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang