Tak lama setelah Kevin pergi, Bryan datang dengan mobilnya. Alya yang sedari tadi menunggu di depan gerbang, langsung naik ke mobil Bryan. Saat Alya membuka pintu Bryan langsung menyapa Alya.
"Pagi Alya"
"Pagi juga" Alya tersenyum kikuk.
Alya lalu duduk, dan memakai sabuk pengaman. Bryan melajukan mobilnya meninggalkan rumah Alya. Tak ada pembicaraan di antara mereka berdua. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Apalagi Alya yang dari tadi masih memikirkan kata kata Kevin.
Tak lama kemudian, akhirnya mereka sampai di parkiran sekolah. Saat itu parkiran sedang ramai, membuat Alya menghela nafas panjang. Alya yakin pasti ia akan menjadi pusat perhatian mereka.
Bryan turun dari mobilnya, lalu membukakan pintu untuk Alya. Saat Alya keluar dari mobil Bryan, dugaan Alya benar. Alya dan Bryan menjadi pusat perhatian semua siswa. Ya mau bagaimana lagi, kini sang primadona berangkat sekolah dengan anak baru. Tentu saja mereka heran.
Alya merasa risih dengan tatapan mereka. Biasanya saat berjalan di koridor bersama Zein, tidak ada yang berani menatapnya. Tapi kini dia tidak sedang dengan Zein karena nyatanya kini dia sedang bersama Bryan.
Eh, liat tuh si Alya, udah ganti cowok lagi.
Anak baru lagi, pindahan dari Singapura.
Lo semua tau gak? Tu anak baru temennya si Zein tau.
Masa sih?? Parah tuh Alya, masa sekarang sama temen pacarnya.
Mungkin mereka udah putus?
Putus langsung dapat yang baru, hebat banget tuh anak.
Primadona sekolah mah bebas, udah cantik, pinter, dan yang jelas kesayangan para guru.
Iya juga sih,, tapi kasian Zein
Mau gimana lagi, kalo udah kaya gitu mah susah. Udah gak berperasaan.
Atau mungkin Alya emang gak pernah cinta sama Zein. Ya cuma numpang tenar aja.
Deg
Rasanya sesak mendengar celotehan siswa yang berada di koridor. Hati Alya benar benar sakit mendengar semua yang mereka katakan. Andai Zein ada di sampingnya, pasti tidak akan ada yang berani berkata seperti itu. Alya tak kuasa menahan air matanya, ia lalu berlari ke toilet meninggalkan Bryan begitu saja.
Sesampainya di toilet, ia langsung mencuci mukanya di wastafel. Ia tidak ingin terlihat sudah menangis. Setelah itu ia menatap dirinya di cermin. Merenungkan tentang perkataan para siswa tadi.
Apa gue sejahat itu? Mereka bilang gue gak berperasaan? Apa salah gue? Gue cuma berangkat bareng Bryan, udah itu aja. Apa itu salah?! Batin Alya.
Setelah merasa cukup tenang, Alya keluar dari toilet. Saat berjalan di koridor, Alya melihat Zein dari arah berlawanan. Zein sedang berbicara dengan Agam, terkadang mereka saling tertawa. Melihat tawa Zein, membuat Alya tersenyum.
Saat mereka berpapasan, Alya terus melihat Zein, sedangkan Zein seperti tidak menyadari keberadaan Alya. Zein terus berbicara dengan Agam.
"Zein" Alya memberanikan diri untuk memanggil Zein. Sedangkan Zein yang merasa dirinya dipanggil hanya melirik, tanpa menghentikan langkahnya. Tatapan mereka bertemu hanya beberapa detik, setelah itu Zein membuang mukanya ke arah lain.
Sesak. Hanya itu yang Alya rasakan. Bagaimana tidak, Zein yang dulunya orang yang selalu membuat Alya tersenyum, sekarang malah terus membuat Alya merasa bersalah.
Mungkin mereka benar, gue jahat. Gue gak pantes buat Zein. Alya jahat.. gak berperasaan. Batin Alya.
Saat akan memasuki kelas, Alya berhenti sejenak di depan pintu. Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya, ia tidak ingin membuat sahabatnya khawatir.
"Al, ngapain lo di depan pintu?" Tanya Nadin
"Eh? Ko lo nunduk sih?" Tanya Dila
"Ng- nggak, gue gak papa ko" jawab Alya sambil tersenyum, meskipun fake.
"Lo habis nangis Al?"
"Gak lah, apaan sih Din"
"Lo gak bisa bohong sama kita"
"Gue, gue gak papa"
Nadin dan Dila tahu bahwa Alya sedang berbohong. Mereka langsung mengusap lembut bahu Alya. Dan Alya kini tidak bisa lagi menahan tangisnya, ia memeluk kedua temannya.
"Al, udah dong"
"Lo kenapa sih Al?!"
"Zein,, Zein dia,, Hiks "
"Emang Zein kenapa?"
"Gue gak tau, tapi dia jauhin gue"
"Gue rasa wajar kalo Zein menjauh, secara lo sama Bryan udah baikan. Dan keliatan bahagia gitu. Jadi menurut gue, Zein cuma gak mau ganggu kebahagiaan kalian" Ucap Nadin panjang lebar."Tapi apa harus dia jauhin gue?! Gue gak mau dia kaya gini. Gue mau Zein yang dulu, yang selalu ada buat gue. Yang selalu bikin gue tertawa bukan yang bikin gue tertekan gini" Alya mencurahkan semua rasa sesak di hadapan teman-temannya.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka. Bahkan mungkin mendengar semua yang mereka katakan. Orang itu hanya bisa diam membisu. Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri karena merasa tidak becus menjaga Alya. Hatinya serasa tersayat melihat Alya sedang menangis karena dirinya. Siapa lagi kalau bukan Zein. Zein selalu memperhatikan Alya dari jauh.
Lo bego Zein. Lo ngawasin Alya dari jauh buat mastiin dia baik baik aja, tapi liat sekarang. Alya jauh dari kata baik, dan itu karena sikap lo sendiri Zein. Zein terus merutuki dirinya sendiri.
Zein meraih ponsel yang berada di saku celananya. Ia lalu mencari nama Alya, ia berniat untuk mengajak Alya ketemuam di taman belakang sekolah.
AdityaZein: Al, ada yang perlu gue omongin ke lo. Temui gue di taman belakang sekolah saat istirahat.
Disisi lain, Alya yang merasa ponselnya bergetar langsung meraihnya. Ternyata ada pesan dari Zein, mata Alya berbinar. Ia tersenyum senang mengetahui bahwa Zein mengajaknya bertemu.
AlyaElput: Oke, nanti pas bel gue langsung ke sana.
Hai guys!!
Sorry baru update lagi,,
Maaf kalo lama nunggu:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Secret
Novela JuvenilAlya Elvirani Putri, seorang gadis yang tenggelam dalam kenangan masa lalunya. Penantian selama empat tahun tak kunjung berakhir. Hidupnya mulai berwarna semenjak Kevin mendekatkannya dengan Zein. Di saat Alya mulai berbahagia, masa lalu kembali m...