4

3.5K 261 12
                                    

Vote sebelum baca dan koment sesudahnya!
Tolong hargai penulis :)
Selamat membaca.
___

Hasil pemeriksaan telah keluar Anton dan Faranisa segera melihat isi dari amlop berwarna coklat itu, dan seketika membaca wajah Faranisa tanpa murung dengan tulisan yang tertera di kertas, hasil pemeriksaan mengatakan bahwa mereka tidak cocok.

Anton meremas kertas itu sehingga tidak berbentuk lagi, menyalurkan kekesalannya. Di saat masalah pelik ini keadaan seakan mempermainkan mereka. Mereka memang memiliki banyak uang tetapi siapa yang mau jadi pendonor setiap Farrel membutuhkan.

Faranisa terduuduk di lantai rumah sakit "bagaimana ini mas, keadaan Farrel semakin memburuk jika tidak segera mendapatkan pertolongan" dengan isak tangis Faranisa tidak bisa di bending lagi.

Anton mensejajarkan tubuhnya dengan Faranisa dan memeluknya erat, "kita pasti menemukan jalan keluar, kita masih punya harapan"

Faranisa mendongak dan mengusap air matanya yang luruh " maksud kamu mas?"

Anton menghembuskan napas "kita masih punya Rafael, mungkin dia bisa menolong Farrel, kita belum mencoba bukan?"

"tapi mas.." sanggah Faranisa "Rafael terlalu kecil untuk masalah ini?"

Anton mengelus surai panjang Faranisa, " aku tau, tapi Farrel bener – bener membutuhkan bantuan dengan segera, apakah kamu mau dia kenapa – napa, lagian ini hanya untuk sementara waktu. Setelah itu kita akan memikirkan jalan keluar yang lain." Jelas Anton

Anton mengajak Rafael kesebuah ruangan untuk pemeriksaan, dengan susah payah Anton membujuk Rafael agar mau mengikuti keinginannya.

"Adek sayangkan sama kak Farrel? Adek mau liat kakak seperti itu terus hmm?" ujar Anton

Rafael dengan ragu ragu mengelengkan kepalanya "tapi Rapa takut ayah," lirih Rafael dengan mata yang mulai berkaca kaca

" sekali ini aja bantu ayah sama bunda, Rafa sayangkan sama kami? Rafa gak maukan jadi anak durhaka sama orangtua karena gak nurut sama orangtua"

Dengan segala bujuk rayu Anton akhirnya Rafael bersedia melakukan periksaan, setelah itu mereka menunggu hasil pemeriksaan.

Sedangkan Faranisa menemanin Farrel yang terlelap, Faranisa menatap Farrel miris keadaan anak sulungnya sangat menyedihkan, tubuhnya mulai kurus dan wajah yang tirus serta pucat. Dengan sayang Faranisa membelai puncak kepala Farrel dan mengecupnya.

"cepat sembuh anak bunda, bunda janji akan melalukan apapun untuk kesayangan bunda" ujar Faranisa

Setelah pemeriksaan Anton pamit karena ada telpon penting dari sekretarisnya dan meninggalkan Rafael sendirian dan menyuruh Rafael pergi ke ruangan Farrel.

Saat tangan kecil itu membuka pintu, tatapannya berubah sendu melihat Faranisa yang mencium dan membelai kepala kakaknya dengan sayang.

Tanpa di perintah air matanya menitik, ia merasa iri dengan Farrel yang mendapatkan perhatian dari bundanya, sedangkan dia hanya bisa menerima kenyataan bahwa kedua orangtuanya mulai menjauh secara perlahan perhatian perhatian kecil tidak mereka lakukan lagi terhadap Rafael.

Rafael menghapus air matanya dan masuk kedalam ruangan "bunda.." lirih Rafael memanggil Faranisa

Faranisa menatap Rafael sekilas setelah itu kembali melihat Farrel dan mengantikan pakaiannya, Rafael yang melihat Faranisa mengabaikannya mendekat dengan langkah perlahan ia menarik ujung baju yang Faranisa kenakan.

"bunda, Rapa lapar.." ujar Rafael

Faranisa menyentak tangan Rafael "kamu bisa makan sendirikan Rafael, bunda sibuk mengurusi kakak kamu. Kamu bisa gak sih gak usah manja. Kamu udah besarkan" bentak Faranisa

Langkah demi langkah Rafael mundur menjauhi Faranisa dan duduk di sofa yang ada di ruang rawat Farrel, Rafael bukannya tidak bisa makan sendiri tapi ia harus makan di mana sedangkan di ruangan ini tidak ada makanan, dan ia pun tidak mempunyai uang. Dengan terpaksa Rafael duduk diam.

Rasa lapar tidak bisa ia tahan Rafael membaringkan tubuhnya dan memengang perutnya untuk mengurangi rasa lapar yang mendera sehingga ia terlelap dan terjatuh kedalam mimpi.


Sesal (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang