Vote sebelum baca dan koment sesudahnya!
Tolong hargai penulis :)
Selamat membaca.
___
Rafael tersadar badannya terasa sakit ia melihat langit langit kamar yang terasa asing baginya, ia menoleh kesegala penjuru ruangan dan tidak ada satupun orang di ruangan ini hanya dirinya, sepi dan sunyi itulah yang dirasakan Rafael.Rafael mengingat bagaimana dirinya bisa di bangkar dan setelah memori itu datang menghampiri dengan slow metion, Rafael mendesah lesu.
“bahkan mereka gak ada di sini? Padahal aku juga sakit karena mereka” lirih Rafael
Hari demi hari berlalu Rafael maupun Farrel di perbolehkan pulang dari rumah sakit, sekarang mereka berempat ada di mobil menuju ke rumah. Anton menyetir mobil dan di sampingnya ada Faranisa sedangkan Farrel dan Rafael duduk di belakang.
“Farrel kamu mau apa sayang? Kamu mau sesuatu” tanya Faranisa
Rafael sedari tadi diam dan hanya menyimak percakapan Ayah, Bunda dan kakaknya.
Bahkan mereka tidak pernah menyakan atau mengajak dirinya bicara. Rafael sadar diri akan itu ia hanya di perlukan jika memang mereka membutuhkan dirinya.Rafael menoleh ke samping jendela melihat senja di balik kaca mobil, gedung gedung tinggi tampak indah di sore hari dengan layung orange itu. Rafael tersenyum melihat keindahan senja. Senja itu indah tapi hanya bisa menikmati sebentar saja, karena setelah itu akan digantikan dengan gelapnya malam.
Mobil Anton telah terparkir di depan rumah, Rafael membuka pintu dan segera melenggang masuk ke rumah tanpa menunggu mereka.
Farrel yang melihat tingkah adiknya merasa aneh, selain di rumah sakit ia tidak melihat adiknya sikap adiknya yang cenderung pendiam membuat dia merasa curiga. Ntah kenapa sikap adiknya berubah tidak seceria dahulu.
“Bunda, adek kenapa?” tanya Farrel
Faranisa yang menuntun tangan Farrel pun berhenti melangkah seketika tubuhnya menegang, ia seakan lupa bahwa sedari tadi ia mengabaikan anak bungsunya.
“ah Rafael baik baik saja, memangnya dia kenapa?” tanya Faranisa kembali
Farrel menggelengkan kepala “Bunda, ada sesuatu yang aneh sama adek? Masa Bunda gak merasakan itu?”
Faranisa tersenyum “mungkin dia lelah dan kecapean sayang jangan di pikirkan”
Faranisa melepaskan tangan Farrel dan melangkah duluan akan tetapi kaki baju Faranisa di tarik oleh Farrel.“kata orang ikatan ibu dan anak itu kuat? Seorang ibu akan merasakan sesuatu jika terjadi kepada anaknya? Tapi kenapa bunda tidak merasakan itu? padahal aku aja merasakan hal yang aneh” cerca Farrel
Faranisa kehabiskan kata kata bagaimana ia tidak merasakan hal aneh, jika semua penyebab keanehan sikap Rafael adalah ulah dirinya sendiri.
“Farrel sayang, kamu pasti capekkan lebih baik kita masuk dan istirahat ini udah malam gak baik diluar, udara malam gak bagus untuk kesehatan kamu yang baru pulih” Faranisa mengalihkan pembicaraan karena ia tidak tau harus menjawab apa.
Farrel mendengus kesal, dari jawaban Faranisa ia tidak menemukan titik terang sama sekali. Mungkin ia akan menyelidiki atau tidak menyakan langsung kepada adiknya itu.
Rafael masuk ke dalam kamar ia segera membaringkan tubuhnya, badannya masih terasa lemas dia perlu istirahat bukan hanya tubuhnya tapi juga pikirannya.
Karena besok, lusa dan masih panjang lagi hari hari yang akan ia lalui dan dengan itu Rafael harus bisa melaluinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesal (Selesai)
Teen FictionRafael yang hidup dan matinya hanya untuk sang Kakak-Farrel Karena Orang tuanya telah memanfaatkan hidupnya untuk keperluan donor. Seumur hidupnya, Rafael tak punya kesempatan untuk hidup sebagai dirinya sendiri. Stars : 8 Juni 2019 End : 13 Juni 2...