19

5K 284 37
                                    

Vote sebelum baca dan koment sesudahnya!
Tolong hargai penulis :)
Selamat membaca.
___

Setelah sampai rumah Anton melepaskan jas yang ia kenakan, dasi pun ia lepaskan. Langkahnya kakinya membawa ke sebuah kamar.

Wajahnya memerah karena amarah yang tidak terkendali, sepanjang perjalanan Anton memikirkan apa yang akan ia lakukan untuk Rafael.

Selama perjalanan di dalam mobil hanya keheningan semua membisu seoalah memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya.

Faranisa melihat suaminya menuju kamar Rafael tanpa mencegah, dia tau apa yang akan dilakukan suaminya terhadap anak bungsunya.

Sungguh Faranisa merasakan lelah dengan semua ini, ia pergi meninggalkan ruang tamu dan masuk kedalam kamarnya.

Farrel melangkahkan kaki ke arah kamar pojokan dekat dapur yang temaram, ia hanya melihat tanpa mau melerai apa yang dilakukan terhadap adiknya.

Farrel seolah buta dengan rasa iri dengki yang ia rasakan.

Farrel malah tersenyum mendengar jeritan kesakitan adiknya yang di tendang, pukul oleh ayahnya.

Bagi Farrel, Rafael pantas mendapatkan semua itu. Karena Rafael telah merebut kebahagiannya.

Setelah cukup lama menyaksikan itu Farrel pergi berlalu ke kamar.

Rafael tertidur dengan lelap, sungguh hari ini badannya terasa lemas mungkin efek karena baru sembuh. Dan dia pikir kondisi tubuhnya akan membaik jika istirahat.

Setelah mengurus Vallen yang tiba tiba menangis dan menenangkan gadis itu. Rafael menyuruh Vallen untuk pulang karena tidak baik anak gadis berkeliarkan di malam hari.

Terlebih di rumah hanya dirinya sendiri, dia tidak mau jika tetangga melihat dan membicarakan yang tidak tidak.

Rafael terlonjak kaget saat pintu kamar terbuka karena tendangan keras dari sang ayah.

Rafael beringsut mundur karena takut melihat sang ayah murka menatapnya dengan tajam.

Rafael memikirkan apa yang telah lakukan sehingga membuat ayahnya murka, apa karena Vallen?

Rafael dalam hati berdoa untuk keselamatannya saat ayahnya menarik rambutnya.

Rafael berdiri dan memegang tangan ayahnya, dan tanpa rasa iba atau kasiha Anton membanting kepala Rafael ke tembok.

Rasa sakit dan pening seketika menghantam sebelum dia bangkit berdiri ayahnya menendang badannya sehingga tersungkur.

“ampun yah, ku mohon ini sakit hiks” isak tangis Rafael tidak membuat Anton mereda melainkan emosinya semangkin memuncak.

Anton mengijak pergelangan kaki Rafael sehingga merintih kesakitan.

“anak sialan, tidak tau diuntung” bentak Anton dan terus menhajar Rafael membabi buta.

Sungguh dia hilang kewarasannya, Anton trus memukul menendang dan melampiaskan amarahnya kepada Rafael.

Dia tidak perduli akan keadaan Rafael yang tergeletak di lantai dengan darah keluar dari hidung dan mulutnya.

Setelah puas Anton pergi dari sana dan mengunci kamar Rafael.

Rafael menatap nanar pintu yang tertutup.

“kalian puas melakukan ini padaku? Jika belum bunuh saja diriku, aku tidak sanggup lagi, mungkin itu akan membuat kalian bahagia tanpa diriku!”

Rafael menutup matanya dia lelah dengan hidup yang dijalani, dia berharap Tuhan segera mengambil nyawanya sehingga dia tidak akan merasakan sakit di pukul dan di abaikan kedua orangtuanya.

Dia hanya ingin hidup tenang.

“Tuhan, aku lelah.”

Rafael pun menghembuskan napas dan matanya perlahan terpejam.

Tbc.

Hai, tinggal satu part lagi ending.. Makasi yang masih menunggu dan membaca cerita ini.

3 April 2020

Sesal (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang