5

3.5K 251 32
                                    

Vote sebelum baca dan koment sesudahnya!
Tolong hargai penulis :)
Selamat membaca.
___

Hasil pemeriksaan Rafael telah keluar dan hasilnya di luar dugaan, Anton bersyukur karena pada akhirnya aka nada yang bisa menyelamatkan Farrel dan Faranisa tersenyum lebar dengan membaca hasil pemerikasaan itu mengatakan bahwa 99,9% genetika Rafael dan Farrel cocok.

Dengan hal tersebut segera mungkin Anton menyiapkan segala sesuatu untuk besok pemeriksaan lebih lanjut.

Faranisa memeluk tubuh Farrel yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan erat ia menangis haru.

"kamu bakalan secepatnya keluar dari sini sayang, kamu pasti akan sembuh" ujar Faranisa

Anton yang melihat itu tersenyum dan ia melihat Rafael yang tertidur di sofa segera mungkin ia menghampiri anaknya dan mengelus surai hitam itu.

"kamu penyelamat hidup Farrel dan akan seperti itu selama kami tidak mendapatkan orang untuk mendonor kamu akan menjadi penompang kehidupan kakak kamu, makasi dan maaf untuk segalanya" batin Anton

Anton segera pamit kepada Faranisa untuk mengurus pemeriksaan besok, dan meninggalkan mereka bertiga di dalam ruangan.

Faranisa menatap Rafael yang tertidur seakan ia tersadar anaknya belum makan dan sekarang ia tertidur padahal besok kondisi Rafael harus fit dan sehat dengan segera Faranisa menghampiri Rafael dan membangunkannya. Faranisa tidak akan membiarkan Rafael sakit ia harus sehat agar bisa membantu Farrel. Egois satu kata yang cocok untuk Faranisa.

Faranisa menguncang pelan bahu Rafael membuat tidur Rafael mengeliat dan terbangun karena gangguan dari Faranisa.

"bangun.. nanti lanjutkan tidur kalo sudah makan" ujar Faranisa

Faranisa menyerahkan nasi bungkus yang Anton belikan sebelum ia pergi. Rafael menatap makanan yang dihadapannya, ia sungguh lapar perutnya terus meronta ronta meminta untk di isi.

"makan, jangan diliatin aja, bunda gak rela kalo kamu sakit ya!" ujar Faranisa

Senyum Rafael mengembang setidaknya Faranisa masih perhatian kepadanya tetapi setelah mendengar ucapan Faranisa senyum Rafael luntur dalam diam ia tersenyum miris.

"kalo kamu sakit siapa yang bakalan nolongin Farrel selain kamu? Jadi bunda harap kamu bisa jaga kesehatan kamu"

Rafael segera memakan makanannya semuanya terasa hambar ia tidak nafsu makan lagi tetapi ia harus paksakan makanan itu masuk, agar ia tidak sakit seperti yang dikatakan Faranisa. Air mata Rafael mengenang dengan sekali kedip air mata itu luruh menjadi sungai kecil di pipinya. Ia dalam diam memakan makannanya dengan memangis, sungguh ia merasa sakit dengan semua ini.

Keesokan harinya Rafael melakukan donor darah dan juga operasi untuk memberikan donor tulang sumsum belakang untuk Farrel.

Faranisa maupun Anton menunggu di luar ruangan, mereka berdua berdoa untuk keselamatan putranya setelah beberapa jam menunggu lampu ruangan operasi mati menandakan operasi telah selesai.

Dokter boby keluar dengan membuka maskernya " operasi berjalan dengan lancar dan kedua anak ibu akan dipindahkan keruangan rawat"

Anton dan Faranisa mengucapkan puji syukur, dengan segera ia melihat anaknya.

Faranisa memasuki ruangan Farrel dengan tergesa gesa setelah ia membereskan administrasi segera ia ke ruangan Farrel, suster mengatakan Farrel telah sadar. Sedangkan Anton harus pergi karena ada kerjaan penting di kantor.

Faranisa melihat Farrel yang berbaring dan menatap keluar jendela, Faranisa mendekat ke bangkar dan mengecup puncak kepala Farrel

"kamu ada yang sakit sayang, bilang sama bunda mana yang sakit?" ujar Faranisa bertubi – tubi

Farrel tersenyum " aku udah baikan kok bunda" lirih Farrel

"kamu mau minum sayang, kamu haus atau kamu mau makan" ujar Faranisa kembali yang di balas gelengan oleh Farrel.

Farrel melihat sekeliling ruangan ia tidak melihat ayahnya dan adiknya kemana mereka.

"bunda, ayah dan adek kemana?" tanya Farrel

"ayah ada urusan di kantor selesai itu dia akan kemari bunda udah kasih kabar ayah, kalo kamu udah sadar"

Farrel hanya mengangguk tapi ia tidak puas dengan jawaban Faranisa yang hanya menjawab tentang ayahnya saja.

"adek kemana bunda?" tanya Farrel kembali

Faranisa membuang muka ia tidak mau Farrel tau semuanya dengan terpaksa ia harus berbohong, Faranisa tidak mau Farrel merasa bersalah terhadap Rafael setelah mengetahui bahwa adiknya lah yang meyelamatkan dirinya.

"adek kamu ada lagi tidur" jawab Faranisa dengan memalingkan wajahnya

Farrel melihat Faranisa dengan intens ia merasa aneh atau mungkin perasaannya saja.

"kamu tidur ya, kamukan harus banyak istirahat"



Sesal (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang