09 - Pembelaan

780 100 4
                                    

"Arka jawab Ibu, kenapa kamu memukuli Dean sampai separah itu?"

Terhitung sudah hampir lima kali Bu Ratih melayangkan pertanyaan itu kepada Arka. Kepala wanita berusia 40 tahun itu seakan pecah karena frustrasi melihat Arka yang bungkam tanpa repot-repot menjawab pertanyaannya.

Saat ini Arka sudah diseret ke ruang BK akibat tindakannya di kantin tadi. Ia hanya diam walaupun sudah hampir 20 menit berada di tempat itu.

"Jika kamu terus diam seperti ini, Ibu tidak bisa menyelesaikan masalahmu. Sebentar lagi orang tua Dean akan datang, mungkin mereka akan menuntutmu jika melihat kondisi anaknya."

Arka tak peduli, ia sudah merasa puas, melihat wajah Dean babak belur membuat kekesalannya terhadap cowok itu mengendur. Akan lebih bahaya jika ia tidak memukuli Dean tadi. Arka bisa saja melakukan hal yang lebih nekat.

Suara ketukan pintu menginterupsi Bu Ratih yang hendak melontarkan pertanyaan yang sama lagi kepada Arka. Ia sedikit terkejut saat melihat Retha membuka pintu sambil memapah Dean. Bu Ratih segera membantu Retha dan mendudukkan Dean pada kursi tepat di samping Arka.

Retha menyempatkan diri untuk melirik Arka yang terlihat datar. Retha tak bisa membaca apa pun dari diri Arka, yang jelas Arka seperti tidak merasa bersalah.

"Retha, apa kamu berada di kantin saat Arka memukuli Dean? Apa kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai Arka memukuli Dean separah ini?"

Retha terkesiap, ia segera mengalihkan pandangan menatap Bu Ratih yang sudah kembali duduk di kursinya. Wanita yang berperan sebagai guru konseling di sekolahnya itu terlihat lelah, mungkin kejadian ini sangat membebaninya.

"Arka nggak salah, Bu. Saya yang memulai duluan." Melihat Retha yang seperti kesusahan menjawab pertanyaan Bu Ratih membuat Dean angkat bicara. "Retha nggak tahu apa-apa karena ini murni permasalahan saya dengan Arka, Bu."

Bu Ratih menghela napas. "Ada masalah apa di antara kalian berdua? Apa tidak bisa dibicarakan dengan baik-baik? 'Kan tidak perlu main fisik seperti ini."

Dean melirik Arka sejenak. Sepertinya anak itu benar-benar tak ingin melakukan pembelaan. "Hanya salah paham, Bu. Saya mohon agar masalah ini tidak perlu dibesarkan. Ini juga salah saya."

Sekali lagi Bu Ratih menghela napas. Jika sudah menyangkut permasalahan Arka ia menjadi serba salah. Ayah anak itu terlalu keras, jika ia tahu permasalahan ini, mungkin Dean yang akan berada dalam masalah besar.

"Saya sudah menghubungi orang tuamu, sebentar lagi mereka akan datang, kamu bisa menjelaskan semuanya di depan mereka."

Dean mengepalkan tangannya, ia menyesal karena sudah mengusik Arka. Kini ibunya harus terseret dalam permasalahan ini.

🐳🐳🐳

Retha mondar-mandir seperti setrikahan di depan ruang BK, beberapa saat lalu kepala sekolah dan ibu Dean sudah masuk ke dalam. Entah apa yang terjadi, ia tidak diizinkan masuk ke sana.

Gadis itu terus menggigit bibir bawahnya dengan tangan dan kaki yang tak bisa diam karena cemas. Namun ia juga bingung, siapa yang lebih ia khawatirkan, Dean? Atau Arka yang kedua orang tuanya belum menampakkan batang hidungnya.

Arka pasti terpojok, terlebih cowok itu sangat irit berbicara, ia pasti tidak akan melakukan pembelaan, yah walaupun dia yang salah dalam masalah ini, tapi setidaknya ia harus membela diri untuk meringankan hukuman. Bagaimana jika dia dikeluarkan dari sekolah?

Say Hi, ArkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang