delapan belas

12.8K 2.2K 154
                                    

"Woah!"

Miu sudah berkali-kali berdecak kagum melihat rumah tinggal yang disewakan oleh Junmyeon. Ia tak tahu bagaimana caranya Junmyeon mendapatkan tempat itu, yang jelas Miu benar-benar dibuat kagum dengan betapa indahnya pemandangan yang bisa ia lihat dari jendela kamarnya.

"Ini baru liburan!" pekiknya senang dan berputar-putar di dalam kamarnya.

Setelah berjam-jam duduk di pesawat, dan hanya melihat langit juga laut yang bahkan tidak terlalu jelas selama penerbangan, Miu akhirnya sampai ke Lisbon dan bisa menikmati pemandangan yang baru. Rumah-rumah penduduk yang dicat warna-warni, sinar bulan yang lembut menyinari kota dan udara yang hangat membuatnya merasa seperti lahir kembali. Jangan lupakan lampu-lampu kota yang menyala berkelap-kelip indah.

"Tapi buat apa Junmyeon menyuruhku merekomendasikan tempat bulan madu?" celetuk Miu sambil meletakan kopernya di tepi lemari yang disediakan. Ia terlalu malas menyusun barang-barangnya di dalam lemari. "Tempat yang ia berikan saja sudah yang terbaik."

Miu mengganti pakaian hangatnya dengan kaus tipis dan celana pendek. Ia memilih untuk mengabaikan pertanyaan yang muncul di kepalanya dan beranjak mengitari sekeliling rumah sebelum beristirahat sebentar. Ia meraih ponselnya untuk menelepon Junmyeon.

"Kim Junmyeon! Tempat ini sangat bagus!" pekik Miu membuat Junmyeon mendumal di seberang sana.

"Kau tahu pukul berapa sekarang?" geram Junmyeon membuat Miu melirik jam dinding.

"Pukul tujuh malam," balas Miu polos.

"Pukul tujuh malam itu di Lisbon! Seoul sudah jam tiga pagi bodoh!"

"Ah," gumam Miu baru ingat. "Aku lupa jika aku sedang tidak di Korea."

Ia tertawa konyol, membuat Junmyeon mendengus. "Sudahlah. Yang penting kau sudah sampai dengan selamat. Nikmati waktumu dulu sebelum kau kerja keras sampai akhir liburanmu."

Miu berdecak pelan. "Iya, iya. Sudah ya, kumatikan. Kau mengganggu liburanku."

"Yang menelepon duluan siapa-"

Miu segera mematikan sambungan telepon dan melempar ponselnya ke ranjang. Pintu rumahnya diketuk. Sepertinya itu orang yang Junmyeon bilang akan mengurus makan malamnya. Miu menerima makan malamnya, melahapnya dengan cepat kemudian membersihkan diri lebih dulu. Ia berniat berjalan-jalan di sekitar lingkungannya sebentar, baru pergi tidur setelah merasa lelah.

---

Sudah sejak kemarin Sehun kalang kabut mencari penerbangan tercepat ke Portugal. Ia harus menyusul Miu sekarang juga. Namun, ucapan Junmyeon membuatnya mengundurkan niatnya.

"Kau kan belum tahu di mana anak itu berada. Lagi pula, memangnya kau mau mengobrak-abrik seluruh Portugal karena dia?"

Junmyeon benar. Ia tak boleh terlalu gegabah seperti kemarin. Jadi, Sehun memutuskan untuk mengikuti saran Junmyeon.

"Aku akan mencoba meminta seseorang mencari tahu kemana anak itu pergi. Masalah tiket sepertinya bukan sesuatu yang sulit," kata Junmyeon.

Sehun menghela napas pelan dan memijat pangkal keningnya. Ia tak pernah sepusing ini, bahkan saat pegawainya membuat masalah pun, ia tak pernah seperti ini. Hanya Miu yang bisa membuatnya kebakaran jenggot begini.

"Ada apa?" tanya Baekhyun yang baru datang sambil membawa sarapan untuk mereka.

"Miu pindah ke Portugal," ujar Sehun lemas membuat Baekhyun mengerutkan kening.

Through The MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang