enam

12.6K 2.2K 232
                                    

Miu tertidur pulas bahkan meski Sehun meletakannya di sofa ruang tamu begitu saja. Gadis itu sama sekali tak bangun hingga pukul lima sore. Itu juga karena mencium aroma masakan. Miu mendudukan dirinya, merenggangkan tubuh dan beranjak menuju dapur di mana Sehun sedang sibuk memasak.

"Sejak kapan kau bisa masak?" tanya Miu sambil menguap dan duduk di kursi meja makan.

Sehun melirik Miu sekilas, mengabaikan pertanyaan gadis itu dan melanjutkan kegiatannya. Miu mendengus kesal, menyadari jika Oh Sehun sengaja mengabaikannya. Namun, ia tak menyerah. Ia menumpukan kepalanya di tangan sambil menatap punggung Sehun.

"Ngomong-ngomong, kenapa aku tidur di sofa ya? Apa yang terjadi?"

Pertanyaan Miu membuat sekujur tubuh Sehun menegang sesaat. Namun, pria itu kembali rileks ketika Miu dengan polosnya bertanya, "apa aku membuat masalah? Atau aku mencoba menghancurkan sesuatu? Aku tidak ingat aku membuat masalah."

Sehun mematikan kompor, meletakan nasi goreng udang di piring dan diserahkan ke hadapan Miu. Ia menatap gadis itu dengan wajah sedatar mungkin. "Ganti jas anehmu sebelum makan," suruhnya.

"Aku tak bawa baju ganti," sahut Miu.

"Ambil bajuku di lemari."

Miu beranjak bangkit. Ia sejujurnya belum pernah masuk ke kamar Sehun, tetapi karena si empunya mengizinkan ia masuk juga. Sebenarnya, ia juga tidak nyaman memakai jas itu terlalu lama. Ia beranjak menuju walk in closet Sehun, merampas satu kaus jumbonya dengan tulisan fvck me di dada. Ia kembali ke dapur setelah berganti pakaian dengan kaus Sehun.

"Aku tidak akan mengembalikan kaus ini padamu," ujar Miu ketika ia kembali muncul di hadapan Sehun. "Ini hak milikku sekarang."

"Dari semua kaus, apa kau harus memakai kaus yang itu?" tanya Sehun sinis.

"Kaus ini bagus. Cocok sekali denganku," jawab Miu asal-asalan dan menghenyakan bokongnya di kursi. "Kepalaku pusing. Kenapa kau tidak buat sup saja?"

Sehun berdecih mendengar ucapan tak tahu diri Miu. Gadis idiot itu benar-benar hanya ada satu di dunia dan harus dimuseumkan saking langkanya. Sehun melempar obat hangover ke samping piring Miu dan melahap makanannya.

"Kau kan bisa memberikannya dengan benar padaku!" protes Miu kesal kemudian meminum obatnya. "Lagi pula, kenapa tiba-tiba sensitif seperti wanita menstruasi?"

"Makan saja sebelum kusumpal mulutmu dengan adikku!" ancam Sehun yang membuat mata Miu melebar sedikit.

"Wah, ini kemajuan!" kata Miu riang membuat Sehun menatapnya aneh. "Biasanya kan kau langsung bertingkah seperti anak perawan panik kalau aku bicara soal adikmu."

Sehun menatap Miu dengan wajah aneh. "Kau harus pergi memeriksakan dirimu ke rumah sakit jiwa. Aku yakin kau punya gangguan kepribadian."

"Kalau begitu, kau ikut juga untuk memeriksakan hormonmu," balas Miu sambil menatap Sehun lekat dengan kedua tangan menangkup pipinya. "Setelah kupikir-pikir, aku akan menikahimu. Kau tampan, seksi dan yang paling penting kaya."

Sehun melirik Miu yang menatapnya dengan gaya (sok) imut. Ucapan gadis itu membuatnya sedikit berharap, tetapi dia adalah Miu. Sehun berdecih pelan. Andai Tuhan tiba-tiba saja memberinya kekuatan super untuk bisa membedakan kapan Miu bercanda atau tidak.

"Aku tidak sudi menikah denganmu," sahut Sehun datar tanpa menatap Miu.

"Kalau tidak mau menikah, jadi simpananmu juga tidak apa-apa," bujuk Miu tak menyerah. "Kalau aku punya anak, aku akan datang padamu dan membuat anakku menguasai semua hartamu." Gadis itu menggosok-gosokan telapak tangannya, memasang ekspresi khas wanita antagonis serakah dalam drama-drama.

Through The MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang