epilog

22K 2.3K 251
                                    

"Oh Sehun, kau tidak mau menjawab panggilanku atau apa?" teriak Miu ketika ia masuk ke rumah Sehun. Atau lebih tepatnya rumah mereka.

Beberapa hari lalu, Sehun merajuk karena melihat banyak pria yang mencoba menggodanya. Bukan salah Sehun juga merasa cemburu, pasalnya pria-pria itu berani karena dulu Miu sering mengganggu mereka. Miu melepaskan sepatunya, menggerutu kedinginan walau sekarang sudah akhir musim dingin. Sehun sedang duduk di sofanya, meminum anggur merah seperti biasa sambil menatap Miu sejenak tanpa ekspresi. Ia kemudian mengabaikan wanita itu dan menuangkan anggur merahnya lagi.

"Hei!" Miu mendekati Sehun yang masih merajuk dan duduk di sampingnya dengan wajah lelah. "Ah, kau menjengkelkan sekali! Kenapa aku bisa menikahimu sih?"

Yah, setelah kembali dari Portugal, Sehun tak tanggung-tanggung langsung mengikat tali pertunangan dengan wanita itu. Lebih cepat lebih baik bagi Sehun karena ia tak akan pernah tahu kapan Miu berubah pikiran. Wanita itu kan plin-plan. Dan syukurnya, Miu sama sekali tak bertingkah seolah akan meninggalkan Sehun hingga mereka menikah. Yah, mereka baru menikah awal Januari lalu. Tidak ada pesta besar-besaran ala keluarga konglomerat. Hanya tanda tangan surat pernikahan setelah pemberkatan nikah dan malamnya Sehun langsung menghajar Miu habis-habisan tanpa menahan diri lagi, ingin memiliki Sehun junior katanya. Mereka tak mengadakan acara apapun atau sekedar pemberitahuan atau semacamnya.

Mungkin karena itulah tak banyak orang yang tahu jika mereka berdua sudah menikah kecuali orang-orang terdekat dan keluarga mereka. Tuan Wang sendiri pun kebingungan karena putri sulungnya sama sekali tak berniat mengekspos pernikahannya. Miu hanya malas dengan berita heboh dan acara pernikahan yang merepotkan. Ia hanya menginginkan sesuatu yang praktis dan cepat selesai. Yah, kecuali untuk urusan ranjang, wanita itu tidak keberatan mau selama apapun.

Memang, dia adalah wanita sinting yang sangat dicintai oleh Oh Sehun.

"Ya sudah, kalau begitu nikahi saja Lee Taemin yang menyukaimu!" balas Sehun kesal membuat Miu menatapnya datar.

Wanita itu berdiri, beranjak hendak meninggalkan Sehun yang membuat Sehun berseru panik.

"Kau mau ke mana?"

"Menggoda Lee Taemin," balas Miu malas yang langsung membuat Sehun menarik ucapannya.

"Tidak, tidak! Jangan ke mana-mana atau aku benar-benar marah!" ancam Sehun membuat Miu memutar bola matanya dan kembali duduk di sampingnya.

Tentu saja Sehun panik. Terakhir mereka bertengkar dengan masalah yang sama, Sehun salah bicara dan menyuruh Miu mengencani Kim Jonghyun saja. Masalahnya, wanita yang ia hadapi adalah Miu. Si sinting itu benar-benar mengajak kencan Jonghyun seharian dan meninggalkan Sehun yang kebingungan sampai pria itu sendiri yang datang mencarinya. Ia bahkan tak mau repot-repot mengangkat telepon Sehun hingga akhirnya Sehun menelepon Jonghyun untuk menanyakannya.

"Kau benar-benar membuatku mau membunuhmu!" geram Miu kesal sambil melepas mantel hangatnya.

Sehun menatapnya cemberut. Walau sudah menjadi istrinya, Miu masih saja berlaku seenaknya. Ia masih berrtingkah menyebalkan dan membuat Sehun jengkel karena cemburu. Pria itu akhirnya memutuskan untuk mendiamkan Miu.

"Hah, yang benar saja!" keluh Miu malas kemudian beranjak mendekati Sehun untuk menciumnya.

Pria itu diam saja ketika Miu mengecup bibirnya sekilas, membuat Miu berdecak dan mau tak mau menduduki paha Sehun sambil menciumnya. Sehun tentunya langsung membalas, melingkarkan satu tangannya di pinggang Miu sementara tangannya yang lain mengusap pahanya yang terbalut celana panjang. Ia mengerang pelan ketika tangan Miu menyentuh kulitnya dari balik kaus yang ia kenakan. Ia selalu tahu bagaimana cara membuat Sehun tergoda dan berhenti merajuk. Ketika Sehun mulai aktif, di detik itulah Miu melepaskan ciumannya.

"Kenapa?" tanyanya menuntut.

"Kau masih berani tanya kenapa?" balas Miu sambil menatap Sehun kesal. "Terima saja biar kau tahu rasa. Aku tidak akan melayanimu."

Miu beranjak bangkit meninggalkan Sehun yang termangu dalam keadaan 'siap tempur'. Kemudian, sedetik berikutnya pria itu langsung menyusul Miu dan merengek minta jatah.

---

Miu sakit perut pagi ini. Ia tak bisa bangun dan hanya bergelung di kamar, membuat Sehun cemas bukan main. Pria itu bahkan tak masuk kerja karena ingin menemani Miu. Ia benar-benar sepenuhnya tipe suami yang over protektif dan over posesif.

"Apa aku terlalu bersemangat semalam?" tanyanya khawatir membuat Miu menatapnya jengkel.

"Kenapa masih tanya?" geram Miu membuat Sehun mencebik.

Memang sih, semalam Miu sudah beberapa kali memperingatkannya untuk hati-hati, tetapi diabaikan. Padahal biasanya Miu tak pernah mengeluh sekalipun Sehun membuatnya terkapar tak berdaya keesokan harinya. Dan setelah dipikir-pikir lagi, Sehun kembali merasa kekanakan karena masih merasa cemburu pada Miu ketika wanita itu jelas-jelas membiarkan Sehun bertindak seenaknya pada tubuhnya. Ia hanya kesulitan percaya jika Miu sudah benar-benar mencintainya karena beberapa hal yang terjadi. Namun, sekarang ia menyadari jika ia harus berhenti bersikap seperti itu. Bisa-bisa, Miu benar-benar meninggalkannya.

"Apa kita ke dokter saja?" usul Sehun yang tak dihiraukan Miu. Wanita itu lebih memilih memunggunginya dan hendak tidur. Ia langsung merengek lagi. "Miu! Aku sangat khawatir, bodoh!"

"Ck, diam saja. Aku mau istirahat," kesal Miu.

Sehun menatap Miu dengan tatapan sedih dan berbaring di sisi tubuhnya dengan tangan terulur untuk mendekap Miu. Rasa bersalahnya membesar. Selama ini, banyak wanita yang mencoba menggoda Sehun tetapi Miu bahkan tak pernah cemburu. Wanita itu malah ikut-ikutan meledeknya dan menganggapnya sebagai lelucon. Sementara ketika pria lain menggoda Miu, ia malah marah-marah dan merajuk seperti bayi. Ia menghembuskan napas berat, merasa menjadi suami yang buruk untuk Miu.

"Bagaimana ini? Apa jangan-jangan kau hamil?" tanyanya pelan dengan suara yang terdengar sangat cemas.

"Memang aku sedang hamil," jawab Miu kesal karena Sehun terus bicara. "Kerja sana, biarkan aku istirahat."

Sehun mengerjap beberapa kali hingga ia terbangun dari kasur. "Kau hamil? Yang benar?" pekiknya terkejut. "Astaga, bagaimana anakku? Dia tidak apa-apa kan? Kenapa tidak beritahu aku kalau kau hamil?"

"Semalam aku sudah memperingatkanmu untuk hati-hati, bodoh!" omel Miu jengkel. "Lagi pula, ini gara-gara kau! Aku belum siap menjadi orang tua tapi sekarang sudah hamil."

Sehun menarik napas panjang dan mengelus rambut Miu. Wajar saja jika wanita itu tak siap mengingat usianya yang baru akan menginjak dua puluh dua. "Maaf. Tapi aku juga tidak sabar menjadi seorang ayah," bujuk Sehun membuat Miu mendengus. "Lagi pula, orang tua kita pasti senang mendengar kabar ini. Apa lagi Ibuku."

Miu menghela napas dan menarik Sehun agar memeluknya. Sehun tersenyum tipis, mengusap punggung Miu sambil memeluknya hangat. Ah, rasa cintanya semakin terasa tak terhingga sekarang.

"Ah, aku jadi khawatir akan jadi apa anakku kelak," celetuk Miu membuat Sehun mengecup keningnya sayang. "Apa ia akan jadi loki? Atau malah thanos?"

"Ia akan jadi seorang anak yang hebat, tapi aku juga tidak masalah jika ia mau jadi deadpool," kata Sehun lembut sambil menatap Miu lekat. "Lalu, kita akan memberinya tiga orang adik lagi."

"Tiga orang adik kepalamu! Satu lagi saja sudah cukup," kata Miu menolak gagasan empat anak Sehun.

Sehun menyeringai sambil menatap Miu. "Kita lihat saja bagaimana nanti."

"Hei!"

Yah, memangnya Miu bisa menolak jika Sehun mengajaknya membuat sepuluh anak lagi?

Through The Moments
End

Thank you so much!
See you on another stories♡

Through The MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang